Halaman

Rabu, 30 Desember 2015

Perempuan Berkalung Hujan

Ketika kau hadir, hujan turun dan para malaikat bertasbih
sambil menulis status, dan jaringan internet mendadak terputus. 

“Buongiorno, Principessa!” kataku.
Terakhir ketemu, kamu sedang berkalung hujan, 
dan apa yang kulakukan selalu sangkal. 

Katamu, “seharusnya tak kau temui aku.” 
Andai semua lelaki bisa tahu, hidup ini pasti tidak semakin asu 

rindu yang berwarna ungu 
sudah menjadi kayu bakar kering 
yang mudah menyulut dan terbakar

Tanyamu, "Siapa yang lebih edan dari cemburu gemuruh hujan?"
Aku, aku yang merasa nyaman dalam derai ingatan. 

kita pergi ke hutan,
di sana masih ada manjamu, 
tersimpan dalam ranting-ranting waktu   

gelisahku membunuh sepi
ketika ilalang bergoyang menggerakan serat-serat hati
seperti rasa yang pernah kita alami

Karawang, 30 Desember 2015  




Selamat ulang tahun,
yang fana itu usia, kamu abadi