Ada beberapa orang yang bertanya kepada saya bagaimana caranya
menerbitkan buku. Saya biasanya menjawab, “Menjadi seorang penulis adalah
menjadi nggak egois.”
Seorang penulis harus berorientasi kepada pembaca. Ya, ketika kamu
mengirimkan naskah ke penerbit, pertanyaan yang pertama kali ditanyakan oleh
penerbit adalah apakah buku ini akan laku? Nggak ada penerbit yang mau
menerbitkan buku yang mereka anggap tak punya daya tarik untuk dibeli. Ketika
kamu memutuskan untuk menerbitkan naskahmu, maka satu hal yang harus secara
serius kamu pikirkan; pembaca —kecuali jika kamu ingin tulisanmu nggak dibaca
orang.
Penerbit bekerja untuk memastikan buku yang akan diterbitkannya itu cocok dan tepat untuk pembaca; isi, ukuran, format, tata letak, rancangan sampul, harga, dan lain sebagainya. Editor akan memastikan bahwa naskah yang akan diterbitkan sudah pas untuk pembaca. Mereka nggak hanya mengurus salah ketik atau ejaan, tapi juga memastikan bahwa isinya selengkap yang dibutuhkan pembaca dan disajikan dengan cara yang pas. Mereka memeriksa sistematika dan akurasi informasi di buku-buku non fiksi, juga mencermati karakter, plot dan elemen lain dalam buku-buku fiksi.
Namun jangan berkecil hati, penerbit selalu membutuhkan penulis. Penulis apapun; yang terkenal, yang nggak terkenal, yang bagus, bahkan juga yang buruk. Penerbit nggak hanya menerbitkan karya penulis terkenal saja. Pergilah ke toko buku, dari sekian ratus judul buku yang ada di sana, berapa banyak yang ditulis oleh penulis terkenal? Banyak nama di sampul buku-buku tersebut yang nggak kau kenal kan? Artinya, penerbit lebih banyak menerbitkan karya penulis yang tidak terkenal.
Kata A.s. Laksana, "Penerbit menerbitkan
buku karena mereka harus terus berproduksi, agar usaha mereka terus hidup.
Mereka butuh penulis. Mereka butuh karya untuk diterbitkan, dan penulis
terkenal belum tentu menerbitkan buku setahun sekali, sementara penerbit harus
menerbitkan beberapa judul buku setiap bulan."
Sekarang, kamu sudah punya konsep naskah yang ingin kamu kirimkan ke penerbit. Atau bahkan kamu sudah menyelesaikan naskah tersebut. Itu langkah yang bagus dan benar. Langkah selanjutnya adalah menawarkan naskah itu ke penerbit yang cocok dengan jenis naskah yang kamu tulis dan membidik pasar pembaca yang sesuai pula dengan naskahmu.
Menulis itu mudah, membuat konsep sebuah buku juga nggak sulit. Ide dapat kamu peroleh dengan mudah sekarang ini. Internet dengan mudah menjadikan setiap orang tahu segala hal. Namun, sering saya menemukan orang-orang yang tetap nggak percaya bahwa mendapatkan ide, membuat konsep, menulis, sampai kemudian menerbitkannya itu mudah. Mereka membayangkan jalan yang sulit, cerita yang horror, atau usaha yang penuh perjuangan. Sepertinya mereka ingin mendengarkan cerita menyulitkan tentang menerbitkan buku, supaya ada alasan bagi mereka untuk tetap nggak bisa melakukannya.
Carilah ide-ide dari sekelilingmu, tuliskan proposal naskah yang memikat, ungkapkan hal-hal menarik dari naskahmu, berikan range pembaca terhadap naskah tersebut kemudian carilah penerbit -penerbit yang cocok. Kunjungilah websitenya, amati naskah-naskah yang telah mereka terbitkan, baca tata cara mengirimkan naskah (Tiap penerbit punya cara masing-masing untuk hal ini), kemudian putuskan penerbit mana saja yang cocok untuk naskahmu.
Sekali lagi, seorang penulis nggak boleh egois, mementingkah dirinya sendiri tanpa mempertimbangkan pembaca. Dan yang lebih penting, nggak ada satu orang pun yang ingin membaca tulisan yang egois.