jalan ini amat ia kenal sepanjang hidup
selalu ia lewati pada pagi yang rindu
atau sore yang ungu di hari minggu
ia adalah seekor domba yang berjalan di atas rumput-rumput hijau
pada sabana stepa waktu
melintasi ilalang-ilalang kering kekuningan
seekor singa menyambut di depan istana
seringai dan kuku-kuku tajamnya memanggil,
"kesinilah sini domba gemuk yang enak dipeluk,"
ia memimpikan kehidupan yang mudah juga ramah
perasaan dirindukan dan kebahagiaan yang dibeli dengan uang
pergi ke hutan yang dalam, dimana ada gereja dari pualam
dan membayangkan ada yang lebih kekal dari kematian
ketika Pikiran kata dalam hati pada Sasi,
ia tidak risau
pikir yakin ia bukan kerbau, hati rasa ia dombau
hanya perbuatan lebih keras berkata daripada guruh
dan hanya ia tidak meyakinkan siapapun selain satu
dirinya yang gaduh
di jalan yang rusuhresah,
kaki tahu kemana akan melangkah
ia meninggalkan
senja yang temaram
di belakang warna yang sama dengan dingin dan bising
sementara rindu selalu cukup dengan
pulang dan kehangatan
tanpa peduli kemana laju akan berujung