Senin, 29 Desember 2014

Sebuah Usaha Mengikat Makna

Anak itu ingin mati di hari Senin pagi,
dan dibangkitkan pada Sabtu yang cerah,
agar ia bisa bernyanyi,
“Surga itu dipenuhi hari libur yang sesak dengan kenangan.”

Ia datang mabuk adanya 
karena terlalu banyak minum puisi di kedai kopi,
kepalanya berat dengan deru debar derai degup desah detak demam dengung ingatan

Kau akan selalu mengendap di setiap ranting-ranting hati
yang butuh suluh pada deretan musim yang gaduh
hingga jihad kataku tetap terjaga sampai kalimat akhir paripurna

Ia, si kurus yang gelisah, akhirnya berjumpa,
sebentuk Rachel kepada Bruce atau Lois kepada Clark,
“Aku bersedia menunggu matahari pagi di pantai itu,
agar bisa menjadi lindap bayangmu.”

Ia tak peduli walau hanya seperti
berbicara kepada diri sendiri,
“Dalam setiap puisi yang kueja,
selalu ada kata yang gagap menangkap makna.”


Karawang, 30 Desember 2014