Berikut saya kutipkan penjelasan
Habib Quraish Shihab tentang pandangan Muslim terhadap nabi Isa a.s. yang saya ambil dari buku beliau Lentera Hati; Kisah
dan Hikmah Kehidupan (Mizan, 1994). Silahkan dibaca dan direnungi.
Al-Quran mengisahkan kelahiran
Isa Almasih a.s. dan kisahnya ditutup dengan ucapan sang bayi agung yang baru
lahir itu: “Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan
kepadaku pada hari kelahiranku, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan
hidup kembali.” (QS 19: 33).
Demikianlah Al-Quran mengabadikan
ucapan selamat pertama dari dan untuk Nabi Suci itu yang dibaca setiap saat
oleh kaum Muslim. Bagi seorang Muslim dicegah membedakan seorang nabi dengan nabi
yang lain (QS 2:285).
Kita percaya kepada Isa a.s.
sebagaimana kita percaya kepada Muhammad saw. Keduanya adalah hamba dan utusan
Allah. Kita mohonkan curahan shalawat dan salam untuk mereka berdua sebagaimana
kita mohonkan untuk seluruh nabi dan rasul. Sebab seluruh nabi dan rasul datang
membawa ajaran ilahi walaupun dengan perincian dan ciri yang berbeda.
Isa a.s. datang membawa kasih: “Kasihilah seterumu dan doakan orang yang menganiayamu.”
Beliau datang mengarahkan sekaligus melihat sisi balk dari seluruh makhluk: “Ketika beliau bersama murid-muridnya
menemukan bangkai di perjalanan, murid-muridnya sambil menutup hidung berkat: ‘Alangkah
busuk bau bangkai ini’. Beliau bersabda: ‘Alangkah putih giginya.’” Beliau
datang menghidupkan jiwa, karenanya beliau mengecam sikap ahli Taurat yang
hanya melihat dan mempraktikkan teks-teks ajaran secara kaku, tanpa menghayati
makna dan tujuannya.
Sayang, beliau mendapat tantangan.
Musuh-musuhnya memancing kesalahan ucapan beliau untuk dijadikan dalih
melaporkannya kepada penguasa. Namun, ciri bahasanya yang manis dan penuh
perumpamaan itu tidak memberi peluang untuk maksud jahat tersebut: “Bayarkanlah kepada Kaisar barang yang Kaisar
punya dan kepada Allah bararng yang Allah punyai.”
Banyak persoalan yang berkaitan
dengan kehidupan Almasih yang dijelaskan oleh sejarah sehingga harus diterima
sebagai kenyataan oleh siapapun, tetapi ada juga yang tidak dibenarkannya atau paling
tidak diperselisihkan. Di sini kita berhenti untuk merujuk kepada akidah dan
kepercayaan kita masing-masing.
Agama menuntut setiap umatnya memelihara
kesucian akidah. la tidak boleh ternodai meskipun sedikit dan dengan dalih apa
pun. Agama –sebelum negara menuntutnya- telah menegaskan agar kerukunan umat
terpelihara. Salah, bahkan dosa, bila kerukunan dikorbankan atas nama agama,
dan salah serta dosa pula bila kesucian akidah ternodai oleh dan atas nama kerukunan.
Bagaimana hubungan dan kedudukan
Almasih di sisi Tuhan? Bagaimana kesudahan beliau? Apakah beliau disalib atau
yang disalib orang lain yang mirip beliau? Apakah beliau diangkat ke langit
dengan ruh dan jasadnya atau ruhnya saja, ataukah “pengangkatannya” dalam arti
majazi? Apakah beliau akan datang lagi ke bumi? Dan masih banyak lagi
pertanyaan yang tidak mungkin terjawab oleh ilmu pengetahuan dan sejarah, namun
telah dijawab oleh akidah kepercayaan.
Dostoyevski (1821-1881), seorang
pengarang Rusia kenamaan, dalam salah satu karyanya berimajinasi tentang
kedatangan kembali Isa Almasih. Terlepas dari penilaian terhadap imajinasi itu,
namun dapat dipastikan bahwa bila beliau datang, banyak hal yang akan beliau
luruskan bukan saja sikap dan ucapan yang mengaku sebagai umatnya, tetapi juga sikap
umat Nabi Muhammad saw.
Itulah Isa putra Maryam yang mengucapkan kata-kata yang benar, mereka
berbantah-bantahan tentang kebenarannya (QS 19: 34). Salam sejahtera semoga
tercurah kepada beliau dan kepada seluruh hamba dan utusan Allah, dan semoga
kedamaian menyentuh seluruh umat. []