Anak itu ingin mati di hari Senin
pagi,
dan dibangkitkan pada Sabtu yang
cerah,
agar ia bisa bernyanyi,
“Surga itu dipenuhi hari libur
yang sesak dengan kenangan.”
Ia datang mabuk adanya
karena terlalu banyak minum puisi
di kedai kopi,
kepalanya berat dengan deru debar
derai degup desah detak demam dengung ingatan
Kau akan selalu mengendap di
setiap ranting-ranting hati
yang butuh suluh pada deretan
musim yang gaduh
hingga jihad kataku tetap terjaga
sampai kalimat akhir paripurna
Ia, si kurus yang gelisah,
akhirnya berjumpa,
sebentuk Rachel kepada Bruce atau
Lois kepada Clark,
“Aku bersedia menunggu matahari
pagi di pantai itu,
agar bisa menjadi lindap bayangmu.”
Ia tak peduli walau hanya seperti
berbicara kepada diri sendiri,
“Dalam setiap puisi yang kueja,
selalu ada kata yang gagap
menangkap makna.”
Karawang, 30 Desember 2014