Terimakasih karena memberiku motifasi, sehingga aku menjadi pribadi yang percaya diri.
Terimakasih atas segala pujian tulus, sehingga aku terbiasa menghargai.
Terimakasih karena aku tidak banyak disalahkan, sehingga aku berani menjadi diri sendiri.
Terimakasih telah memberiku rasa aman, sehingga aku terlatih untuk mempercayai orang lain dan mengendalikan diri.
Terimakasih karena membersarkanku dalam kejujuran, sehingga aku terbiasa melihat kebenaran.
Terimakasih karena menerimaku apa adanya, sehingga aku belajar menyayangi semua insan.
Terimakasih telah betah mendengarkan kebawelanku, sehingga aku belajar tumbuh dengan kesabaran.
Terimakasih telah merawatku dalam keramahan, sehingga aku bisa melihat bahwa sungguh indah kehidupan.
Ayah dan ibu,
Maafkan aku atas mainan yang berantakan di lantai, pakaian dan piring-piring kotor, coretan-coretan di dinding, pintu juga jendela.
Maafkan aku karena selalu menaiki punggung atau bergelendot di kaki sambil cerewet bertanya tentang apa saja saat tubuhmu lelah sepulang kerja.
Maafkan aku karena mengurangi jam tidur malammu dengan tangisan, ompol serta kemanjaan sampai pagi tiba.
Maafkan aku karena pernah menjadi sebab atas duka hatimu dan menjadi sumber atas air matamu dengan kata-kata yang membantah dan keras suara.
Maafkan aku karena tidak sanggup mengganti tangismu di tengah malam karena berdoa pada Tuhan untuk kesehatanku juga kebahagiaan.
Maafkan aku atas kata maaf yang tidak akan pernah sempurna karena tidak ada kata yang bisa cukup mewakili ungkapan.
Maafkan aku karena tidak mungkin bisa membalas kasih sayangmu dengan uang yang aku kumpulkan walau sebanyak daun-daun di hutan.
Maafkan aku karena kata maaf yang terlambat kuucap, semoga Tuhan memberikan kasih sayang dan ampunan.
Ayah dan ibu,
Inilah aku. Aku putra-putri kehidupan yang menulis surat ini dari masa depan.
Semakin tumbuh dewasa, semakin aku sadar bahwa ayah-ibu adalah hal terbaik yang pernah Tuhan hadirkan.
2022
Terinspirasi dari puisi: Children Learn What They Live oleh Dorothy Low Nolte
Maafkan aku karena tidak mungkin bisa membalas kasih sayangmu dengan uang yang aku kumpulkan walau sebanyak daun-daun di hutan.
Maafkan aku karena kata maaf yang terlambat kuucap, semoga Tuhan memberikan kasih sayang dan ampunan.
Ayah dan ibu,
Inilah aku. Aku putra-putri kehidupan yang menulis surat ini dari masa depan.
Semakin tumbuh dewasa, semakin aku sadar bahwa ayah-ibu adalah hal terbaik yang pernah Tuhan hadirkan.
2022
Terinspirasi dari puisi: Children Learn What They Live oleh Dorothy Low Nolte