Minggu, 24 Desember 2017

Maulid dua Nabi

Maulid Nabi Muhammad saw. dan Hari Raya Natal seperti biasa berdekatan peringatannya. Ada tulisan bagus dari Habib Quraish Shihab yang membahas tentang itu. Silahkan disimak.

Secam umum, orang berpendapat bahwa tahun pertama penanggalan Miladi adalah tahun kelahiran Isa Almasih. Ini telah dikenal oleh bangsa-bangsa Eropa sejak 532 M, ketika mereka -atas usul salah seorang pemuka agama- menetapkan penanggalan Masehi. Namun demikian, tidak sedikit agamawan dan sejarahwan yang menolak tahun itu, antan lain, dengan dalih bahwa di dalam Perjanjian Baru di nyatakan bahwa Almasih lahir pada masa pemerintahan Herodes, sedangkan tokoh ini dikabarkan meninggal sekitar empat tahun sebelum tahun pertama penanggalan Miladi itu.

Tanggal 25 Desember sebagal tanggal kelahiran isa juga diragukan oleh sebagian orang dengan berbagai dalih dan alasan. Sebagai Muslim atau Kristen, boleh jadi kita dapat mentolerir perbedaan pendapat tersebut, tetapi yang tidak dapat kita terima adalah keraguan sebagian orang akan kehadiran Almasih di pentas bumi ini. Sejak abad ke-18, rnuncul sekelompok peneliti yang beranggapan bahwa Almasih adalah tokoh fiktif -bahkan hampir semua pembawa agama kecuali Nabi Muhammad saw. Mereka meragukan wujudnya dengan dalih bahwa nama Isa as. tidak disebut-sebut dam sejarah yang berbicara tentang periode yang disebut sebagai masa kehadirannya dan bahwa kisah hidup beliau yang diuraikan selama ini sama dengan kisah tokoh-tokoh khayal yang dikenal sebelumnya.

Bukan hanya agamawan yang menolak keraguan di atas. Sederetan ilmuwan membuktikan kekeliruannya pula. Sebagai Muslim atau Kristen, kita yakin sepenuhnya bahwa -sebagaimana Muhammad saw.- Isa as. pun pemah hadir di pentas bumi ini walaupun boleh jadi kita berbeda tentang tanggal dan tahun kelahirannya. Kalau demikian, yang perlu kita pertanyakan dan renungkan adalah tujuan kehadirannya. Di sini jawabannya bisa banyak, ada yang disepakati dan ada pula yang diperselisihkan. Marilah kita singkirkan yang diperselisihkan dan mencari titik temu.

Hemat saya, salah satu yang dapat disepakati adalah bahwa isa dan Muhammad datang untuk umat manusia. Keduanya mengaku sebagai “anak manusia”. Berulang kali istilah ini ditemukan dalam Perjanjian Baru, dan berulang kali pula Al-Quran memerintahkan Muhammad saw. untuk menyatakan dirinya sebagai manusia seperti manusia lain. Keduanya datang membawa rahmat Ilahi.
“Aku datang membebaskan bumi,” sabda Isa.
Aku rahmat bagi seluruh alam,” sabda Muhammad.

Keduanya datang membela yang lemah, membebaskan yang tertindas, dan mengulurkan tangan kepada semua yang membutuhkan.

Ketika seorang datang kepada Almasih dan menyatakan telah melaksanakan perintah Tuhan, berupa “Tidak berzina, tidak membunuh, tidak mencuri, dan seterusnya,” Almasih berkata kepadanya: “Ada satu yang belum engkau kerjakan. Pergilah dan jual barangmu serta berikan kepada fakir miskin.” Beliau juga bersabda: “Siapa yang memiliki dua baju hendaklah dia memberi yang tidak memilikinya, siapa yang memiliki makanan maka hendaklah ia memberi yang tidak punya.

Muhammad saw. juga demikian, beliau berkata: “Carilah aku di tengah-tengah masyarakat yang lemah.” Kepada yang berkecukupan beliau bersabda: “Kalian mendapat kemenangan dan memperoleh rezeki berkat orang yang lemah. Mereka adalah saudara-saudaramu, berilah mereka makan dari apa yang kamu makan, serta pakaian seperti apa yang kamu pakai.”

Di sinilah salah satu tempat pertemuan Muhammad saw. dan Isa a.s. dan dari sanalah mereka berjalan seiring bergandengan tangan dan dari sana pula umat mereka dapat bertemu dan berjalan bergandengan, khususnya di bumi Pancasila ini.

Terlepas apakah kelahiran Almasih bertepatan dengan 25 Desember ataupun tidak, namun seorang Muslim dianjurkan untuk membaca firman Allah yang antara lain menceritakan ucapan beliau pada saat kelahirannya.

Salam sejahtera dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, diwafatkan, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali (QS 19: 33). Semoga damai di bumi dan sejahtera umat manusia. []

Diambil dari: Isa a.s. dan Muhammad saw. Bergandengan Tangan, Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan (Mizan, 1994).