Sabtu, 30 Desember 2023

Dalam Hutan

Hutan mengingat masa depan
dan masa lalu pada serat kulit-kulit kayu,
mencatat perjalanan waktu sejak
selaksa bintang yang jauh.

Dari jendela kereta yang sedang melaju, 
Lawu mengajariku menulis puisi. 
Ia membiarkanku tidak melakukan apapun 
selain memandang ke luar dan melamun.

Aku berharap bisa membencimu dengan 
alasan-alasan sebanyak daun-daun. 
Sampai kesadaran membuatku bersetuju 
dengan hutan, bahwa ia tidak meminta 
apapun kecuali kerelaan.

Bayangkan suatu hari yang haru aku 
menghilang ditelan halimun. 
Seberapa lama kamu akan menyadari? 
Seberapa besar kamu berusaha menghubungiku?

Akan ada perpisahan di masa depan
sebagaimana kita saling tidak 
mengenal di masa lalu. 
Daun-daun kering gugur 
dan pulang kepada pohon kehidupan. 
Akar-akar saling berbicara 
mengabarkan angan yang selalu dekat.

Apalah arti kita di tengah 
kemarin dan esok? 
Makhluk yang mengagumi 
denting minor piano, petikan gitar, 
tongeret, juga dingin angin yang menusuk.

Malam yang pendiam tiba di atas kota. 
Hutan dan kota yang gelisah seharusnya 
tidak bermusuhan, seperti kejujuran 
seharusnya tidak berpisah dengan 
jantung puisi karena kata-kata 
kadang berkhianat 
pada dirinya sendiri.

Kamu hutan malam ini, 
tempat cinta dengan warna 
yang lekas pudar memugar 
wajahnya kembali. 
Menuntun tangan sepi 
menuju puncak kesadaran.

Tanah mengucapkan salam perpisahan 
ketika musim dingin yang menggigilkan 
pucuk-pucuk akasia menarik kita 
menuju keabadian. 
Dalam kematian yang 
tidak lagi menakutkan.













Senin, 02 Oktober 2023

laki-laki yang duduk di tepi jendela sambil sekali lagi menonton masa lalu di langit biru

hari kemarin lewat dan
mengetuk pintu depan

laki-laki itu turun dari jendela
berlari membuka pintu
sebelum ia menemukan
halaman kosong

ia berharap ada kejutan atau
bisa mengubah warna awan


(2023)

Selasa, 01 Agustus 2023

Tertawalah, Maka Dunia Akan Tertawa Bersamamu

Dear Nada,

Tanggal 28 Juli kemarin, bapak menulis surat untuk ibu, seperti tahun-tahun sebelumnya bapak juga menulis untuk memperingati hari pernikahan. Jadi menulis surat biasa bapak lakukan kepada siapa saja, baik yang sering bertemu, jarang bertemu, bisa dihubungi di dunia nyata, ataupun yang sudah meninggal. Saat ini bapak menulis surat untukmu bukan karena bapak tidak bisa mengungkapkan langsung, tapi karena menulis lebih memperlihatkan kejernihan berpikir, juga menuntut seseorang untuk bisa menggunakan kalimat yang lebih efektif dan efisien, disamping juga ini sudah menjadi kebiasaan lama bahkan sejak bapak seusia kamu.

Dulu bapak menulis diary untuk mencurahkan perasaan agar bisa membantu melalui masa-masa sulit, pada saat sedih, kangen, merasa tidak dicintai, merasa tidak diakui, atau saat merasa bodoh, sementara tidak ada seorang pun yang bisa mendengarkan atau dipercaya untuk mendengarkan. Selain katarsis, menulis juga berkaitan dengan kenyamanan dan evaluasi diri. Sampai sekarang bapak masih menulis, kebiasaan yang dari dulu bapak lakukan sejak tinggal di pondok.

Malam pertama saat kamu di pondok, bapak dan beberapa orang kawan berkunjung ke pesantren Kiyai Fachruddin, guru bapak semenjak Tsanawiyah. Bapak di sana semalaman dan baru pulang sampai rumah ketika azan subuh berkumandang. Bapak menghadiahkan Kiyai sebuah buku, juga membicarakan banyak hal, termasuk kamu. Apa kamu percaya, perasaan deg-degan yang kamu rasakan dalam perjalanan ke pondok pagi itu, juga bapak rasakan? Kiyai Fachru yang saat ini punya dua pesantren, memiliki pengalaman pribadi tentang kondisi psikologis santri dan orang tua. Beliau menyampaikan bahwa orang tua dan anak punya ikatan emosional yang kuat. Sehingga apa yang dirasakan anak, juga bisa dirasakan orang tua, begitu juga sebaliknya. Orang tua dan anak bisa berkomunikasi secara ruhiyah, ruh bir ruh. Sakit dan kesedihan yang dirasakan anak, bisa dirasakan orang tua.

Di rumah sakit, dokter biasa menanyakan peringkat kesakitan pasien dengan angka, dari tingkat satu untuk yang paling ringan, sampai sepuluh yang paling sakit. Hanya saja, tenaga medis biasanya menanyakan sakit fisik, sementara kondisi psikologis sebenarnya yang bisa membuat sakit makin menjadi. Kamu tahu hal paling sakit yang pernah bapak rasakan? Sakit pada peringkat 9. Sakit ketika bapak mengetahui Embah meninggal.

Minggu, 6 Desember 2015. Malam itu bapak pulang kerja dan sepanjang jalan turun hujan. Sampai di rumah tidak ada orang. Kamu, ibu dan Safa sedang menginap di rumah Oma. Di kamar bapak tidur ditemani diri sendiri, gelap dengan perasaan ditindih sepi. Malam itu ada firasat aneh yang tidak bisa bapak jelaskan dengan terang melalui tulisan. Semacam hubungan batin anak dan orang tua mungkin.

Pagi hari, selepas subuh, ibu menelpon dengan suara gemetar, meminta segera ke rumah Nenek, karena Embah sakit. Saat bapak tiba, Embah sudah tidak sadarkan diri dan 30 menit kemudian beliau meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Hari itu, selepas salat asar, jenazah dikuburkan. Itu salah satu hari tersingkat dalam hidup bapak. Beberapa tetangga bilang, "Baru kemarin sore saya lihat Pak haji lewat depan rumah."

Embah meninggal dengan tiba-tiba. Andai semua orang datang dan pulang beramai-ramai, mungkin tidak ada yang merasa ditinggalkan. Sayang, dunia ini bukan seperti rombongan tamasya menggunakan bis, yang beramai-ramai datang, beramai-ramai pulang. Kehidupan dunia ini seperti datang ke Pasar Malam, seorang-seorang datang, seorang-seorang pergi.

Kehilangan orang tercinta tidak pernah mudah, Kak. Dengan kehilangan semacam itu, kamu bisa terbangun tiba-tiba pada tengah malam dan menangis sendirian. Kamu merasakan dadamu terhimpit dalam isak, paru-parumu berderu dengan sedu yang menyesakkan, sampai kamu lupa bagaimana caranya bernafas.

Kamu mengingat kenangan-kenangan yang terlewat. Kamu merindukan pesan dan telponnya, kamu merindukan suaranya, kamu merindukan aroma tubuhnya, kamu merindukan hal-hal yang mengesalkanmu, kamu merindukan hal-hal kecil, segala sesuatu yang bahkan sangat sederhana seperti caranya bicara, memegang tangan atau mengucapkan namamu. Namun yang lebih menyesakkan dalam semua kerinduan itu adalah sesuatu yang belum sempat kamu lakukan untuk membalas jasanya.

Sampai saat ini, belum ada yang bisa mengalahkan sakit itu. Belum ada sakit peringkat ke 10. Bapak sengaja menyisakannya, entah untuk apa.

Beberapa waktu lalu, saat kamu bilang sakit sambil menangis, bapak tidak tahu berapa nilainya, tapi bapak mengerti itu bukan hanya sekedar kesakitan fisik. Kamu bisa saja menyembunyikan, tapi orang tua punya kemampuan untuk mengerti apa yang tidak diungkap anak mereka. Bapak percaya, kesulitan dan tantangan fisik yang kamu hadapi saat ini bisa dengan mudah kamu atasi, sebagaimana bapak dan ribuan orang sebelum kamu juga pernah melewati kesulitan yang sama. Namun untuk tantangan emosi, kamu hanya butuh waktu untuk bisa lebih belajar.

Di usia kamu, waktu SD, bapak pernah menyukai seseorang. Rika namanya. Sejak bapak masuk pondok sampai sekarang, kami tidak pernah lagi bertemu. Saat ini bapak tidak tahu bagaimana kabarnya. Bapak juga pernah kangen seseorang sampai menangis. Itu sebelum bapak bertemu ibu. Sampai akhirnya, waktu yang menyembuhkan. Manusia bisa belajar banyak hal dari pengalaman hidup mereka, dan untuk bapak, cara tercepat mempelajari hal itu adalah dengan menulis. Menulis untuk bapak adalah cara berteriak tanpa harus membangunkan orang-orang di sekitar, juga cara membentuk ketabahan untuk terus maju dan berkembang.

Kamu boleh menulis perasaan kamu kepada siapa saja. Tulisan itu bisa kamu kirim ke orang yang kamu mau, bisa juga disimpan sendiri untuk kamu baca kembali suatu waktu, agar menjadi pengingat kenangan atau pelajaran. Kamu juga bisa menitipkan surat untuk kawan-kawanmu di SMM, mereka tentu akan senang membaca tulisan-tulisanmu. Kamu bisa menulis untuk Ali, Ajeng, Kief, Kirana, Olatte atau siapapun. Titipkan tulisan itu ke bapak atau ibu, nanti dikirim ke teman-teman yang kamu mau. Bapak dan ibu tentu tidak akan membaca tulisan-tulisan itu, kecuali memang kamu mengijinkan atau mau supaya bapak atau ibu membacanya.

Beberapa kali membaca tulisan-tulisanmu, bapak bisa menilai kalau kamu punya kemampuan yang bagus untuk menyampaikan perasaan serta ide dengan diksi yang kuat dan kalimat yang efektif. Itu keterampilan yang diperlukan ketika menulis, dan kamu mempunyai bakat alami.

Kiyai Fachru adalah orang yang pertama kali memberi tahu tentang bakat bapak. Suatu malam dari atas podium, disaksikan seluruh santri yang sedang mengikuti Muhadhoroh, Kiyai bilang bahwa bapak berbakat dalam menyusun cerita yang bagus. Sebelumnya bapak naik podium untuk membawakan pidato dengan sebuah cerita yang memang bapak susun sendiri. Seandainya tidak mondok, bapak tidak akan mengenal dan dekat dengan Kiyai Fachru, dan mungkin juga bapak tidak bisa mengeksplorasi kemampuan bapak sebenarnya. Dalam istilah sufi, guru juga disebut Mursyid, Pembimbing atau Mentor. Dalam perjalanan hidup ini, kamu juga akan bertemu mentor yang akan mendukung dan membimbing kamu ke jalan kebaikan. Kamu juga akan bertemu orang-orang dengan berbagai macam latar belakang, berbeda usia dan bisa belajar dari mereka.

Beberapa hari lalu, Kak Faznah, guru yang mengajari kamu Bahasa Inggris di pondok memberi tahu bapak bahwa kamu keren karena sudah berani memperkenalkan diri di depan orang banyak. Sejak kamu kecil sampai sekarang, bapak masih yakin bahwa kamu adalah salah satu anak yang paling berani, berkeinginan kuat dan tegar yang pernah bapak temui. Mungkin penilaian ini bias, tapi biar waktu yang akan membuktikan ketika kamu berhasil melalui kesulitan-kesulitan yang kamu hadapi, seperti yang sudah kamu lakukan sebelumnya.

Tidak ada yang bilang hidup ini akan selau mudah, Kak. Namun percayalah, setelah satu kesulitan selalu akan datang dua kemudahan, dan kamu tidak perlu takut atau sedih karena sesungguhnya Allah bersama kita. La tahzan innallaha ma'ana.

Berbahagialah, karena itu perintah Tuhan. Orang-orang beriman hidup dengan penuh keikhlasan, syukur, tawakal, dan punya tujuan. Adakah orang yang tidak bahagia jika mampu menghayati semua itu? Jadi tertawalah, maka dunia akan tertawa bersamamu, tapi bersedihlah dan kamu akan bersedih sendirian. Louis Sachar, penulis dengan selera humor tinggi itu pernah bilang, "Kamu butuh sebuah alasan untuk sedih. Tapi kamu tidak butuh alasan untuk bahagia.”

Bapak mengerti butuh waktu untuk memahami semua ini, maka tetaplah percaya pada dirimu sendiri sampai kamu menemukan versi terbaik dari dirimu. Bapak akan selalu mendukung dan menunggu kamu sampai kamu berada di puncak kebaikanmu, dan selama menunggu itu, bapak akan tetap menulis. Karena apa yang diucapkan akan hilang, sementara yang tertulis akan tetap tertulis.

Semoga Allah selalu menolong, memberi kekuatan, keselamatan dan kebahagiaan dalam hidupmu.



With love and fervent prayers,

Bapak





Jumat, 28 Juli 2023

Kamu Adalah Mata, Aku Airmatamu

Kita berjalan menuju rak buku-buku puisi. Kamu terpaku pada sebuah buku kemudian bertanya, "Ini maksudnya apa, Bang?"

Kamu memegang sebuah buku Joko Pinurbo berjudul "Malam ini aku akan tidur di matamu: sehimpun puisi pilihan". Aku mengamatimu dan tersenyum, mencari tanda di wajahmu untuk tahu apakah pertanyaan itu bercanda atau serius.

Kamu memberi pertanyaan lebih spesifik, "Kenapa mata? Maksudnya apa?"

Setelah menangkap rona serius di wajahmu, aku menjawab, "Mata adalah metafora dari jiwa manusia, kebijaksanaan, juga rahasia. Maka dari itu kita sering mendengar orang bilang mata tidak pernah berdusta. Jokpin pernah menulis puisi berjudul Kepada Puisi. Hanya ada satu bait, 'Kau adalah mata, aku airmatamu'. Mata juga menggambarkan sumber, inti atau pusat, makanya ada istilah mata pencarian, mata air, mata batin, mata pedang."

"Terus kenapa tidur?" Kamu bertanya lagi.

"Ya karena tidur itu nyaman. Tidur itu analogi dari kenyamanan. Aku akan Tidur di Matamu, Maksudnya si Aku-lirik nyaman dan ingin bersatu jiwanya dengan sumber, rahasia, ketulusan 'mu'."

Kamu diam. Sekali lagi aku melirik wajahmu, mencoba menangkap respon yang tidak kamu ucapkan. "Kalau kenapa malam, ya karena malam itu cocok dengan kata tidur, dan malam itu menggambarkan kesyahduan."

Kamu masih diam. Sepertinya puas dengan jawaban yang kamu dengar kemudian melihat buku-buku lain. Aku juga diam terpaku memandangi buku-buku puisi yang ditulis bahkan ratusan tahun yang lalu.

Puisi bagi manusia adalah keseharian. Seperti bernafas, ia adalah salah satu hal paling alami yang ada dalam kehidupan manusia, sebuah takdir karena manusia bisa bicara. Mau tidak mau, sadar atau tidak, naluri alami manusia adalah berpuisi. Mengungkap atau menyatakan sesuatu dengan perumpamaan, perbandingan, diksi yang kuat, irama dan lain-lain. Sehingga, segala konotasi dalam puisi diupayakan bukan untuk membuat bingung atau berteka-teki, tapi lebih dari itu adalah supaya bisa memberi kita makna dan kesadaran lebih dalam. Untuk mecipta hal tersebut, penyair harus menggali kesadaran dalam dirinya sendiri. Melongok dan mengunjungi jiwanya sendiri. Manusia sejatinya adalah jiwa. Kita adalah jiwa tanpa fisik.

Kamu tahu, aku selalu ingat Pablo Neruda dalam pengantar 100 Soneta Cinta, ketika menulis puisi untukmu. Ketika menuliskan puisi-puisi itu, aku sebenarnya menderita karena harus melepas jiwaku dari penjara fisik ini. Percayalah itu tindakan yang membuat nelangsa, mendukakan, menikam dan melukai tanpa henti, seperti kamu mengupas kulit sendiri untuk menampakkan daging merah dengan urat yang berdenyut dan darah yang bercucuran. Namun kamu tahu, kesenangan setelah mengungkapkan, menuliskan kemudian mempersembahkan padamu sungguh lebih tinggi dari langit.

Suatu waktu aku mengunjungi diriku kemudian menghadapi kesakitan. Mendapati semua yang kulihat adalah cermin, aku tidak bisa bersembunyi. Kejujuran datang dan aku tidak bisa menghilang. Aku mencari hal yang paling kurasa sakit. Ketika aku berhasil menyakitimu, aku kira itu akan melegakan, ternyata sakitnya kembali padaku berkali-kali. Aku sakit ketika menyakitimu.

Dalam Perbandingan, aku menulis:

//Aku memandang dunia dari balik rupamu. Aku tidak ingin derita, tapi kamu adalah mata dan aku air matamu. Aku tidak ingin perih, tapi aku adalah darah dari luka goresmu. Aku tidak ingin murka, tapi kamu adalah api dan aku adalah nyala. Bagaimana cara memisahkan diriku dari dirimu?//

Sering aku tidak menemukan diksi yang tepat, atau kesulitan mencari imaji atau irama. Kadang ada bait yang kutulis cepat, ada yang butuh berbulan-bulan bahkan tahunan. Kebanyakan tidak bisa kukendalikan. Ini seperti ilham atau wahyu, yang datang semaunya.

Pada satu waktu, setelah tahunan dan puluhan kali membaca Sapardi, aku teringat Aku Ingin, kemudian ada yang menelusup masuk:

//aku mencintaimu dengan sederhana/seperti kamu mencintai langit ketika sore tiba///

Setelah itu bait-bait yang lain meluncur begitu saja seperti datang dari alam bawah sadar. Kejadiannya begitu singkat dan terngiang di kepala, seperti:

//Meminta cinta kepada peluk adalah sesuatu yang fatal akibatnya, karena ia tidak tahu cara untuk berdusta.//

Atau, 

//Embun yang jatuh ke bumi/tak pernah marah kepada langit/karena ia tahu kepadanya/ia akan kembali.///

Aku tahu tidak akan bisa sehebat Pablo, membuat soneta-soneta dari kayu kemudian memberi mereka bunyi dari benda yang kusam dan murni itu. Berjalan di hutan atau di pantai, di tepi telaga yang tersembunyi, di keluasan bersalut abu, mengumpulkan potongan-potongan kulit pohon, potongan-potongan kayu yang takluk pada air dan cuaca buruk. Kemudian, dari bilah-bilah yang telah aus, kapak, parang, dan pisau, ia memancangkan tiang-tiang kayu cinta, dan dengan empat belas papan masing-masing ia bangun rumah-rumah kecil, tempat mata istri yang ia puja dan kepadanya ia bernyanyi, bisa hidup di sana. Aku hanya ingin melakukan hal yang serupa, tapi tentu tidak bisa disandingkan. 

Aku tahu terkadang kamu bertarung dengan pikiranmu sendiri, mencoba mencari cara agar orang lain dapat mengerti yang ada di dalam, sementara bahasa tidak dapat sepenuhnya diandalkan. Aku juga menghadapi hal yang sama, namun aku beruntung karena ditolong puisi, yang tidak terikat dengan aturan-aturan bahasa bahkan terkadang mengejek mereka. Bayangkan bahasa tanpa pusi, ia akan menjadi kering dan miskin. Dengan puisi aku berharap bisa mengerti apa yang ada dalam dirimu dan juga sebaliknya, kamu memahami apa yang ada dalam jiwaku. Seperti puisi Jokpin, aku ingin jiwaku bersatu dengan jiwamu. Aku yang tertidur dalam matamu. 

Aku berharap puisi-puisiku dapat mewakili yang tidak dapat diutarakan kata, walau tidak sempurna. Terima kasih telah menugaskan puisi untuk masuk ke dalamku, memberinya kehidupan, yang kemudian lahir semata karena kamu memberinya nyawa.

Minggu, 23 Juli 2023

Masalah yang Kita Hadapi Akan Terus Berulang

Dear Nada,

Beberapa waktu lalu, karena suara tikus di atap kamar kita yang sangat menjengkelkan ibu, bapak mengusulkan untuk membeli racun tikus. Beberapa hari setelah racun itu dipasang, suara tikus tidak terdengar, berganti menjadi bau bangkai yang menyengat. Semua orang di rumah merasa tidak nyaman, dan semakin lama dibiarkan bau busuk semakin menjadi-jadi. Di saat yang sama, mesin air tidak menyala karena pelampung otomatis rusak, sehingga air di dalam tandon kosong. Di saat yang sama, mesin cuci ngadat. Rumah berantakan, tidak ada air, pakaian kotor menggunung, dan aroma ruangan seperti got Tempat Pembuangan Akhir adalah kombinasi yang bisa membuat Raja Hutan sekalipun ingin berganti spesies menjadi burung unta.

Malam itu, bapak masuk kerja dan hanya tidur dua jam di atas kursi kantor. Paginya, sepulang kerja, bapak mengantar ibu ke sekolah untuk menjengukmu. Percayalah, kondisi itu bisa membuat orang menjadi limbung, namun kamu tahu, kesenangan karena bisa melihatmu lagi sungguh lebih luas dari cakrawala.

Itu kali pertama bapak melihatmu lagi setelah kita berpisah seminggu karena kamu tinggal di asrama. Pagi itu kamu menangis, mengeluhkan banyak hal, dan bagaimanapun bapak sudah menduganya. Bahkan sambil bercanda, sebelum kamu mondok, bapak main tebak-tebakan dengan adik-adikmu tentang pada hari ke berapa kamu akan menangis. Kamu juga mendengar lelucon itu, dan dengan tegas kamu bilang tidak akan menangis.

Ada banyak hal yang bisa kita keluhkan, ada banyak hal yang bisa kita sedihkan, bahkan pada hal yang baik sekalipun. Ada banyak kejadian yang sedang dan akan terjadi. Sampai kapanpun, selama kita hidup, masalah akan datang silih berganti. Tapi mari bapak ajak kamu berpikir sebentar, apa sebenarnya yang menyebabkan suatu keadaan menjadi masalah? Apakah murni karena keadaan, atau karena cara seseorang menyikapi kedaaan itu? Jawaban yang paling jelas tentu adalah masalah terjadi, atau masalah menjadi lebih besar, karena cara seseorang menyikapi keadaan itu. Kondisi atau keadaan yang sama, bisa disikapi berbeda oleh orang yang berbeda. Sehingga yang jadi masalah sebenarnya adalah cara seseorang menyikapi keadaan, bukan semata-mata karena keadaan itu. Apakah ia emosional, marah, mengutuk, menyalahkan atau bisa tenang, berpikir, mencari solusi dan pelajaran kemudian bertindak atau beradaptasi untuk mengatasi kondisi itu.

Kebanyakan masalah terjadi karena orang salah berpikir, Kak. Sering kali masalah ada karena seseorang terlalu banyak menyalahkan orang atau hal lain yang di luar dirinya. Jika ia tidak mengubah cara berpikirnya, masalah yang sama akan kembali terulang. Masalah akan selalu ada dan seharusnya dihadapi, karena jika kamu menghindari masalah yang datang padamu, ia akan datang lagi di lain waktu. Siap atau tidak siap, suka atau tidak suka. Menunda untuk mengatasi atau menunda belajar dari masalah, tidak menjadikan masalah itu hilang, malah bisa jadi ia kembali dengan akumulasi yang sudah tidak sanggup kamu hadapi. Siapapun kita, berapapun umur kita, ada hukum yang tidak tertulis berbunyi masalah yang kita hadapi akan terus berulang sampai kita belajar sesuatu darinya. Itu terjadi pada bapak, ibu, kamu atau siapa saja.

Bapak punya keadaan seperti yang bapak sebutkan di awal tulisan, juga beberapa keadaan di kantor, di jalan, dengan tetangga, dengan keluarga dan banyak lagi. Begitu juga ibu, begitu juga kamu. Keadaan-keadaan tersebut yang membentuk manusia, yang memberi kita pelajaran hidup. Apakah kamu mau belajar dari keadaan-keadaan itu, atau seperti pribahasa burung unta yang membenamkan kepalanya di pasir, kamu menghindar? Bapak dan ibu sangat yakin kamu punya kapasitas dan karakter untuk bisa mandiri, bangkit, mencari solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang sedang kamu hadapi sekarang.

Dear Nada,

As you embark on this journey away from home, our heart fills with both pride and concern. We want you to know that you are deeply loved and cherished, and your well-being is always in our thoughts and prayers.

May God shield you from harm and guide you through any challenges that may come your way. I pray that you find strength and courage in times of uncertainty, and that you remain steadfast in your goals and aspirations.

May the light of knowledge and wisdom illuminate your path, leading you to discover the beauty of learning and the joy of growth. May your mind be open and receptive to new ideas, and may you find inspiration in every subject you explore.

May Allah grant you the clarity to make wise decisions and the perseverance to stay committed to your dreams. May you find supportive friends and mentors who encourage and uplift you throughout this journey.

In the moments when you feel homesick or overwhelmed, remember that our love knows no distance and that you carry a piece of our hearts with you wherever you go. Trust that you are never alone, for your family's prayers and blessings always follow you, and you are cherished beyond measure.



With all our love and fervent prayers
for your protection and guidance,


Ibu dan Bapak


Sabtu, 22 Juli 2023

Belajar dan Menulis Adalah Jalan Guru Kita

Kutipan mukadimah Kiyai Fachruddin pada Majlis Mudzakaroh Santri Annida:

Kita tidak pernah berniat untuk berhenti menjadi Santri. Jadi terserah orang mau memanggil kita apa di luar sana, tapi di Ma’had kita tetap memposisikan diri kita sebagai Santri, sebagai Mustafid. Sehingga kita masih masuk pada apa yang pernah disabdakan nabi, “Man salaka thariiqan yaltamisu fiihi ilman sahhalallohu thoriiqon ilal jannah. Barang siapa menempuh jalan untuk menimba ilmu, niscaya Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”

Kiyai Mahfud pernah biang ke saya, “Udah, Din! Kita mah ngeramein kitab Kiyai aja. Lah kalo bukan kita yang baca siapa lagi?”

Jadi ayo kita baca kitab-kitab karangan Syaikhuna. Baca aja. Sebagaimana Kiyai sering membaca ayat, “Fa izaa qaraanaahu fattabi' qur aanah tsumma Alaina bayanah. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya.”

Baca aja kitab-kitab Syaikhuna. Sementara tentang pemahaman nanti biar Allah yang buka, yang penting hati kita futuh, terbuka, ikhlas. “Robbisrohli sodri wayassirli amri wahlul ‘uqdatammillisaani yafkahul kauli. Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.”


Membaca karya-karya Saikhuna selain adalah jalan untuk memahami pikiran-pikiran beliau, juga adalah cara untuk kita berdialog dengan beliau secara ruh bi ruh.

Dulu, waktu baru-baru mendirikan pondok, Kiyai dituduh anti maulid. Beliau jawab, “Kalo lu udah baca kitab ini (maksudnya kitab Muhammad Rasulullah), baru lu tau maulidan siapa gua sama mereka?”

Jadi kalau dikritik, dituduh, dicibir, difitnah, beliau dengan kealimannya menjawab dengan karya. Thoriqoh Saikhuna yang berat selain ngaji itu adalah ngarang kitab. Nulis.

Mudah-mudahan ada generasi sepeninggal Saikhuna yang cinta menulis. Sebab saya pernah denger Saikhuna bilang, “Gua kalo ngarang kitab sekarang (maksudnya Misbahu Dzulam), mungkin bisa lebih tebel dari itu.”

Mungkin karena dulu ada keterbatasan dalam referensi, karena zaman itu maroji atau masodir kurang. Berbeda dengan zaman sekarang dimana kita bisa mendapatkan referensi dengan mudah. Artinya beliau masih punya semangat untuk membuat karya yang lebih besar lagi. Karena di zaman sekarang ini, semuanya sudah tersedia dengan mudah.

Saya memahami kata-kata itu sebagai cemeti dari Saikhuna, kalau beliau yang pada zaman akses untuk mencari maroji sulit saja bisa mengarang kitab, seharusnya di zaman akses semakin mudah ini kita sebagai muridnya bisa lebih baik.


Catatan: kutipan ini saya paraphrase dan ringkas. Untuk mendengar lengkap, silahkan merujuk ke MUDZAKAROH - "KITAB MUHAMMAD" KARANGAN SYAIKH MUHAMMAD MUHAJIRIN AMSAR - YouTube



Kamis, 06 Juli 2023

Setetes Nada di Ujung Daun

Matamu adalah embun
berkilau diterpa arunika.
Kemudian hujan jatuh cinta
padamu sampai menahan
derai lepas menerpa bumi.

Aku mencintaimu seperti
langit yang tak berpintu.
Seperti udara yang
muskil dipenjara.
Seperti energi yang
kekal mencari.
Jika cinta punya lengan,
ia tak akan pernah lepas
memelukmu dalam ingatan.

Pada sebuah jalan
banjir kenyataan
yang meruah dan brengsek ini,
kamu akan bertemu
sepasang kucing candramawa
bernama rumah dan waktu.
Kelak kamu akan mengerti keduanya,
juga memahami mengapa seseorang
bisa bahagia pada penderitaan
yang ia pilih sendiri.

Burung-burung berkicau
dari atas ranting. 
Angin bertiup lewat
dahan-dahan bambu
kemudian membunyikan genta
nada alam yang paling asing.
Setelah itu hening.

Embun yang jatuh ke bumi
tak pernah marah kepada langit
karena ia tahu kepadanya
ia akan kembali.

Kepada kangen.
Kepada rindu.





Rabu, 31 Mei 2023

Dua Kisah Patah Hati dalam Satu Malam

Shel tidak tahu bagaimana cara melupakan Hans.

Slam tidak tahu bagaimana cara memutuskan Reyf.

Ini adalah dua kisah patah hati yang rumit, bukan karena semata-mata kondisinya sulit, namun karena ada dua pasang hati yang rentan remuk.

Setelah rencana pernikahannya gagal --yang sudah saya prediksi dalam tulisan ini--, Shel sadar mulai menyukai Hans, seseorang yang sudah bertunangan.

"Emang lu gak ada kandidat lain?" saya merespon sambil tertawa.

"Gak ada, A Nelal," Shel menjawab.

"Masa?" saya sangsi, karena dengan kemampuan dan track record Shel, saya percaya dia bisa menghubungi salah satu dari puluhan mantan dan menjalin hubungan kembali, atau mencari yang lain yang benar-benar baru.

"Beneran. Hans itu tulus banget," Shel memberikan alasan mengapa saat ini ia benar-benar yakin. Shel memberikan beberapa contoh, ia mengatakan Hans berbeda dari semua laki-laki yang pernah menjalin hubungan dengannya. Menurut Shel, he is the one. Masalahnya hanya satu, Hans sudah bertunangan dengan seseorang yang saat ini sedang tinggal jauh, dan merasa berat untuk memutuskan pertunangan itu.

Dari cerita Shel, saya mengerti Hans juga menyukai Shel, sementara Shel merasa Hans seharusnya tidak menikah dengan tunangan karena hubungan Hans dan tunangan adalah hubungan yang transaksional, tidak ada cinta yang tulus. Hans mempertahankan pertunangan semata-mata karena dua keluarga sudah saling mengenal dan Hans tidak mau merusak semua.

Di hari yang sama, Slam menghubungi saya bercerita tentang hubungan dengan Reyf yang seperti tanpa ujung. Mereka sudah menjalin hubungan selama 10 tahun dan tidak sekalipun Slam dikenalkan secara resmi sebagai pacar oleh Reyf kepada orang tua Reyf. Bahkan Slam menjemput Reyf untuk pergi bukan di rumahnya, tapi jauh dari gang rumah, sehingga tetangga atau orang tuanya tidak tahu. Menurut Reyf, belum saatnya Slam dikenalkan kepada orang tuanya karena Slam belum mapan. Awalnya Slam pikir itu alasan yang masuk akal, namun ia sadar kemudian bahwa kemapanan tidak bisa diukur dan ia akan merasa pada kondisi tidak pernah mapan. Slam merasa Reyf tidak punya kemandirian dan keberanian, ia merasa orangtua Reyf masih menganggap Reyf anak kecil. Sementara Slam sudah berumur 27 dan ia sudah merasa cukup dengan hubungan seperti itu dan ingin mengakhirinya.

"Saya mo ke Semarang, mau mutusin langsung Reyf." Dalam 4 tahun terakhir ini mereka menjalani LDR, Slam di Bekasi sementara Reyf kuliah di Semarang. Sebagai gantle man Slam merasa harus mengatakan keputusan itu langsung.

"Jadi alasannya karena Reyf gak punya independensi dalam hubungan ini?" saya bertanya.

"Bukan cuma itu sih. Saya ngerasa hubungan ini makin lama makin toxic." Slam memperlihatkan 274 pesan WhatsApp yang belum dibaca Slam dari Reyf, "Ada saran, Sir?"

"Gua netral. Gak mendukung lu untuk terus mempertahankan hubungan ini atau putus. Semua pertimbangan dan keputusan ada di lu.” Saya memberi saran, “Gua prediksi Reyf gak mau putus, tapi gua mendukung lu mengatakan langsung apa yang jadi ganjalan selama ini, alasan mengapa mau putus. Selanjutnya biar waktu yang akan menentukan."

"Oke, sir. Gua udah susun argumen yang akan gua omongin nanti,"

Sudah beberapa bulan berlalu setelah percakapan-percakapan itu.

Shel bercerita bahwa ada Orang Pintar yang mengatakan bahwa Hans telah diguna-guna oleh tunangannya, sehingga walaupun mereka LDR selama beberapa tahun ini dan banyak masalah yang terjadi, Hans masih tidak mau memutuskan tunangan.

Sejujurnya saya tidak bisa menanggapi hal yang tidak bisa diverifikasi. Bagi saya, sebelum ada bukti, itu hanya akan menjadi omong kosong. Bukan berarti saya menafikan ada hal gaib, mungkin saja apa yang diungkap Orang Pintar itu benar, tapi menelan begitu saja keterangan seseorang tanpa ada pikiran kritis dengan kesimpulan logis, hanya karena semata-mata itu adalah hal gaib yang tidak bisa dipikirkan, adalah tindakan yang bodoh. Itu alasan mengapa masih ada saja orang, bahkan yang berpendidikan tinggi, yang masih tertipu dengan dukun pengganda uang. Karena mereka tidak meletakan pikiran yang kritis terhadap hal-hal yang gaib atau spiritual.

Dalam kasus Shel, pikiran kritis itu bisa dimulai dengan pertanyaan sederhana, apa yang membuat Shel percaya pada Orang Pintar itu? Apa alasan ia bisa dipercaya? Apakah ada bukti ia mengetahui hal yang hanya diketahui Shel dan Hans? Apakah Orang Pintar itu punya motif ingin dianggap sakti, uang, atau ada motif lain? Dan yang terakhir, jika ia menafsirkan sesuatu, apakah yang diungkapkan adalah sepesifik, sebagian atau umum? Pikiran kritis seperti itu yang harus selalu ada, terlebih ketika orang itu mengatasnamakan agama dan syariat. Ayu Utami menyebut itu spiritualisme kritis, keterbukaan pada yang spiritual tanpa mengkhianati nalar kritis.

Saya berkesimpulan, masalah yang terjadi pada Shel adalah karena ia salah berpikir. Ia terlalu banyak menyalahkan orang atau hal lain yang di luar dirinya. Jika ia tidak mengubah cara berpikirnya, masalah yang sama akan kembali terualang. Siapapun kita, ada hukum yang tidak tertulis berbunyi masalah yang kita hadapi akan terus berulang sampai kita belajar sesuatu darinya. Itu terjadi pada saya, Shel, Slam atau siapa saja.

Dalam kasus Slam, ia sempat bingung dengan perasaan yang ada saat ini, karena ia merasa sudah tidak merasakan hal yang sama ketika dulu ia pertama kali mengenal Reyf. Apakah ini love, lust atau care? Ia bertanya.

“Definisi cinta pada tiap orang itu berubah-ubah.” kata saya, “Lu tanya ke gua 10 tahun yang lalu, sekarang, dan 10 tahun yang akan datang akan beda jawabannya. Karena perasaan memang berubah, bisa berkembang juga layu.”

Ya, saya mengerti bahwa seberapa mesra dan menggebu suatu hubungan di awal, gairahnya akan memudar dan sebaiknya ada perasaan lain untuk menggantikan. Begitulah faktanya. Itu sama dengan fakta bahwa kita tidak perlu berganti teman jika kita sadar bahwa teman memang berubah.



HARI ini saya tidak tahu bagaimana kelanjutan hubungan Shel dan Hans. Terakhir kali bicara dengan Shel ia minta didoakan semoga ia jadi dengan Hans. Saya berdoa semoga ia sehat dan bahagia dengan apapun rencan Tuhan. Ia bersikeras mau didoakan supaya jadian dan menikah dengan Hans. Saya tetap mendoakan semoga ia sehat dan bahagia.

Sementara dugaan saya benar, Reyf tidak bersedia putus dengan Slam dan setelah Slam mempertimbangkan beberapa kondisi, akhirnya ia ingin mempertahankan hubungan dengan Reyf.

“Tapi sekarang Reyf jadi insecure. Saya harus yakinin dia lebih dari sebelumnya.” Slam menjelaskan. Saya kira itu adalah hal yang akan ia temui berulang-ulang dalam hubungan apapun.

Saya selalu pada kondisi tidak mengerti dan selalu belajar tentang perasaan, juga patah hati. Patah hati tidak pernah mudah. Semua orang sadar bahwa pada suatu waktu, cepat atau lambat, mereka akan tiba pada kenyataan bahwa mereka akan mengalami patah hati. Kesadaran seperti itu harusnya membuat kita tidak terlalu marah atau emosional. Jika kamu siap menghadapi, memang itu tidak akan membuatmu marah. Hanya akan membuatmu merasa sakit. Sangat sakit. Mungkin kamu berpikir bisa membayangkan sakitnya, tapi kamu salah. 

Ya, bagaimanapun sakit hati adalah sebuah keniscayaan. Wanita bisa menyakiti laki-laki dan juga sebaliknya. Setiap orang, baik yang kamu kenal ataupun tidak, bisa saja menyakitimu, kamu hanya perlu mencari orang yang benar-benar layak untuk menyakitimu. 

Sampai sekarang saya masih belajar untuk mencintai, untuk mencari dan menemukan arti cinta. Elizabeth Gilbert yang berkeliling dunia, mencari penghiburan setelah perceraian yang sulit itu menulis dalam memoar Eat, Pray, Love, “Orang-orang berpikir Soul Mate adalah pasangan yang sempurna, dan itulah yang diinginkan semua orang. Tapi Soul Mate sejati adalah sebuah cermin yang menunjukkan segala hal yang menghambatmu, orang yang membawa ke dalam dirimu sendiri hingga membuatmu mengubah hidupmu sendiri.”

“Soul Mate sejati mungkin adalah orang paling penting yang pernah kamu temui, karena mereka meruntuhkan pertahanan jiwamu dan membuatmu terbangun. Tapi untuk hidup dengan Soul Mate selamanya? Jangan. Terlalu menyakitkan. Soul Mate, mereka datang ke dalam hidup hanya untuk mengungkapkan lapisan lain dari dirimu, dan kemudian pergi.”

“Tujuan Soul Mate adalah untuk mengguncangmu, merobek sedikit egomu, menunjukkan kesulitan dan obsesimu, membuka hatimu sehingga cahaya baru bisa masuk, membuatmu begitu putus asa dan lepas kendali sehingga kamu harus mengubah hidupmu, lalu memperkenalkanmu dengan guru spiritualmu...”

Pengalaman seseorang dengan perasaan adalah pengalaman pribadi yang sangat intens, siapapun tidak bisa ikut campur. Karena kehilangan, sebagaimana cinta dan patah hati, memang tidak pernah sederhana.

Minggu, 19 Februari 2023

59 dan Semakin Akrab dengan Kematian

Suatu malam Safa (10 thn) menghitung umur Embahnya ketika ia meninggal berdasarkan tahun yang tercatat di nisan.

"59. Bener gak bapak?" Ia bertanya.

"Betul." saya menjawab cepat.

"Masih muda ya?" Safa berkesimpulan, karena sebelumnya saya bercerita bahwa Empi Safa (sebutan untuk ibu dari nenek) berumur 81 tahun ketika meninggal. Saya baru sadar, bahwa satu-satunya cara seorang berumur 50 tahun dianggap muda adalah ketika ia meninggal.

Beberapa waktu lalu, saya menjadi wali pernikahan Ica, salah satu adik perempuan saya. Itu kali ke dua saya melakukannya --setelah sebelumnya saya juga menjadi wali nikah Titis, dan pada keduanya saya sama-sama menangis. Manusia bisa emosional karena meletakan perasaan pada satu hal. Suatu peristiwa bisa membuat satu orang senang sementara orang lain biasa saja, begitu juga satu peristiwa bisa membuat satu orang sedih sementara orang lain biasa saja.

Bapak tidak pernah menikahkan semua anak perempuannya, sementara 3 anak saya adalah perempuan. Saya tidak tahu apakah saya akan menikahkan anak-anak perempuan saya, atau seperti bapak, saya akan meninggal di usia 59 tanpa sempat melakukannya. Jika ikut umur bapak, maka sisa hidup saya adalah 21 tahun. Jika diibratkan batrai HP maka saat ini sisa batrai saya adalah 41,39%. Saat saya berusia 59, Nada, anak tertua saya akan berumur 32, dan bisa jadi ia sudah menikah, bisa jadi juga belum. 

Sudah 7 tahun berlalu sejak bapak wafat dan saya tidak tahu apa perasaan Ica ketika mengucapkan permohonan restu pernikahan tanpa kehadiran beliau. Saya pernah membaca buku harian bapak setelah beliau wafat, yang salah satunya menceritakan tentang Ica. Sebuah catatan tentang betapa senangnya beliau karena Ica pernah memberi uang di saat ia membutuhkannya. Membaca catatan harian dari orang yang telah tiada, entah catatan sekecil apapun, memang sering membuat haru. Apalagi hubungan anak perempuan dan ayahnya selalu menjadi hubungan yang spesial. Kehilangan hubungan itu bukan hal yang mudah, baik untuk diri anak atau sebaliknya.    

Seperti film A Man Called Otto, setiap orang mungkin pernah atau akan tiba pada satu titik kehidupan, dimana mereka ditinggalkan oleh orang-orang tersayang. Terkadang trauma atau sakit dari kehilangan tersebut tidak bisa diatasi dengan sederhana. Ditinggalkan memang tidak pernah mudah, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk sembuh. Film itu seperti mengingatkan kita untuk memberi kesadaran pada hal-hal kecil di sekeliling agar mampu bangkit dari keterpurukan. 

Saya yakin Ica sudah menemukan orang lain untuk membantunya sembuh. Mengingat hal itu, saya tidak lagi mengkhawatirkan apakah nanti saya akan sempat manjadi wali nikah untuk anak-anak saya atau tidak, karena umur tentu bukan urusan manusia untuk menentukan. Cepat atau lambat, hidup manusia pasti akan habis dan hanya menyisakan kenangan bagi manusia lain. Karena usia hidup manusia tidak seperti batrai HP yang bisa di recharge, maka untuk mengantisipasi atau mengirit batrai, yang perlu dilakukan adalah menggunakan aplikasi lebih efisien dan selektif, tidak banyak membuka aplikasi yang kurang bermanfaat apalagi yang cepat menghabiskan energi. Manusia seharusnya bisa memilih akan memfokuskan hidupnya pada orang-orang dekat yang memang pantas untuk diperjuangkan.

Saat ini saya hanya akan mulai memfokuskan energi untuk masa kini, untuk memberi perhatian pada hal-hal kecil di sekeliling, menabung kenangan untuk orang-orang yang layak. 










Minggu, 08 Januari 2023

Menemani Mentari Pagi Membuat Segalanya Punya Warna

Untuk D.

1.
Di sebuah sibuk kita bertemu. Hari-harimu terbentuk dari hari kerja berwarna ungu. Hari-hariku terbentuk dari hari rusli yang berwarna metal.

Awan memilih warna kelabu saat tanah belum selesai mengurai aroma hujan. Udara berwarna es, wajah waktu pucat kelaparan menunggu detik jam, kamu tidak peduli dan tetap sehangat selamat malam.

Warna adalah bahasa yang tidak kuasa berdusta. Hutan berwarna daun pinus, laut berwarna lazuardi, rumah dan jalan adalah haru biru.

2.
Nila telah bercampur putih sebelanga kemudian menjadikannya memar, namun di luar itu jiwanya tetap urat kayu Cedar, di luar itu masih ada sunyi, mimpi dan hal-hal yang hanya bisa disimpan dalam hati.

Mungkin ia perlu minum puisi serindu sekali. Lebih nikmat sambil memandangi langit sore berwarna aruna, atau rintik hujan berwarna dahan, agar tahu bahwa dunia itu sewarna bianglala, tempat keabadian menjelma warna sebutir pasir atau keindahan pada warna sekuntum bunga liar.

Ketika ia meneguk puisi berwarna burgundi dalam sepi, Jogja berwarna tanah sehabis gerimis, dan awan yang menyembunyikan langit tetap memilih warna redup.

3.
Semesta adalah kanvas putih tempat perasaan membuat segala peristiwa punya warna, juga trauma. Ia mewarnai di luar dirinya dan mewarnai sesuatu di dalam dirinya dengan warna yang berbeda.

Tempat paling nyaman yang ia punya adalah masa lalu, ruang waktu tempat menyimpan ingatan, penyesalan, jatuh cinta, suara hati juga puisi-puisi yang belum selesai dicari.

Puisi yang datang dengan banyak mata memberinya sebuah cahaya, dan ia mengerti mengapa cahaya sebagai mata yang mengungkap warna sebenarnya manusia hanya menjadi hitam jika ia tetap terpejam.

4.
Keinginannya sederhana; punya rumah berwarna putih dengan halaman depan menghadap sore, agar ia bisa pulang pada suatu senja dan sempat bercakap-cakap dengan jingga di atas teras.

Jika tidak hujan, ia selalu senang akan rumah dengan jendela besar, untuk menonton malam yang agung menelan semua warna kecuali kerlap-kerlip cahaya mimpi.

Pada sebuah mimpi ia berhadapan dengan cermin dimana ia memandangi wajahnya sendiri juga wajah orang-orang yang telah pergi. Manusia kehilangan satu warna setiap orang yang ia cintai tiada, seperti malam kelam yang menelan ribuan cahaya kemudian menjadikannya gulita.

5.
Pelangi datang setelah gerimis pulang. Mereka bertemu di persimpangan jalan menuju alun-alun sambil mengamati malam yang perlahan-lahan turun.

Dalam pesta yang hingar bingar, hati tahu suara mana yang harus didengar. Malam memberinya sebuah kado yang di dalamnya ada rasa yang dibungkus kertas tortila dengan pita merah muda.

Di kepalanya ada kicau merdu burung nuri di belakang warna yang sama dengan rindu dan kehangatan. Ia tidak khawatir akan pulang sendirian karena sunyi selalu menemani sambil bernyanyi, "Yang fana adalah pelangi, langit sore abadi."

Pagi merekah bagai bunga Kamboja, mentari bersinar hangat kemudian membuat segalanya punya warna. Punya warna.