Halaman

Rabu, 21 April 2021

Pertanyaan Bulan Puasa

"Gofururrohim artinya apa, pak?" tanya Safa (8 tahun) di tengah membaca surat Al Baqarah, "kok aku sering baca ini."

"Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," kata saya cepat, "sering diulang-ulang dalam Al Quran karena itu sifat paling dominan Tuhan."

"Dominan itu apa?"

"Sifat yang paling besar, yang paling kuat, yang paling banyak. Jadi kasih sayang dan ampunan Tuhan itu mengalahkan murka-Nya."

Nada (10 tahun) yang sedari awal mendengarkan ikut bertanya, "Kalau Allah Maha Pengampun, kenapa ada neraka?"

Ini pertanyaan sulit, kata saya dalam hati. Bukan semata-mata pertanyaannya, tapi karena saya harus menjawab dengan jawaban yang paling sederhana yang bisa diterima logika Nada dan Safa.
 
“Aku tahu!” Safa coba menjawab, “pernah dikasih tau ibu.”

“Kenapa, Teh?” saya penasaran.

“Karena kalau ada orang jahat di dunia… “ Safa diam seperti berpikir, “eh aku lupa deh!”

“Mungkin gini,” kata saya meneruskan, “Kalau ada orang jahat di dunia yang bebas dari kejahatannya, akan dihukum nanti di akhirat, di neraka. Begitu, Teh?”

“Iya begitu!” Safa antusias.

“Maksudnya?” Nada bertanya.

“Ya, peradilan di dunia kan tidak sempurna, Kak. Mungkin saja ada orang yang bersalah tapi dibebaskan pengadilan karena kurang bukti. Atau ada koruptor, pembunuh atau penjahat lain yang sampai mati tidak pernah diadili. Atau yang pinjam uang tidak dikembalikan, dan yang meminjamkan tidak ikhlas. Nah di akhirat nanti orang-orang tersebut tidak bisa lepas dari pengadilan Tuhan, dan hukuman di akhirat adalah neraka.”

Nada mengangguk, seperti paham.

“Ada satu hal lagi, Kak,” kata saya kemudian, “coba kamu bayangkan kamu menyelam ke dalam laut dan berbicara sama ikan yang tidak pernah sekalipun ke daratan.”

Nada dan Safa masih mendengarkan. Mungkin membayangkan. “Kamu jelasin ke ikan itu bahwa di atas sana ada daratan. Kira-kira ikan itu ngerti gak?” tanya saya retoris.

“Ngerti aja,” kata Nada cepat.

“Kan dia belum pernah ngerasain daratan? Dia tidak tahu dan tidak punya bayangan sama sekali tentang daratan, kan semua yang dia tahu air.”

Nada terdiam, mungkin berpikir. Saya melanjutkan, “Surga dan neraka adalah makna yang saling melengkapi. Seperti pahala dan dosa. Kita tidak akan mengenal orang kaya, kalau tidak ada orang miskin. Kita tidak bisa mengenal tinggi kalau tidak ada pendek. Atau perairan dan daratan. Gelap dan terang. Azab dan ampunan.”
 
Saya kemudian menyatukan penjelasan untuk pertanyaan Safa dan Nada, “Bagaimana kita mengerti Tuhan yang Maha Pengampun kalau kita tidak mengerti ada kesalahan yang diampuni? Bagaimana kita mengenal konsep surga kalau kita tidak tahu konsep neraka?”

Saya diam, mengamati apakah penjelasan saya terlalu rumit bagi mereka atau tidak. Saya tahu ada cacat logika di sana sini yang masih bisa diperdebatkan dari penjelasan itu, tapi biarlah nanti mereka mencari sendiri setelah dewasa. Saya juga ingin melanjutkan menjelaskan konsep Keadilan dan Rahmat Tuhan, tapi sepertinya akan terlalu berat. Akhirnya saya menambahkan hal yang lebih ringan dan positif, “Kakak dan Teteh percaya Allah Maha Pengasih dan Penyayang juga Pengampun?”

“Percaya,” Nada dan Safa hampir bersamaan.
 
“Bagus. Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya.” Saya memulai penjelasan yang lebih panjang, “Jadi pelajaran dari sifat-sifat Allah itu adalah kita tidak boleh sombong kepada orang lain, mengatakan bahwa mereka akan masuk neraka sambil merasa diri paling baik. Karena bisa jadi kesalahan orang lain diampuni Tuhan, tapi kesombongan bisa membuat hati kita kotor, iri, tidak bahagia, berdosa. Pelajaran lainnya adalah jangan berputus asa terhadap kasih sayang Allah, karena yang memasukan manusia ke surga bukan semata perbuatan yang manusia lakukan, tapi ampunan dan kasih sayang Allah.”

Wallahu ‘alam