Rabu, 28 Agustus 2013

Selangkah Menuju Surga

“Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” - (QS. Az-Zumar: 18)

Keimanan memang sesuatu yang abstrak dan sulit dikatakan bentuknya. Perjalanan untuk menuju keimanan juga terkadang naik turun bahkan berputar seperti roda. Bisa saja hari ini seseorang tidak mempercayai sesuatu, tapi di lain hari berubah. Hidayah bisa datang kapan dan dimana saja. Begitulah, banyak jalan orang memeluk agama Islam. Ada yang karena keturunan, budaya, ilmu pengetahuan, sejarah, akal, ibadah, Muhammad, Al Qur’an dan lain-lain.

Ketulusan para mualaf memeluk Islam, bahkan dari yang sebelumnya membenci Islam, mengingatkan kita pada kisah Umar Bin Khattab ketika baru masuk Islam. Sebelum mengenal Islam, Umar bin Khattab adalah penentang dan pembenci Islam yang paling keras. Bahkan ia berusaha membunuh Nabi Muhammad dan menghalang-halangi setiap orang yang ingin memeluk Islam. Tetapi hidayah memang datang tak terduga, justru ketika ia mengenal Muhammad dari dekat, ketika ia merasakan mukjizat Al Qur’an, ia mengalami lompatan iman yang luar biasa. Dan setelahnya adalah sejarah, dia menjadi salah satu orang yang paling dikenal dalam Islam, menjadi salah satu dari Khulafa Ar-Rasyidin. Ia menjadi Singa Padang Pasir karena keberanian dan pengorbanannya membela Islam dan melindungi Sang Rasul. Kisah Umar Bin Khattab tersebut mengingatkan kita bahwa kebencian merupakan salah satu bagian dari absurditas iman yang terkadang malah mengantarkan seseorang pada iman yang paling tinggi.

Akhir-akhir ini, sering kita dengar tentang pandangan yang negatif terhadap Islam, ada juga yang mengolok-olok Nabi Muhammad melalui kartun, atau membuat film dan tayangan yang menggambarkan Islam sebagai agama yang merusak. Tetapi, kebencian bukanlah akhir dari segalanya, mereka yang membenci itu bisa jadi hanya belum tahu apa-apa tentang Islam, tentang Muhammad, tentang Al Qur’an lalu kebencian mengusai hati mereka.

Dalam buku ini, pembaca akan disajikan beberapa kisah mualaf yang tidak biasa, yang kontras dengan Islam. Mereka yang pada awalnya sangat bertolak belakang dengan Islam, mereka yang punya profesi atau hobi yang bertolak belakang dengan nilai-nilai Islam, mereka yang sangat tidak mengenal bahkan membenci Islam.

Saat ini, ada seorang wanita Punk asal Newcastle-Inggris yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga liberal menjadi seorang Muslimah. Hal yang sama juga terjadi pada seorang wanita penggila pesta asal Preston-Inggris, seorang Polisi Wanita di Amerika, seorang mantan Yakuza yang menjadi Imam Masjid, Politikus dari partai yang membenci Islam di Belanda, pembuat karikatur nabi Muhammad, sampai preman Tanah Abang Jakarta dan masih banyak lagi. Ada juga yang meyakini agama ini karena melihat kenyataan dalam umat Islam yang bertolak belakang dengan yang ia bayangkan sebelumnya. Mereka adalah bagian dari kaum Muslim yang tersebar di seluruh dunia saat ini. Mereka adalah mualaf yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.

Dalam buku ini akan diceritakan tentang awal mula mereka tertarik kepada Islam. Apa yang membuat mereka tertarik kepada Islam? Bagaimana cara mereka masuk Islam? Apa tanggapan keluarga dan orang-orang terdekat mereka ketika tahu mereka masuk Islam? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain yang akan dijawab dalam buku ini.




Melalui buku ini, penulis ingin berbagi hikmah melalui kisah, tentang kenyataan bahwa kebencian mungkin hanyalah bentuk dari ketidaktahuan, atau ketidakingintahuan. Kisah-kisah dalam buku ini juga sekaligus mengingatkan kita untuk lebih menyebarkan nilai-nilai keagungan agama ini. Bila kita menyebarkan nilai-nilai luhur Islam, bila kita menyebarkan keagungan Muhammad, bila kita lebih mengedepankan Islam sebagai rahmat bagi alam semesta, bisa jadi orang-orang yang selama ini membenci Islam jadi akan berbalik memendam cinta yang paling dalam. Bisa jadi mereka seperti Umar Bin Khattab kepada Islam.