Saya tidak terlalu mengerti apa kriteria penilaian sehingga selulus TK Safa diberi peringkat Kecerdasan Naturalis. Mungkin karena lebih sering dan senang bermain di luar kelas. Bahkan saya atau ibunya sering sengaja untuk terlambat menjemput Safa dari sekolah karena tahu ia tidak mau pulang buru-buru, ia senang bermain di lingkungan sekolah yang banyak pohon. Maka ketika beberapa hari yang lalu Safa dan kakaknya masuk UGD karena keracunan biji jarak, kami tidak terlalu kaget kalau ternyata Safa biang keladinya.
Dulu Safa pernah menangis tanpa alasan, hanya untuk merasakan air matanya sendiri. Ia berhenti menangis, menyeka air di sudut mata menggunakan ujung telunjuk, kemudian menjilatnya. Setelah itu ia meneruskan menangis, berhenti untuk menyeka air mata kemudian menjilatnya lagi.
Apakah Naturalis ada kaitannya dengan eksperimen dan besarnya keingintahuan? Saya tidak tahu. Yang saya mengerti adalah semua orang pernah kecil dan punya rasa ingin tahu yang berbeda-beda terhadap sesuatu. Sewaktu kecil saya sering bermain dengan biji jarak, entah untuk diadu, sebagai biji congklak, atau hal-hal lain, tapi tidak untuk dimakan. Apakah “Naturalisme” yang membuat Safa punya kesimpulan untuk memasukan benda seperti kotoran tikus itu ke dalam mulut?
Sebagai orang tua saya hanya khawatir ketika besar ia akan menjadi pawang hewan, keluar masuk hutan dan mati dimakan buaya. Istri saya punya kehawatiran lain, karena Safa santai dan tidak menurut waktu pertama kali disuruh berhenti memakan biji beracun itu, mungkin ia khawatir kalau Safa kelak menjadi Charles Darwin. Oke itu berlebihan.
Setiap anak punya keunikan masing-masing, kecerdasan yang berbeda-beda. Terkadang kompleks dan butuh seumur hidup untuk orang tua sadar dan mensyukuri anugerah itu.
#homeschoolingsafa #portofoliosafa