Jumat, 28 Mei 2021

Mengenang Guru yang Penyayang

Sekitar 19 tahun yang lalu, Kiyai Syarif masuk kelas kami untuk mengajar Musthalah Hadits. Pada pertemuan pertama itu, saya dan kawan-kawan sekelas diberikan sebuah Hadits Musalsal bil Awwaliyah (Hadist yang setiap perawi saling mengikuti di dalam suatu sifat tertentu, baik dalam bentuk ucapan, keadaan atau perbuatan. Untuk Hadits yang kami terima dari Kiyai Syarif ini bentuknya bil Awwaliyah, yaitu keadaan dimana seorang guru pertamakali mengajarkan muridnya Hadits)

Beliau membacakan sanad hadits tersebut secara lengkap, yang tersambung hingga rasulullah, dengan suara lembut, penuh ketenangan dan kewibawaan, sampai tiba pada Matan, “Qaala rasulullahi sallallahu alaihi wasallam: Ar-rãhimün yarhamuhumur Rahmãn Tabaraka Wataala. Irhamuu man fil ardhi yarhamkum man fissamã'”

Artinya adalah, “Para penyayang akan selalu disayangi oleh Sang Maha Penyayang. Sayangilah mereka yang ada di bumi, maka kalian akan disayangi oleh mereka yang ada di langit.”

Beberapa saat setelah beliau selesai membacakan sabda rasul, kawan kami Kazay Zainudin Ajah masuk kelas. Setelah meminta maaf karena ada urusan di pondok yang membuat telat masuk kelas, Njay duduk di kursinya, di baris paling depan, di sebelah saya duduk.
 
"Yah, ente ketinggalan." Kiyai Syarif berkomentar.
 
"Iya, nanti saya tanya sama temen, Kiyai," Njay menjawab dengan polos.
 
Kiyai Syarif tersenyum, "Gak bisa ditanya ke temen ente."
 
Njay seperti bingung, karena belum mendapat penjelasan bahwa yang barusan disampaikan adalah Hadits Musalsal bil Awwaliyah.
 
Dengan wajah yang selalu berseri, Kiyai Syarif mengulang membacakan hadits tersebut dengan kelembutan dan ketenangan yang sama persis dengan ketika pertama kali dibacakan kepada kami, hanya untuk satu orang muridnya yang terlambat masuk kelas.

Begitulah beliau kami kenang sebagai seorang penyayang, disayangi murid-muridnya dan semoga Allah beserta malaikat-malaikat yang ada di langit menyayangi beliau.

Al Fatihah.