Halaman

Selasa, 01 Oktober 2024

Menikmati Hidangan dari Rasulullah


Pada pukul 01.30 dini hari, tiba-tiba saya terbangun dari tidur dengan mata seterang lampu 100 watt. Rasa kantuk hilang seketika. Saya mengucapkan selawat kepada Rasulullah Saw. sebanyak tiga kali, mengambil wudu, lalu salat. Kemudian, saya membangunkan istri untuk menceritakan mimpi yang baru saja saya alami.

Satu setengah jam sebelumnya, ketika masih membaca beberapa referensi untuk bahan menulis buku ini, saya tersentak melihat jam dinding telah menunjukkan pukul 00.00. Padahal esok paginya saya harus bangun dini hari untuk kerja. Saya langsung matikan lampu kamar dan berusaha untuk memejamkan mata. Dalam tidur yang sebentar itulah saya mimpi berjumpa dengan K.H. Fakhruddin Ahmad Baihaqi.

Dalam mimpi itu, saya tengah berkunjung ke sebuah rumah. Di dalamnya, tampak K.H. Fakhruddin tengah duduk bersila bersama beberapa orang. Saya mengucapkan salam lalu mendekat. Setelah saya cukup dekat, ia berdiri dan mengajak saya ke ruangan lain. Di ruangan itu tampak sebuah nampan berisi nasi kebuli di atas meja. K.H. Fakhruddin mempersilakan saya untuk makan. Nahas, belum sempat saya menyuap nasi kebuli yang tampaknya amat lezat itu, saya terbangun.

K.H. Fakhruddin yang saya mimpikan itu adalah kiai muda yang turut mengasuh saya ketika mondok di Pesantren Annida Al-Islamy di Bekasi. la sempat mengajari saya ilmu nahu dan mustalah al-hadis. Saya sungguh tidak memahami arti dan maksud mimpi tersebut. Mungkin lantaran saya pernah diajari olehnya akan hadis-hadis Rasulullah Saw. Mungkin karena adanya ikatan batin antara guru dan murid. Mungkin pula mimpi hanyalah bunga tidur. Segala kemungkinan lain juga punya peluang yang sama, akan tetapi saya percaya mimpi tersebut membawa pertanda baik.

Beberapa waktu berselang, saya berkunjung ke pesantren K.H. Fakhruddin. Kunjungan ini sengaja saya lakukan untuk bertanya perihal mimpi yang pernah saya alami. Setelah mendengarkan cerita mengenai mimpi itu, ia mengatakan bahwa pada malam saat saya bermimpi itu adalah malam terakhir sebelum ia berangkat umrah dan berziarah ke makam Rasulullah Saw. la juga mengomentari bahwa hidangan yang saya lihat dalam mimpi itu bisa jadi pertanda baik, sebab dalam bahasa Arab hidangan adalah "al-Maidah", dan nama ini menjadi salah satu nama surah dalam Al-Qur'an.

Saya mengamini apa yang disampaikan K.H. Fakhruddin. Sejak pertama kali masuk pesantren pada usia 12 tahun hingga hari ini rasa kagum saya kepadanya memang tidak pernah luntur. Saya mengagumi keikhlasan, ilmu, dan dedikasi yang ditunjukkannya dalam mendidik murid-muridnya. Kami para santri dilatih untuk selalu menghormati dan menjadikan guru sebagai mentor dan inspirasi. Dengan begitu, ilmu yang disampaikan para guru mudah-mudahan dapat cepat meresap dan seterusnya bermanfaat. Begitulah, dalam bahasa yang agak puitis, hubungan kami sebagai murid dengan K.H. Fakhruddin terwakili dalam senandung syair, "Man ana man ana laulaakum, kaifa maa hubbukum kaifa maa ahwaakum (Siapa gerangan diriku, siapakah diriku kalau tanpa bimbingan kalian [guru]. Bagaimana aku tidak mencintai kalian, dan bagaimana aku tak menginginkan tuk bersama kalian?)"

Dengan penuh kerendahan hati, saya mempersembahkan buku yang ada di tangan pembaca ini untuk guru kami, K.H. Fakhruddin, mattanallahu fi tuuli hayatihi (semoga Allah senantiasa memberikan kesenangan kepada kita dengan kehadiran beliau sepanjang hayat kita). Tidak lupa, saya juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bang Andriansyah Syihabuddin selaku editor Emir yang selalu memberikan ide dan saran untuk perbaikan naskah buku ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Direktorat KSKK Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI atas panduan yang menjadi dasar penyusunan buku ini. Juga, semua guru, kawan, dan semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tak langsung memberikan inspirasi dan kontribusi berarti dalam penyusunan materi buku ini beserta projek-projek penguatan karakter di dalamnya. Semoga buku ini menjadi sumber energi kreatif dan panduan yang bermanfaat dalam memperkokoh karakter generasi bangsa ke depan.

Akhir kata, penyusun yang daif dan faqir ini memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam buku ini. Semua semata-mata berasal dari diri penyusun pribadi. Hanya kepada Allah yang Mahasuci kita mengembalikan segala urusan. Karena itu pula, semua saran dan kritik akan penyusun tampung untuk perbaikan buku ini pada masa yang akan datang.

Selamat menikmati hidangan ilmu pengetahuan dan hikmah dari hadis Rasulullah sallalahu ‘alaihi wa sallam. Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa sahbihi ajmain.




Minggu, 28 Juli 2024

Perjalanan untuk Menerima Rasa Sakit

Malam itu, kamu mengusulkan untuk pergi ke Bandung. Itu perjalanan yang tiba-tiba dan tanpa persiapan, berencana malam dan keesokan paginya pergi. Kemungkinannya dua; akan sangat menyenangkan atau menyusahkan.

Malam itu kamu memulai dengan memboking penginapan. Kamu mencari penginapan yang terjangkau dan mendapatkan di dekat alun-alun kota Bandung. Hal selanjutnya adalah transportasi, untuk menghemat budget, kita tidak memesan kereta langsung Bekasi-Bandung, tapi jurusan Bekasi-Ciamis yang berhenti di stasiun Cimahi.

Aira sedang berdiri di kursi sambil melihat pemandangan luar dari jendela kereta yang melaju, saat aku menghubungi nomor yang aku dapat dari internet, untuk menyewa motor yang akan kita gunakan selama di Bandung. Kamu tahu, yang membuat perjalanan menjadi menggairahkan adalah ruang-ruang spontanitas. Dimana kita tidak tahu yang akan terjadi, dan sejatinya memang kita tidak akan pernah tahu.

Sesampainya di stasiun Cimahi, kita bergegas dengan motor sewaan menuju hotel untuk menyimpan tas dan bersiap untuk makan siang. Rijsttafel, Meja Nasi, selalu menjadi pilihan utama. Rumah makan dengan aneka hidangan khas Belanda-Indonesia yang tidak pernah gagal membuat kita kagum. Aku memesan Nasi Bakar Kecombrang dengan sambal kecombrang yang unik khas Indonesia. Kamu memilih Nasi Tutug Oncom yang lebih tradisional lagi. Untuk Aira kamu memesan nasi putih dengan Tahu Goreng Kremes dan Tempe Mendoan, dan kita sama-sama kagum bagaimana mereka mendapatkan kualitas bumbu serta bahan yang premium ini. Kamu juga memilih makanan penutup yang sulit diucapkan; Bitterbalen dan Poffertjes. Kita juga mencoba segelas Mojito dan Es Cincau Hijau. Hidangan-hidangan itu tidak pernah mengecewakan, dan aku tidak pernah meragukan kemampuanmu menilai makanan.

Pada hari terakhir kita di kota itu, setelah mengunjungi beberapa tempat dan hutan, kita menyudahi dengan membeli Mie Ayam pinggir jalan. Karena kehabisan waktu untuk mengejar keberangkatan kereta, kita membungkus Mie Ayam itu dan berencana memakannya di dalam gerbong. Sambil mencari cara bagaimana memakan Mie Ayam tanpa sendok dan mangkuk.

Kita sadari kemudian bahwa hidup ini seperti perjalanan, ada hal yang terjadi di luar rencana, dan kendala dalam perjalanan selalu bisa membuat kita menemukan diri kita yang sejati.

Dari alam, berkali-kali kita mendapat kesejatian. Pohon-pohon di hutan tumbuh tidak beraturan, jalan pegunungan yang melelahkan serta matras di atas kerikil-kerikil hutan membuat tidur tidak tenang, dan ombak di tengah laut tidak pernah gagal membuat nyali kita ciut. Begitulah sejatinya alam dengan segala macam hal di dalamnya, begitualh sejatinya hidup. Hutan, gunung dan laut indah dengan segala yang ada padanya, sebagaimana hidup ini indah begini adanya.

Kamu tentu tidak akan melupakan kenangan ketika limbung saat menapaki kaki Gede Pangrango. Tubuhmu gemetar, perutmu teraduk-aduk, pandangan berkunang-kunang kemudian gelap, keringat bercucuran dan dingin menjalar di sekujur badan.

Atau ketika memandangi Gunung Agung dari kapal boat yang melaju menabrak-nabrak ombak dari Nusa Penida menuju Sanur, biru angkasa dan biru laut bersatu dengan latar balakang awan-awan putih dan puncak gunung yang menusuk angkasa.

Atau menyusuri jalan menggunakan motor sewaan ke tempat-tempat asing yang belum pernah kita kunjungi. Tersesat, terlambat, terhambat. Menikmati matahari dan hujan, debu dan kotoran. Kita kembali menjadi anak-anak yang bermain-main dengan kemungkinan, bertemu dengan hal-hal baru. Menerima segala apa yang ditawarkan perjalanan.

Di puncak gunung, kita belajar tentang keteguhan dan keberanian. Ombak laut yang bergulung tidak beraturan mengingatkan kita tentang masalah hidup yang sering tidak terduga. Dan dalam hutan yang rimbun, kita menemukan ketenangan dan hubungan dengan Sang Pencipta. Alam dan perjalanan mengajarkan kita banyak hal, terutama mengajarkan untuk menghargai setiap kondisi apapun.

Seandainya ada kehidupan lain yang bisa kita pilih, apakah kamu akan memilih kehidupan lain atau kehidupan yang sekarang sedang kita jalani bersama? Apakah kehidupan orang lain lebih baik dari kehidupan kita sekarang? Ataukah kehidupan ini, menjadi apapun itu, seperti alam, indah begini adanya?

Seperti mendaki gunung, masalah dan kesakitan adalah tantangan yang memperkaya kita. Dalam usaha memahami kesakitan, kamu mendengar Come Back to Me - Nam Joon, yang dalam perjalanan kita ini semakin menemukan relevansinya.

You don't have to be
You don't have to be the anything you see
Tryin' not to be
Tryin' not to be that something in this sea
Come back to me like you used to
Now I could see what a life is about
I told you I'm fine tonight, staying good
Springs always been here, I will sleep in her eyes

Jika ingin diterjemahkan bebas, lirik itu akan terdengar:

Kamu tidak harus menjadi seperti keinginan banyak orang. Jadi jangan mencoba menjadi orang lain agar sesuai dengan lingkungan sosial masyarakat. Kembalilah padaku seperti dulu, karena saat ini aku sudah mengerti tentang makna hidup. Meskipun ada kesulitan, malam ini aku akan baik-baik saja. Apapun kondisinya, musim semi seperti selalu menemaniku, karena aku sudah menemukan kedamaian dan kenyamanan.

Secara keseluruhan, lirik itu berbicara tentang pencarian jati diri, makna hidup, dan mendapat ketenangan setelah keresahan.

Apa keresahan yang ada padamu saat ini?

Mungkin rumah yang berantakan, piring-piring kotor, cucian kotor yang menumpuk, AC yang tidak dingin, kipas angin yang berdebu, atap yang bocor, semut, kecoa dan tikus, kehabisan uang, kendaraan rusak, keinginan yang tidak tercapai, anak-anak yang sulit diatur, lelah, sakit, bingung, sedih dan segala hal yang tidak sesuai ekspektasi, termasuk aku dan manusia-manusia di sekitarmu.

Hidup ini adalah perjalanan, bukan liburan. Dalam perjalanan, kita dihadapkan pada persoalan yang meresahkan, namun juga menemukan pelajaran. Proses dalam perjalanan menjadi lebih penting daripada tujuan, walaupun di saat yang sama, kita tidak perlu terlalu khawatir tentang akomodasi perjalanan, karena bisa sampai ke tempat tujuan dengan perasaan bahagia adalah juga utama.

Sebelum naik ke gerbong kereta, kita membeli Pop Mie di Alfamart di Stasiun Cimahi. Bukan untuk dimakan, tapi digunakan wadahnya untuk tempat Mie Ayam. Masalah selesai. Tentu kita punya banyak waktu untuk berdebat, emosional dan mencari siapa yang salah, meributkan hal-hal kecil, namun itu tidak kita lakukan. Kita mengikhlaskan beban.

Apakah ada kebahagiaan dalam perjalanan ini?

Ini tentang cara pandang, sayang. Karena mudah saja seseorang bahagia pada hal-hal yang tercukupi dan sesuai keinginan, namun apakah kita bisa tetap bahagia ketika menemui masalah dan kesulitan?

Pada kesulitan dan tekanan hidup itulah kita dapat menemukan kebahagiaan yang sejati. Kita bisa lihat contoh yang nyata pada senyum dan mata yang tenang dari seorang anak di Gaza, yang senyumnya makin terkembang hanya karena ditawari makanan kesukaannya. Padahal seluruh keluarganya mati terbunuh. Apalah arti masalah hidup kita di mata anak itu?

Apapun atau siapapun dapat menyebabkan rasa sakit, namun pada saat yang sama, perasaan sakit itu sakral. Karena itu menjadi pengalaman berharga yang memperkaya jiwa. Dalam dualitas tersebut —sakit dan makna yang menyertainya, kita tumbuh. Meskipun rasa sakit itu tidak kita inginkan, tapi perubahan yang ditimbulkan luar biasa, suci, Ilahi, divine.

You are my pain, divine, divine
Get, get, get to the
Divine, divine, so fine
I see you come back to me

Pada akhirnya, perjalanan ini ada demi mengajarkan kita untuk bekerja sama dan mengikhlaskan rasa sakit.



Sabtu, 20 Juli 2024

Bagaimana Mendapat Ide dan Inspirasi Saat Buntu?

Berikut di bawah ini adala beberapa pertanyaan dari peserta Webinar Langkah Mudah Menulis Fiksi yang diselenggarakan oleh STIBA-IEC JAKARTA pada 08 Juli 2024:

---------------------------

Bagaimana cara mendapatkan ide lagi jika lagi buntu ide?

Gloria Erfrans - STIBA IEC JAKARTA

----------------------------

bagaimana solusinya jika kita kehabisan ide untuk menulis?

Anza Mafiratika - STIBA IEC Jakarta

---------------------------  

Bagaimana cara memulai menulis dalam menentukan ide?

Adjeng Nurul Rahma - STIBA-IEC JAKARTA

----------------------------

bagaimana cara mudah mendapatkan inspirasi untuk menulis fiksi?

Chika Nur Nazra - STIBA IEC Jakarta

----------------------------  

Bagaimana cara membangun minat dalam menulis agar selalu terjaga mood dalam menulis?

Asri Jannah Wati - UNINDRA

----------------------------  

cara nya mengembangkan kreatifitas dalam menulis?

AFIFAH APRIYANTI HASANAH - SMK NURUL ISLAM


Halo, Kawan-kawan. Salam kenal! Karena pertanyaan-pertanyaan di atas relatif sama, maka saya akan menjawab secara gabungan.

Asumsi saya dari pertanyaan-pertanyaan itu adalah penulis belum memiliki ide sama sekali saat ingin menulis, bukan karena mengalami writer’s block di tengah-tengah menulis cerita.

Saya pribadi menulis karena dua hal: pertama, ketika diminta menulis dengan tema yang sudah ditentukan; dan kedua, ketika mendapat ide dari pengalaman dan keresahan.

Pada kondisi pertama, biasanya saya melakukan penelitian dan membaca banyak referensi yang berkaitan dengan tema atau genre yang akan saya tulis. Saya juga melakukan brainstorming dengan menuliskan semua ide yang muncul di kepala, tanpa menyaring atau menghakimi.

Sementara pada kondisi kedua, saya sering mendapatkan ide yang masih sangat mentah dan belum solid. Misalnya, saya hanya punya pesan yang ingin saya sampaikan (moral of the story), atau tokoh dengan karakter yang kuat, sebuah adegan, atau dialog. Ide semacam ini bisa muncul ketika menonton, membaca, berinteraksi dengan teman, mendengarkan lirik lagu, dan sebagainya. Setelah ide muncul, saya biasanya langsung menulis, meskipun belum tahu apakah itu akan menjadi puisi, cerpen, novel, atau hanya tetap tersimpan.

Menurut saya, hal-hal tersebut juga bisa dilakukan ketika kita sama sekali tidak punya ide. Kegiatan-kegiatan ini dapat memicu kreativitas dan memunculkan ide untuk cerita. Kata kuncinya adalah paksakan. Ide dan kreativitas akan datang jika kita memaksa diri dan disiplin untuk mencarinya. Misalnya, dengan menulis bebas, menuliskan apa saja yang muncul di pikiran selama beberapa menit tanpa berhenti. Ini bisa membantu memunculkan ide yang tidak terduga. Selain itu, bertanya pada diri sendiri seperti, “Apa yang ingin saya sampaikan?”, “Apa yang saya pedulikan?”, atau “Apa yang membuat saya penasaran?” juga bisa membantu.

Intinya, tetap memaksa untuk menulis! Menulis bahwa kita sedang tidak punya ide lebih baik daripada tidak menulis sama sekali. Dengan memaksa jari kita untuk menulis, otak kita akan mencari cara agar mendapatkan ide. Terkadang ide itu tidak datang seketika saat kita menulis, tapi datang saat kita sedang beristirahat, menjauh dari aktivitas menulis. Tapi itu terjadi karena kita memancing ide dengan cara memaksakan untuk menulis.

Jadi, paksakanlah untuk menulis! Luangkan waktu untuk menulis apa pun sebebas-bebasnya. Setelah pemaksaan itu, lakukan kegiatan lain seperti bepergian, mencoba hobi baru, atau bertemu orang baru. Pada akhirnya, otak akan kembali memunculkan ide untuk menulis.

Sekali lagi paksakan untuk menulis!

Semoga ini menjawab pertanyaan.

Baca tulisan lain dengan tema menulis di sini Di Bawah Bendera Sarung: Menulis

Menulis Dengan Bantuan AI (Artificial Intelligent)

Berikut di bawah ini adala beberapa pertanyaan dari peserta Webinar Langkah Mudah Menulis Fiksi yang diselenggarakan oleh STIBA-IEC JAKARTA pada 08 Juli 2024:

--------------------------

Berikut beberapa pertanyaan yang bisa diajukan dalam kegiatan webinar menulis, disesuaikan dengan topik dan target audiens: *Untuk webinar umum tentang menulis:* * *Apa saja kiat-kiat untuk memulai menulis dan mengatasi rasa takut untuk menulis?* * *Bagaimana cara menemukan ide menulis yang menarik dan orisinal?* * *Teknik apa yang bisa digunakan untuk membuat tulisan lebih menarik dan mudah dipahami?* * *Bagaimana cara menyusun struktur tulisan yang baik dan efektif?* * *Strategi apa yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas tulisan?* * *Bagaimana cara mengatasi kesulitan dalam menulis, seperti kesulitan menemukan kata yang tepat atau kesulitan merangkai kalimat?* * *Bagaimana cara mempromosikan tulisan dan mendapatkan pembaca?* * *Bagaimana cara menulis untuk berbagai platform, seperti blog, media sosial, dan website?* * *Apa saja sumber referensi yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis?* * *Bagaimana cara menulis dengan gaya yang khas dan mudah dikenali?* *Untuk webinar khusus tentang jenis tulisan tertentu:* * *Bagaimana cara menulis artikel opini yang persuasif?* * *Teknik apa yang bisa digunakan untuk menulis cerpen yang menarik dan penuh konflik?* * *Bagaimana cara menulis puisi yang bermakna dan menyentuh hati?* * *Strategi apa yang bisa digunakan untuk menulis novel yang memikat dan penuh alur?* * *Bagaimana cara menulis skenario film yang menarik dan dramatis?* * *Bagaimana cara menulis esai yang argumentatif dan kritis?* * *Bagaimana cara menulis laporan ilmiah yang akurat dan mudah dipahami?* * *Teknik apa yang bisa digunakan untuk menulis pidato yang inspiratif dan memotivasi?* *Untuk webinar yang fokus pada aspek tertentu dari menulis:* * *Bagaimana cara menggunakan bahasa yang efektif dan tepat sasaran dalam menulis?* * *Bagaimana cara menulis dengan gaya yang formal dan profesional?* * **BagaiApakah ada kesalahan umum yang sering dilakukan oleh penulis pemula?

Wildatul Aluf Barokah - STIBA IEC JAKARTA

Halo Wilda, salam kenal!

Meski kamu menggunakan AI secara sembarangan, saya tetap senang karena pertanyaanmu memberi saya bahan tulisan.

Sejatinya AI, mesin atau aplikasi apapun dirancang untuk memudahkan manusia. Alat-alat seperti sempoa, kalkulator, komputer sampai AI adalah mesin yang bisa digunakan untuk menunjang segala kegiatan atau profesi kita sehari-hari, termasuk juga dalam hal menulis.

Sebagai penulis saya tidak khawatir dengan keberadaan AI, bahkan bisa memanfaatkannya dengan baik. Apakah AI bisa diberi perintah untuk membuat premis cerita? Tentu bisa. Membuat kerangka karangan, bahkan sampai membuat seluruh novel juga bisa. Namun, jika kamu menggunakannya secara ceroboh seperti cara kamu memberi pertanyaan di atas, maka AI sama sekali tidak berguna. Sama tidak bergunanya seperti komputer yang diberikan kepada Lemur Madagaskar.

Saya pribadi menggunakan AI untuk brainstorming, mengembangkan ide dan plot, mengedit tulisan, melakukan penelitian, atau sekedar bertanya tentang banyak hal. AI buat saya tidak ubahnya kawan yang tidak pernah rewel dan selalu menjawab apapun pertanyaan dan permintaan saya. Oleh karena itu, saya tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaanmu di atas, karena tentu AI akan mudah sekali memberi jawaban yang kamu cari.

Salam.

Baca atulisan lain dengan tema menulis di sini Di Bawah Bendera Sarung: Menulis

Buku Anak, Copywriting, Cover Buku Sampai Fanfiksi

Berikut di bawah ini adala beberapa pertanyaan dari peserta Webinar Langkah Mudah Menulis Fiksi yang diselenggarakan oleh STIBA-IEC JAKARTA pada 08 Juli 2024:

--------------------------

Fiksi yang cocok utk anak usia dini?

Siti Chusnul Chotimah, S.Pd - TKIT Al Muqorrobin
 
Hallo, Unun. Sudah lama ya, kita gak ketemu. Semoga sehat-sehat ya.

Saya pribadi biasanya melihat ulasan dan rekomendasi dari orang lain sebelum memilih bahan bacaan untuk anak. Dan ini yang paling penting, saya sudah membaca buku tersebut sebelum memberikannya atau membacakannya kepada anak saya. Tingkat kesulitan bacaan juga penting diperhatikan, karena setiap anak berbeda dalam kecerdasan literasi, yang tidak selalu berkaitan dengan usia. Oleh karena itu, orang tua harus jeli melihat kemampuan anak dalam membaca dan memahami cerita.

Selain itu, saya juga mempertimbangkan ilustrasi. Buku dengan ilustrasi menarik bisa membantu menjaga perhatian anak, terutama untuk anak yang lebih kecil.

Berikut rekomendasi buku-buku yang disukai anak-anak saya:
  • Winnie the Pooh
  • Serial Camille oleh Aline de Petingne dan Nancy Delvaux
  • Serial Tini oleh Marcel Marlier
  • My First Qur'an Story oleh Tasaro GK
  • Serial Bumi oleh Tere Liye
Anak-anak saya juga suka membaca dari Room to Read (literacycloud.org) yang menyediakan cerita dalam berbagai bahasa dan tingkatan.

--------------------------

Would you share about copy writing?
Arlina Yuaninta - CIMB Niaga

Hai, Lin. Serius nanya ini nih? Hahaha
 
Saya pribadi belum pernah menjadi Copywriter jadi saya tidak tahu bagaimana mekanisme dan cara kerjanya, tapi saya akan coba menjawab sesuai pengetahuan saya.

Copywriting adalah istilah untuk sebuah pekerjaan menulis yang bertujuan untuk mempromosikan dan menjual produk atau layanan. Dalam dunia pemasaran, kata “Copy” merujuk pada teks yang digunakan untuk mempromosikan/menjual produk atau layanan. Sementara orang yang melakukannya disebut Copywriter, atau jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi Penulis Naskah Iklan.

Dalam dunia perbankan mungkin juga ada pekerjaan menjadi Copywriter ini, tapi sekali lagi saya tidak tahu bagaimana mekanisme pekerjaan ini dan ada di departemen apa. Kemungkinan salah satu tugasnya adalah membuat tulisan dalam berbagai bentuk media seperti iklan, brosur, situs web, email, dan media sosial. Tentu Copywriter tidak hanya sekadar menulis teks yang kaku, tetapi juga harus memahami audiens, memenuhi aspek-aspek persuasi, dan mengetahui tentang produk atau layanan yang ditawarkan.

Semoga itu dapat menjawab pertanyaan.

-----------------------------

Bagaimana tips membuat sampul buku untuk pemula?

Azora Ainuni - STIBA-IEC

Halo Azora, salam kenal!

Wah, jika pertanyaanmu tentang cover buku, saya berasumsi kamu sudah punya naskah yang siap diterbitkan. Keren!

Saya pernah menerbitkan buku baik secara mandiri melalui Penerbit Indie atau juga secara profesional melalui Penerbit Mayor. Jika naskahmu diterima oleh Penerbit Mayor, tidak perlu khawatir soal cover buku karena tim penerbit yang akan mengurusnya. Namun, jika kamu menerbitkan melalui Penerbit Indie, ada beberapa pilihan: bisa dibuatkan oleh pihak penerbit atau membuatnya sendiri.

Saya pribadi memilih membuat cover buku sendiri saat menerbitkan melalui Penerbit Indie, agar lebih bebas berekspresi. Aplikasi yang biasa saya gunakan untuk membuat cover buku adalah Canva. Aplikasi ini cocok untuk pemula yang ingin berkreasi membuat cover buku sendiri karena mudah digunakan dan menawarkan banyak pilihan serta contoh.

Semoga itu dapat menjawab pertanyaan.

----------------------------------

Mungkin pertanyaan ini bukan mengenai menulis fiksi, namun masih berkaitan dengan fiksi. Di dalam fiksi ada fanfiksi, di mana karya fiksi tersebut ditulis oleh penggemar dengan menggunakan karakter yang sudah terkenal sebagai karakter di karya fanfiksi tersebut. Sekarang ini banyak sekali fanfiksi, walau sebenarnya dari sepuluh tahun lalupun sudah ada. Namun, sekarang ini tidak sedikit author-author fanfiksi yang mempublish fanfiksinya sebagai buku, bahkan tidak sedikit juga yang mengadaptasi fanfiksi tersebut menjadi sebuah film atau series. Pertanyaan saya adalah, apakah legal untuk mempublish sebuah karya fanfiksi bahkan mengkomersilkan karya tersebut? Bagaimana soal copyright dari karakter terkenal yang dipakai?
Dinda Cherril Julian Rahim - STIBA-IEC Jakarta

Halo Dinda, salam kenal!

Ya, mempublikasikan karya fanfiksi apalagi sampai mengkomersilkannya punya akibat hukum yang signifikan, karena ini terkait dengan hak cipta. Artinya, menggunakan tokoh dalam karya fiksi (karakter dalam buku, film, atau komik) dalam karya fanfiksi tanpa izin pemilik hak cipta dapat dianggap sebagai pelanggaran hak cipta yang bisa dikenakan denda, atau bahkan tuntutan pidana.

Benar apa yang kamu ceritakan bahwa sejak beberapa tahun belakangan ini, ada beberapa karya fanfiksi yang dipublikasikan baik melalui media tulisan atau video. Ada yang legal tapi tidak sedikit juga yang ilegal. Jika kamu ingin melakukan hal serupa, saya sarankan untuk melihat lisensi fanwork yang ada pada karya tersebut. Beberapa pemilik hak cipta, seperti penulis atau penerbit, mungkin mengizinkan pembuatan dan distribusi karya fanfiksi selama tidak dikomersilkan. Mereka mungkin memberikan panduan atau batasan spesifik terkait penggunaan karya mereka dalam fanfiksi. Kamu bisa mencari izin eksplisit dari pemilik hak cipta atau memilih untuk mendistribusikan karya mereka secara gratis di platform yang mengizinkan karya fanfiksi, seperti Archive of Our Own (AO3) atau Wattpad.

Semoga itu dapat menjawab pertanyaan.

Baca tulisan lain dengan tema menulis di sini Di Bawah Bendera Sarung: Menulis

Tentang Teknik Menulis

Berikut di bawah ini adala beberapa pertanyaan dari peserta Webinar Langkah Mudah Menulis Fiksi yang diselenggarakan oleh STIBA-IEC JAKARTA pada 08 Juli 2024:

------------------------------------

apakah para penulis menggunakan teknik agar para pembaca mempunyai ketertarikan tersendiri dari buku tersebut?

Ahmad Ruslan - STIBA-IEC JAKARTA

Hallo Ruslan, salam kenal!

Ya, tentu saja para penulis sering menggunakan berbagai teknik untuk menarik dan mempertahankan minat pembaca. Seperti dalam olah raga, teknik perlu diasah agar semakin mahir. Dan sebagaimana olah raga, teknik bisa dipelajari dan ditingkatkan. Ini adalah bagian penting dari keterampilan menulis.

Beberapa penulis seperti Pidi Baiq bahkan membuat teknik dan style tersendiri dalam tulisannya. Dilan contohnya, secara premis novel itu sederhana, namun dalam teknik penulisan, Pidi menitikberatkan pada pengembangan karakter yang kuat dan unik dengan dialog yang lucu dan romantis. Karakter Dilan, anak remaja usia belasan yang sudah punya idealisme dan mental tidak seperti kebanyakan anak muda di usianya tentu membuat pembaca tertarik. Teknik penulisan yang unik tersebut juga dilakukan Pidi ketika menulis seri Drunken Monster. Kalimatnya ringan dan diselingi dengan bahasa lisan, membuat karyanya menarik perhatian pembaca.

Dewi Lestari, dengan plot dan dialog yang memikat dalam Perahu Kertas, Madre, dan Filosofi Kopi, menciptakan kejutan, konflik, dan ketegangan yang membuat ceritanya hidup dan menarik. Sementara deskripsi dalam novel-novel Haruki Murakami juga membuat pembaca membayangkan setting dan kejadian dalam cerita, sehingga mereka merasa seolah-olah berada di dalam cerita tersebut.

Ayu Utami juga punya teknik membuka cerita dengan kalimat atau paragraf pembuka yang kuat dan menarik. Saya kutipkan kalimat pembuka dari Bilangan Fu, “Taruhan. Kau pasti enggan percaya jika kubilang padaku ada sebuah toples selai berisi sepotong ruas kelingking.”

Semua teknik yang digunakan oleh penulis-penulis yang saya sebutkan di atas bertujuan untuk membuat cerita lebih hidup dan menarik bagi pembaca. Ada beberapa teknik lain seperti Show, Don't Tell, atau kebalikannya Tell, Don’t Show, teknik membangun Suspense, Flashback, In Medias Res (Memulai cerita di tengah aksi), Cliffhanger (Mengakhiri bab atau cerita dengan situasi yang menggantung) dan lain sebagainya. Menggabungkan teknik-teknik ini dapat menambah kedalaman dan kompleksitas pada ceritamu, membuatnya lebih menarik bagi pembaca.

Seperti seorang pemain sepak bola yang mempelajari berbagai teknik, penulis juga perlu mengasah keterampilan dalam menulis. Seperti pemain yang tahu kapan harus mengoper, dribbling, berlari, atau melakukan tackle, penulis juga harus memahami kapan menggunakan teknik ‘tell don’t show’ atau ‘show don’t tell’, serta bagaimana menempatkan dialog, kapan ia deskriptif, kapan ia harus mendramatisir cerita. Semua ini dapat diperoleh melalui latihan, intuisi, dan membaca karya-karya lain.

Teknik bisa dipelajari, tetapi tanpa praktek akan percuma. Pengetahuan tentang teknik menulis tanpa praktik itu sama saja dengan belajar teknik berenang dari buku atau video tanpa pernah berlatih di kolam renang. Kunci utamanya adalah praktek. Jika penulis terbiasa menggunakan berbagai teknik, dengan waktu, ia akan mengembangkan gaya penulisan yang unik dan bahkan menciptakan tekniknya sendiri.

Semoga itu menjawab pertanyaan.

Baca tulisan lain dengan tema menulis di sini Di Bawah Bendera Sarung: Menulis

Tentang Pemilihan Kata

Berikut di bawah ini adalah beberapa pertanyaan dari peserta Webinar Langkah Mudah Menulis Fiksi yang diselenggarakan oleh STIBA-IEC JAKARTA pada 08 Juli 2024:

----------------------------

Bagaimana cara mudah dalam pemilihan kata dalam cerita fiksi atau non fiksi, supaya pembaca lebih mudah paham tetapi tetap memilik bobot pada kalimat?

Wendy Aulia Vita Sary - STIE Indonesia Jakarta


Halo Wendy, salam kenal!

Saya sering menggunakan kamus sinonim untuk mencari kata atau diksi yang sesuai. Situs web yang sering saya gunakan adalah persamaankata.com. Penggunaan sinonim sangat berguna agar kata yang digunakan lebih bervariasi, sehingga pembaca tidak bosan. Namun, perlu diperhatikan bahwa sinonim harus sesuai dengan konteks, mudah dipahami, dan tidak mengubah makna keseluruhan kalimat.

Saya selalu menulis dengan kalimat yang sederhana dan jelas. Jika ada dua kata yang sama maknanya, saya pasti memilih kata yang lebih sederhana. Mengapa? Karena saya memikirkan pembaca. Pembaca, pada usia berapapun, tentu menginginkan deskripsi yang jelas dan sederhana agar mereka dapat membayangkan adegan atau karakter dengan lebih baik. Saya juga selalu menghindari penggunaan kata-kata yang tidak perlu atau berlebihan. Hal ini membantu menjaga kalimat tetap padat. Kata kuncinya: jika bisa dibuat lebih sederhana dan jelas, mengapa dibuat rumit dan bertele-tele?

Dalam konteks dan nuansa tertentu, saya juga menggunakan gaya bahasa atau majas. Tujuannya tetap agar pembaca mudah mengerti namun dapat menambah kedalaman makna pada kalimat. Contoh, daripada menulis “gadis itu sangat sedih dengan kematian ibunya,” bisa diganti dengan simile atau metafora seperti “Ibu seperti sinar matahari dalam dunia gadis itu. Kematian ibu pada sore yang mendung, menjadikan duka bagai sumur gelap yang tidak sanggup ia pijak dasarnya.”

Hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan majas adalah memperhatikan ritme agar tidak membuat kalimat terasa canggung atau tersendat. Salah satu cara mengukur hal tersebut adalah dengan membacanya kembali dengan suara keras, atau meminta pendapat dari teman untuk mendapatkan masukan dan penilaian.

Semoga itu menjawab pertanyaan.

Baca tulisan lain dengan tema menulis di sini Di Bawah Bendera Sarung: Menulis