Minggu, 30 September 2012

Bagaimana Cara Menerbitkan Buku?


Ada beberapa orang yang bertanya kepada saya bagaimana caranya menerbitkan buku. Saya biasanya menjawab, “Menjadi seorang penulis adalah menjadi nggak egois.”

Seorang penulis harus berorientasi kepada pembaca. Ya, ketika kamu mengirimkan naskah ke penerbit, pertanyaan yang pertama kali ditanyakan oleh penerbit adalah apakah buku ini akan laku? Nggak ada penerbit yang mau menerbitkan buku yang mereka anggap tak punya daya tarik untuk dibeli. Ketika kamu memutuskan untuk menerbitkan naskahmu, maka satu hal yang harus secara serius kamu pikirkan; pembaca —kecuali jika kamu ingin tulisanmu nggak dibaca orang.

Penerbit bekerja untuk memastikan buku yang akan diterbitkannya itu cocok dan tepat untuk pembaca; isi, ukuran, format, tata letak, rancangan sampul, harga, dan lain sebagainya. Editor akan memastikan bahwa naskah yang akan diterbitkan sudah pas untuk pembaca. Mereka nggak hanya mengurus salah ketik atau ejaan, tapi juga memastikan bahwa isinya selengkap yang dibutuhkan pembaca dan disajikan dengan cara yang pas. Mereka memeriksa sistematika dan akurasi informasi di buku-buku non fiksi,  juga mencermati karakter, plot dan elemen lain dalam buku-buku fiksi.

Namun jangan berkecil hati, penerbit selalu membutuhkan penulis. Penulis apapun; yang terkenal, yang nggak terkenal, yang bagus, bahkan juga yang buruk. P
enerbit nggak hanya menerbitkan karya penulis terkenal saja. Pergilah ke toko buku, dari sekian ratus judul buku yang ada di sana, berapa banyak yang ditulis oleh penulis terkenal? Banyak nama di sampul buku-buku tersebut yang nggak kau kenal kan? Artinya, penerbit lebih banyak menerbitkan karya penulis yang tidak terkenal.

Kata A.s. Laksana, "Penerbit menerbitkan buku karena mereka harus terus berproduksi, agar usaha mereka terus hidup. Mereka butuh penulis. Mereka butuh karya untuk diterbitkan, dan penulis terkenal belum tentu menerbitkan buku setahun sekali, sementara penerbit harus menerbitkan beberapa judul buku setiap bulan."

Sekarang, kamu sudah punya konsep naskah yang ingin kamu kirimkan ke penerbit. Atau bahkan kamu
sudah menyelesaikan naskah tersebut. Itu langkah yang bagus dan benar. Langkah selanjutnya adalah menawarkan naskah itu ke penerbit yang cocok dengan jenis naskah yang kamu tulis dan membidik pasar pembaca yang sesuai pula dengan naskahmu.

Menulis itu mudah, membuat konsep sebuah buku juga nggak sulit. Ide dapat kamu peroleh dengan mudah sekarang ini. Internet dengan mudah menjadikan setiap orang tahu segala hal. Namun, sering saya menemukan orang-orang yang tetap nggak percaya bahwa mendapatkan ide, membuat konsep, menulis, sampai kemudian menerbitkannya itu mudah. Mereka membayangkan jalan yang sulit, cerita yang horror, atau usaha yang penuh perjuangan. Sepertinya mereka ingin mendengarkan cerita menyulitkan tentang menerbitkan buku, supaya ada alasan bagi mereka untuk tetap nggak bisa melakukannya.

Carilah ide-ide dari sekelilingmu, tuliskan proposal naskah yang memikat, ungkapkan hal-hal menarik dari naskahmu, berikan range pembaca terhadap naskah tersebut kemudian carilah penerbit -penerbit yang cocok.  Kunjungilah websitenya, amati naskah-naskah yang telah mereka terbitkan, baca tata cara mengirimkan naskah (Tiap penerbit punya cara masing-masing untuk hal ini), kemudian putuskan penerbit mana saja yang cocok untuk naskahmu.

Sekali lagi, s
eorang penulis nggak boleh egois, mementingkah dirinya sendiri tanpa mempertimbangkan pembaca.  Dan yang lebih penting, nggak ada satu orang pun yang ingin membaca tulisan yang egois.

Senin, 24 September 2012

Kisah Singkat Asal Usul Bahasa Inggris

Bahasa Inggris berasal dari bahasa Jermanik-Barat yang juga merupakan rumpun dari bahasa-bahasa Indo-Eropa. Kerabat terdekat Bahasa Inggris adalah bahasa Skotlandia dan Bahasa Frisian. Bahasa Frisian adalah bahasa yang dituturkan oleh sekitar setengah juta orang di provinsi Friesland Belanda dekat Jerman, dan di beberapa pulau di Laut Utara.

 

Sejarah Bahasa Inggris dibagi menjadi tiga periode utama: Bahasa Inggris Kuno / Old English (sekitar tahun 450-1100), Bahasa Inggris Pertengahan / Middle English (sekitar tahun 1100-1500) dan Bahasa Inggris Modern / Modern English (sejak tahun 1500 sampai sekarang). Selama berabad-abad itu juga, Bahasa Inggris telah dipengaruhi oleh sejumlah bahasa lainnya.

Bahas Inggris Kuno (450-1100): Selama abad ke-5 Masehi tiga suku Jermanik (Saxons, Angles, dan Jutes) datang ke Kepulauan British dari beberapa bagian barat laut Jerman serta Denmark. Suku-suku yang suka berperang dan mengusir penduduk asli ini berbahasa asli Celtic, dari Inggris ke Skotlandia, Wales dan Cornwall. Satu kelompok dari mereka bermigrasi ke Brittany, pantai Perancis dimana keturunan mereka masih berbicara bahasa Breton Celtic sampai sekarang.

Kata "English" sendiri berasal dari Bahasa Inggris Kuno "Englisc", yang berasal dari bahasa Angles.

Sebelum masa Saxon, Bahasa —yang sekarang menjadi Bahasa— Inggris adalah campuran antara bahasa Latin dan berbagai Bahasa Celtic yang telah digunakan bahkan sebelum Bangsa Romawi datang ke Britania (54-5 sebelum masehi). Bangsa Romawi membawa Bahasa Latin ke Britania, yang merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi selama lebih dari 400 tahun.

Walaupun begitu, pengaruh Bahasa Celtic kepada Bahasa Inggris Kuno hanya sedikit. Malah kemudian kedatangan St. Augustine pada tahun 597 ke Inggris lah yang membawa lebih banyak lagi kata-kata Latin ke dalam Bahasa Inggris. Mereka pada umumnya bersangkutan dengan penamaan pejabat Gereja, upacara, dll.

Ada beberapa karya tertulis yang masih bertahan dari periode ini. Yang paling terkenal adalah sebuah puisi epik heroik yang disebut  "Beowulf". Ini adalah puisi Inggris tertua dan terkenal panjang (3.183 baris). Para ahli mengatakan "Beowulf" ditulis di Britania lebih dari seribu tahun yang lalu. Nama orang yang menulis juga tidak diketahui.


Bagian dari Beowulf

Bahasa Inggris Pertengahan (1100-1500): Setelah William sang Penakluk, menyerang dan menguasai Inggris tahun 1066, ia menjadi raja dan menjadikan pengikutnya yang berbicara bahasa Perancisuntuk menjabat dalam pemerintahan yang baru. Perancis mengambil alih bahasa dari pengadilan, administrasi, dan budaya. Bahasa Latin sebagian besar digunakan untuk bahasa tertulis, terutama di Gereja. Sementara itu, Bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa kelas bawah.

Sekitar tahun 1200, Inggris dan Perancis berpisah. Bahasa Inggris berubah banyak, karena sekitar 300 tahun itu, sebagian besar Bahasa Inggris digunakan untuk percakapan bukan tulisan. Bahasa Inggris Kuno digunakan kembali tapi dengan banyak tambahan kata-kata Perancis. Bahasa Inggris pada masa ini disebut Bahasa Inggris Pertengahan.

Menarik untuk dicatat, karena saat itu orang inggris kelas-bawah dikucilkan oleh orang Norman kelas-atas, maka kata-kata untuk kebanyakan hewan domestik menggunakan Bahasa Inggris (ox, cow, calf, sheep, swine, deer) sementara kata-kata untuk menyebut daging hewan-hewan tersebut menggunakan bahasa Perancis (beef, veal, mutton, pork, bacon, venison)

Bahasa Inggris Pertengahan juga ditandai oleh Great Vowel Shift. Yaitu perubahan suara secara besar-besaran yang mempengaruhi bunyi vokal panjang Bahasa Inggris. Pada dasarnya, bunyi vokal panjang diucapkan dengan pergeseran ke atas mulut; tapi berubah menjadi diucapkan di satu tempat yang lebih tinggi dalam mulut.

Di bawah ini ada gambar bagian dalam kepala manusia. Jika kamu membelah kepalamu menjadi dua, maka gambar di bawah inilah yang akan kamu lihat. However, I recommend that you do not try this at home. :)

Great Vowel Shift terjadi selama abad kelima belas sampai kedelapan belas.

Bahasa Inggris Moderen (1500 - sampai sekarang): Bahasa Inggris Moderen dikembangkan setelah William Caxton memperkenalkan percetakannya di Westminster Abbey pada tahun 1476. Alkitab dan beberapa naskah penting dicetak. Buku-buku menjadi lebih murah dan lebih banyak orang belajar membaca. Percetakan juga membawa standarisasi ke Bahasa Inggris.

Pada era Shakespeare (1592-1616), Bahasa Inggris telah menjadi mudah dikenali sebagai Bahasa Inggris Moderen. Ada tiga perkembangan besar yang kemudian mempengaruhi Bahasa Inggris pada awal periode Bahasa Inggris Moderen ini yaitu: Renaissance, revolusi industri dan penjajahan Inggris.
Bahasa Inggris berubah dan terus berkembang sampai menjadi seperti sekarang ini —dan masih akan terus berkembang, dengan ratusan tambahan kata-kata baru setiap tahunnya. Walaupun ada banyak kata pinjaman dari banyak bahasa lain, namun jantung Bahasa Inggris tetaplah bahasa Anglo-Saxon dari era Bahasa Inggris Kuno. Tata Bahasa Inggris juga sangat jelas Jermanik —tiga gender (He, She dan It) dan susunan sederhana dari kata kerja

Sumber tulisan: http://www.studyenglishtoday.net/english-language-history.html


Apakah menulis itu seperti buang kotoran?

Ada yang menggambarkan kegiatan membaca itu seperti ‘makan’, dan menulis itu seperti ‘buang kotoran’, maka kali ini saya ingin memberi analogi yang berbeda. Menurut saya, menulis itu seperti makan. 

Kau tahu, menulis itu membutuhkan perasaan ‘lapar’ sebagai pemicu. Sama halnya dengan lapar yang memicu orang untuk makan. Bedanya, lapar yang menjadi pemicu makan bisa datang sangat cepat. Sehingga rata-rata, kita dapat terpicu untuk makan dalam sehari sampai tiga kali.

'Lapar' yang menjadi pemicu untuk menulis bisa datang sangat lambat. Dalam keadaan kelaparan itupun terkadang kita bisa tahan untuk tidak 'makan' atau dalam hal ini tidak menuliskannya sampai berhari-hari bahkan mungkin bertahun-tahun. Bisa dibayangkan jika perasaan lapar untuk menulis dapat kita rasakan dalam sehari sampai tiga kali dan kita menurutinya, mungkin kita akan jadi orang yang produktif menulis. Memang sekarang ini telah banyak penyalur tulisan-tulisan dari yang panjang sampai terbatas hanya 140 karakter, sehingga menulis ‘status’ sehari tiga kali adalah kegiatan yang mudah. Namun sekali lagi perasaan butuh menulislah yang memicu orang untuk menulis, bukan karena banyaknya informasi yang kau baca sehingga kamu ‘terpaksa’ harus menulis.

Buang kotoran itu berkaitan dengan keikhlasan, sementara makan itu berkaitan dengan kebutuhan. Kau selalu ikhlas ketika membuang kotoranmu, kau tidak akan pernah berat untuk menyiram kotoranmu dan melihatnya berputar-putar sebelum akhirnya hilang ditelan septic tank. Kamu tidak mungkin mengingat-ingatnya atau bahkan memintanya kembali. Kecuali jika kamu punya kelainan.

Jika kamu mengganggap menulis adalah membuang kotoran, maka tulisanmu adalah kotoran tersebut. Namun ikhlaskah kamu jika tulisanmu diakui orang lain? Jika tulisan yang telah kamu buat dicopas tanpa izin dan dianggap sebagai milik orang lain? Jika itu kotoran, mengapa tak kau ikhlaskan saja?

Sekali lagi menulis itu butuh perasaan ‘lapar’ sebagai pemicu, dan pemicu saya menulis tulisan ini adalah sebuah twit dari seseorang sahabat.