Halaman

Kamis, 07 Desember 2017

TV Kabel

“Baaang, ada tamu nih.” Istri saya setengah berteriak dari halaman.

“Iya.” Saya bergegas ke luar dari kamar.

Ternyata sales yang mau nawarin layanan TV kabel. Pasti istri saya mau ngerjain, pikir saya kemudian. Karena dia tau, apa faidahnya langganan TV berbayar kalau gak punya TV.

Sebagai tuan rumah yang baik, saya meladeni si sales, “Iya, Mas, ada apa ya?”

“Ini saya dari Transvision mau nawarin promo.. bla, bla, bla.”

Saya mendengarkan dan merespon sekedarnya, “Oh gitu, Mas.”

Istri saya memberi kode lewat kedipan. Awalnya saya nggak paham, tapi lama kelamaan saya mengerti maksudnya. Sales yang saya ajak ngobrol adalah mbak-mbak bukan mas-mas. Saya ketahui setelah melihat anting emas di kedua telinganya. Saya merasa berdosa.

Ya tapi bukan salah saya juga. Potongan rambutnya cepak, pake jaket, celana jeans dan sepatu kets. Tapi melihat respon dari awal, saya kira dia sudah biasa dengan panggilan itu. Dari tampangnya sepertinya dia mau bilang, “Santay! Lu orang yang ke seribu dua puluh tiga yang manggil gua mas.”

Dia juga nggak bilang dari awal kalau bukan mas-mas. Maksud saya, dia kan bisa bilang dengan sopan, “Maaf pak, saya bukan mas-mas, saya mbak-mbak. Gak liat nih anting saya? Saya juga suka main Barbie dan pake legging macan tutul kok!”

Si sales tetap menjelaskan panjang lebar. Saya tetap mendengarkan Set-up itu. Tunggu Punch Line saya, kata saya dalam hati.

“Iya. Promonya sih bagus, Mbak.” Saya memberi jeda, “Tapi saya gak punya TV.”

Sales diam.

Suasana hening sesaat sampai akhirnya si sales tertawa.

Saya tidak ikut tertawa.

Diam menikmati.