Jumat, 23 Maret 2012

Atheis

Saya sedang sering membaca tentang atheis.

Ini karena banyak media yang menulis tentang itu. Di Indonesia golongan ini juga mulai berkembang. Apakah saya nggak takut akan terpengaruh? Silahkan baca pandangan saya tentang keimanan di sini. Yang jelas, di negara demokrasi ini, saya menghormati pendapat orang lain, dan saya harap mereka juga menghormati pendapat orang-orang yang nggak sejalan dengan mereka —dalam hal ini pendapat orang-orang theis.

Saya ingin sedikit mengutip apa yang saya dapat dari akun facebook Anda Bertanya Ateis Menjawab. Ada pertanyaan seperti ini: Apakah ada afterlife (kehidupan setelah mati)? Bagaimana perasaan anda?

Demikian jawaban di akun tersebut:

Dari yg kita tahu tentang otak (kehidupan setelah mati), tidak ada. Dan iya kitanya akan hilang. Tapi ini bukan sesuatu yg menyedihkan. Justru dengan ini kita bisa pusatkan perhatian pd kehidupan sekarang, dan benar2 menghargai dan menjalani kehidupan sepenuhnya, berbuat yg terbaik kembangkan diri sendiri dan sesama. Nantinya pd saat kita mati, anggap ini sbg penutup cerita novel. Buat penutupnya menjadi happy ending! ;)

…….........

Kami2 yg tidak beragama tidak berpusat pd kematian dan apa yg terjadi setelahnya, melainkan pd kehidupan sekarang. Bila kita berpusat pd hidup sekarang maka kita lebih hargai hidup dan jalani hidup dgn sepenuhnya, berkontribusi yg terbaik bg sesama, melakukan perubahan pd masyarakat, dsb. Saya rasa ini sesuatu yg indah, mungkin jauh lebih indah daripada kita merenung2 apa yg kita dapat setelah kita mati, lebih baik merenung apa yg bisa kita lakukan sekarang untuk diri kita dan sesama.


Setelah membaca jawaban tersebut, saya menyimpulkan bahwa orang yang nggak beragama pun percaya bahwa mereka harus berbuat baik. Dan tujuan mereka hidup di dunia ini adalah berbuat baik kepada diri sendiri juga kepada sesama. Ini sama dengan tujuan orang-orang yang beragama, bukan? Jadi mengapa kita berselisih jika punya tujuan yang sama? Kebaikan dan keburukan nggak tergantung terhadap agama, kepercayaan, bukan kepercayaan, suku, bangsa dan lain sebagainya, melainkan kesadaran masing-masing orang akan kebaikan dan keburukan itu sendiri.

So kesimpulannya, apapun keyakinan atau ketidakyakinan kita, kebaikan nggak bisa ditolak.