Kamis, 27 Juli 2017

Aira Fatimatuzzahra; Sebuah Nama untuk Dua Orang Nenek

Saya hanya tertawa ketika Safa (4 th), menyebut cabang bayi dalam kandungan ibunya sebagai Anak Baru.

Saya membayangkan Safa jadi pemeran antagonis di sinetron ABG labil RCTI. Dengan tampang sengak, dia akan merundung si Anak Baru, “Oh, jadi elo anak baru dari perut ibu?! Jangan sok kecentilan loe ye. Pokoknya ibu itu cuma sayang sama gueh, eloh nyusu air tajin dan tidur di kotak bayi ajaah,”

Sadis.

Nada (6 th), ketika pertama kali diberitahu akan punya adik lagi juga bertingkah lucu. Malam itu, di dalam kamar sebelum tidur, dia merespon kabar itu dengan mata berbinar dan senyum lebar, “Beneran, Bu?”

“Iya,” ibunya menjawab singkat.

Nada diam sebentar. Seperti berpikir. Tersenyum. Sedetik kemudian dia bertanya lagi, “Beneran, Bu?”

Lagi-lagi ibunya menjawab ya.

“Bayinya sekarang dimana?” Nada bertanya.

“Ada di dalam perut ibu,”

Nada kembali diam, senyum, dan bertanya lagi, “Beneran, Bu?”

Pertanyaan itu diulang beberapa kali. Sambil senyumnya makin merekah.
Jika saja kejadian itu direkam dan diunggah ke medsos, pasti akan viral bahkan sampai ditonton para Lemur di pedalaman Madagaskar.

Saya juga masih ingat ketika Nada dan Safa lahir. Saya masih bisa merasakan debaran ketika menunggu mereka di ruang tunggu Rumah Sakit. Ketika melihat mereka untuk pertama kali, rasanya seperti bertemu seseorang pada first blind date, dan orang yang kamu temui melebihi segala ekspektasimu. Rasanya hyjtwxcvbghtszmlqwpxfghtr. Ya, seperti itu.

Nada lahir 7 tahun yang lalu di RSUD Bekasi, yang ceritanya saya abadikan dalam Di Bawah Bendera Sarung. Sementara Safa lahir 2 tahun setelahnya. Pagi itu pukul 9. Istri saya dibawa masuk ke ruang operasi untuk di-Cesar. Saya menunggu di ruang tunggu sambil memperhatikan seorang ibu yang menggendong bayi kembar. Di kakinya gelendotan seorang anak laki-laki yang mungkin usianya 4-5 tahun. Meminta perhatian lebih dari ibunya yang sedang kerepotan menggendong dua bayi.

“Iya, nanti kalau sudah sampai rumah ya,” kata ibu tiga balita itu, “Kalau di sini mana ada yang jual?”

Anak yang dibujuk tetap merengek. Ibunya tetap sabar.

Saya membayangkan berada di posisi ibu itu. Tiga anak. Masih kecil-kecil. Semuanya minta diperhatikan. Pasti repot sekali. Seketika nyali saya ciut.

“Kembar ya, bu?” saya berbasa-basi ketika rengekan anaknya mereda.

“Iya, kembar tiga,” sang ibu menjawab sambil senyum, “yang satu ditinggal di rumah sama neneknya,”

Saya semakin ciut.

Alhamdulillah, putri ke tiga saya telah lahir. Kelahiran ini —sebagaimana setiap kelahiran anak-anak sebelumnya, membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik.

Kami memanggilnya Aira Fatimatuzzahra, meminjam nama kedua neneknya dengan harapan nama itu membawa keberkahan dalam hidupnya. Karena rida dan kasih sayang mereka adalah hal yang selalu kami harapkan. Semoga Allah mengampuni dosa kedua orang tua kami dan selalu menjaga dan menyayangi mereka.

Akhirnya, hanya kepada Allah kami memohon pertolongan dan kekuatan. Meminta ampunan atas segala kesombongan dan keangkuhan.

Wahai Tuhan Maha Pemberi Petunjuk, Berikanlah pada hati kami kelapangan, keterbukaan untuk menerima segala kebaikan. Kuatkanlah kami untuk terus menemukan inspirasi untuk dapat mewujudkan segala keinginan kami.

Wahai Allah Yang Maha Sempurna, lengkapilah usaha kami yang selalu tidak pernah paripurna.
Wahai Allah yang Maha Pememberi Kesejahteraan, Anugrahkanlah kepada kami kemampuan untuk berbahagia dengan kebahagian orang lain. Jadikanlah kami jiwa-jiwa yang kaya dan berikanlah kami kemampuan menjadi kaya tanpa mengalahkan.

Wahai Allah Pemilik Masa Depan, cukupilah masa depan kami. Cukupilah kami yang tak punya penghasilan tetap, karena yang tetap hanya pemberian-Mu.

Wahai Tuhan Yang Maha Pengampun, maafkanlah segala dosaku dan keluargaku, ampunilah segala kehilafan kami yang tak kunjung selesai.

Wahai Allah yang Maha Penyayang, Jadikanlah kami dan anak keturunan kami orang-orang yang tetap mendirikan salat. Ilhamkan kepada kami untuk tetap mensyukuri nikmat yang telah Engkau anugrahkan kepada kami dan kepada anak keturunan kami. Sungguh kami bertaubat kepada-Mu dan sungguh kami adalah termasuk golongan yang berserah diri.