Semua orang yang udah nikah pasti pernah ngalamin ini; memilih waktu yang tepat untuk melamar seseorang. Dan mungkin sulitnya relatif sama. Beberapa Minggu yang lalu gue ngobrol dengan seorang temen kuliah tentang pernikahan. Dia cerita kalo cowoknya udah mao ngelamar, tapi dia malah bilang: “nanti aja, sayang, abis aku lulus kuliah. Kalo sekarang waktunya kurang tepat!”
Ya, ya, ya... waktunya kurang tepat.
Setelah itu, gue jadi mikir kapan sebenernya waktu yang tepat untuk menikah?
Kalo dikatakan waktu yang tepat untuk menikah, jika udah punya pekerjaan dan punya penghasilah tetap, punya rumah, punya kendaraan dan punya uang untuk melaksanakan acara resepsi, bukankah terlalu sulit?
Dan, ma’af, mungkin juga terlalu dangkal.
Sementara kesiapan mental adalah satu hal yang paling utama. Lebih penting dari hanya sekedar hitung-hitungan diatas kertas tentang biaya yang akan dikeluarkan untuk acara resepsi, uang yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk keprluan-keperluan lain.
Sementara, pernahkah orang berpikir tentang sebuah keluarga yang hidup dari gaji suami yang tukang becak? Seperti di keluarga cemara.
Kemudian...
Bisakah tukang bakso hidup dengan seorang istri dan tiga orang anaknya? Bisakah seorang banker yang gajinya puluhan juta hidup dengan seorang istri dan dua orang anak? Bisakah seorang artis yang menikah dengan artis lainnya hidup dengan berkecukupan dan nyaman?
Semua jawaban pertanyaan-pertanyaan itu adalah relatif....
Ya, ya, ya... waktunya kurang tepat.
Dan
Setelah itu, gue jadi mikir kapan sebenernya waktu yang tepat untuk menikah?
Kalo dikatakan waktu yang tepat untuk menikah, jika udah punya pekerjaan dan punya penghasilah tetap, punya rumah, punya kendaraan dan punya uang untuk melaksanakan acara resepsi, bukankah terlalu sulit?
Dan, ma’af, mungkin juga terlalu dangkal.
Sementara kesiapan mental adalah satu hal yang paling utama. Lebih penting dari hanya sekedar hitung-hitungan diatas kertas tentang biaya yang akan dikeluarkan untuk acara resepsi, uang yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk keprluan-keperluan lain.
Sementara, pernahkah orang berpikir tentang sebuah keluarga yang hidup dari gaji suami yang tukang becak? Seperti di keluarga cemara.
Kemudian...
Bisakah tukang bakso hidup dengan seorang istri dan tiga orang anaknya? Bisakah seorang banker yang gajinya puluhan juta hidup dengan seorang istri dan dua orang anak? Bisakah seorang artis yang menikah dengan artis lainnya hidup dengan berkecukupan dan nyaman?
Semua jawaban pertanyaan-pertanyaan itu adalah relatif....
Dan Nabi Kita pernah bersabda: menikah itu Sunnah-ku, siapa yang tidak mengikuti Sunnah-ku maka mereka bukan termasuk golonganku.
Tinggal apa standar hidup masing-masing orang. Makin tinggi standar hidup seseorang, semakin susah ia menikah.
Mungkin.