Minggu, 15 November 2015

Tentang Kebahagiaan

“Apa hal yang bisa membuat setiap orang bahagia?” suatu hari seorang cucu bertanya kepada kakeknya.

Setelah berpikir sejenak, sang kakek menjawab, “Yang membuat seseorang bahagia itu ada di dalam diri, bukan di luar.”

Si cucu agak bingung dengan jawaban itu dan kembali bertanya, “Lalu bagaimana cara menuju kebahagiaan, apa jalannya?”

Sang kakek tertawa kecil seraya menjawab, “Bahagia itu jalan, nak, bukan tujuan.” Setelah menguasai suaranya, sang kakek melanjutkan, “Baiklah nak, aku ingin bertanya serius, sebenarnya apa yang menyebabkanmu tidak bahagia?”

Orang lain.”

“Begini saja. Pergilah ke Pak Hasan, kawan kakek yang tukang sayur di pasar itu. Menurut kakek, dia adalah orang yang paling bahagia di dunia. Tanyalah tentang kebahagiaan kepadanya.”

Sang cucu datang ke rumah yang disebutkan untuk menumpang menginap, beralasan minta diajari berdagang. Ia tidak mau langsung menanyakan perihal maksud kedatanganya. Ia terlebih dahulu ingin melihat kegiatan dan aktifitas keseharian orang itu. Ia ingin tahu apa yang menyebabkan kakeknya bilang bahwa orang tua itu adalah orang yang paling bahagia di dunia.

Setelah tiga hari menginap, pemuda itu tidak menemukan kegiatan atau perilaku yang istimewa dari Pak Tua. Segala yang ia kerjakan sama seperti tukang sayur lain kerjakan. Tidak ada yang istimewa. Tidak ada yang menyebabkan ia bisa dianggap sebagai orang paling bahagia di muka bumi. Hanya saja, memang ia mudah sekali gembira, seperti hampir semua hal bisa membahagiakannya.

Di hari terakhir menginap, pemuda itu bertanya, “Apa yang membuat hidup bapak bahagia?”

“Ya seperti yang kamu lihat sekarang ini. Kehidupan inilah yang membuat saya bahagia.” Jawab Pak Tua cepat.

“Apa semua orang harus hidup seperti ini untuk bahagia?” pemuda itu terdengar makin penasaran.

Pak Tua diam sebentar, kemudian bertanya balik, “Ada apa dengan hidupmu anak muda, sehingga kamu menginginkan kehidupan orang lain?”

Pemuda itu terkesiap. Seperti terpukul dengan pertanyaan barusan. Ia sadar apa yang dimaksud Pak Tua, untuk berhenti memikirkan dan membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain. Pemuda itu hampir tidak mampu bertanya lagi.

Pak Tua meneruskan, “Dengki dengan pencapaian orang lain hanya akan menghambatmu untuk bahagia. Bahagialah dengan kebahagiaan orang lain.”






·