Halaman

Senin, 24 September 2012

Apakah menulis itu seperti buang kotoran?

Ada yang menggambarkan kegiatan membaca itu seperti ‘makan’, dan menulis itu seperti ‘buang kotoran’, maka kali ini saya ingin memberi analogi yang berbeda. Menurut saya, menulis itu seperti makan. 

Kau tahu, menulis itu membutuhkan perasaan ‘lapar’ sebagai pemicu. Sama halnya dengan lapar yang memicu orang untuk makan. Bedanya, lapar yang menjadi pemicu makan bisa datang sangat cepat. Sehingga rata-rata, kita dapat terpicu untuk makan dalam sehari sampai tiga kali.

'Lapar' yang menjadi pemicu untuk menulis bisa datang sangat lambat. Dalam keadaan kelaparan itupun terkadang kita bisa tahan untuk tidak 'makan' atau dalam hal ini tidak menuliskannya sampai berhari-hari bahkan mungkin bertahun-tahun. Bisa dibayangkan jika perasaan lapar untuk menulis dapat kita rasakan dalam sehari sampai tiga kali dan kita menurutinya, mungkin kita akan jadi orang yang produktif menulis. Memang sekarang ini telah banyak penyalur tulisan-tulisan dari yang panjang sampai terbatas hanya 140 karakter, sehingga menulis ‘status’ sehari tiga kali adalah kegiatan yang mudah. Namun sekali lagi perasaan butuh menulislah yang memicu orang untuk menulis, bukan karena banyaknya informasi yang kau baca sehingga kamu ‘terpaksa’ harus menulis.

Buang kotoran itu berkaitan dengan keikhlasan, sementara makan itu berkaitan dengan kebutuhan. Kau selalu ikhlas ketika membuang kotoranmu, kau tidak akan pernah berat untuk menyiram kotoranmu dan melihatnya berputar-putar sebelum akhirnya hilang ditelan septic tank. Kamu tidak mungkin mengingat-ingatnya atau bahkan memintanya kembali. Kecuali jika kamu punya kelainan.

Jika kamu mengganggap menulis adalah membuang kotoran, maka tulisanmu adalah kotoran tersebut. Namun ikhlaskah kamu jika tulisanmu diakui orang lain? Jika tulisan yang telah kamu buat dicopas tanpa izin dan dianggap sebagai milik orang lain? Jika itu kotoran, mengapa tak kau ikhlaskan saja?

Sekali lagi menulis itu butuh perasaan ‘lapar’ sebagai pemicu, dan pemicu saya menulis tulisan ini adalah sebuah twit dari seseorang sahabat.