2. Safa Narajatidewi
3. Mata-mata: 16 Skandal Spionase di Indonesia & Dunia
-:(الراحمون يرحمهم الرحمن تبارك وتعالي/ ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء):-
Pi: Faith is a house with many rooms.Writer: But no room for doubt?Pi: Oh plenty, on every floor. Doubt is useful; it keeps faith a living thing. Afterall, you cannot know the strength of your faith until it is tested.
I am doomed to remember a boy with a wrecked voice, not because of his voice, or because he was the smallest person I ever knew, or even because he was the instrument of my mother's death, but because he is the reason I believe in God. What faith I have, I owe to Simon Birch, the boy I grew up with in Gravedown, Maine.
Ia sangat percaya bahwa Tuhan menciptakan seperti itu untuk menjadi pahlawan. Itulah yang menjadi cita-citanya juga. Sebuah cita-cita yang absurd.Rev. Russell: What are you doing sitting in a corner Simon?Simon: Thinking about God.Rev. Russell: In a corner?Simon: Faith is not in a floor plan.
Pada musim semi tahun 1842, Lincoln mengejek seorang politikus yang suka berkelahi bernama James Shields. Ia mengecamnya melalui sepucuk surat tanpa nama yang diterbitkan dalam Journal Springfield. Seisi kota itu pecah dalam tawa. Shields, seorang yang peka dan punya harga diri, mendidih karena marah. Dia mencoba mencari tahu siapa yang menulis surat itu, dia mengejar Lincoln dan menantangnya berduel. Lincoln tidak ingin berkelahi. Dia menolak berkelahi, tapi dia tidak bisa melepaskan diri dari kejadian ini dan menyelamatkan harga dirinya. Dia diberi pilihan senjata. Karena Lincoln memiliki lengan yang sangat panjang, dia memilih pedang kavaleri dan belajar berkelahi dengan menggunakan pedang di West Point; dan, pada hari yang ditentukan dia dan Shields bertemu di tepi Sungai Misisipi, bersiap untuk bertarung sampai mati; tapi pada menit terakhir, para pendukung mereka menyela dan menghentikan duel tersebut.
"Gamelan tidak pernah bersorak-sorai; sekalipun di dalam pesta yang paling gila pun, dia terdengar sayu dalam nyanyiannya, mungkin begitulah seharusnya. Kesayuan itulah hidup, bukan nyanyi bersorak-sorai!"
"Kadang-kadang mengherankan, dari mana ada ketabahan menghadapi situasi tanpa prospek sama sekali. Kalau perahu tidak beranjak dari pantai, kalau rel kereta tetap dingin dalam kebekuan, kalau lagu yang terdengar masih juga yang dulu-dulu, adakah celah tempat orang meloloskan diri atau sekedar mengintip cakrawala? Dunia bukanlah tempat segala sesuatu dapat dituntaskan. Penyelesaian total adalah kemustahilan belaka. Duka cita betapapun besarnya, tak pernah sempurna, sedangkan keisa-siaan selalu saja menyisakan sesuatu. Dengan demikian, harapan tidaklah muncul dalam kemungkinan dalam hidup, melainkan lahir dari kenyataan bahwa kesempitan dan rasa sesak pada akhirnya terbatas juga. Kefanaan, kenisbian, kerapuhan, tiba-tiba menjadi sesuatu yang menyelamatkan, justru karena kesementaraannya. Dunia dan kehidupan bukanlah tempat dan waktu mengolah kemungkinan, tapi saatnya memungut sisa-sisa kesempatan yang tercecer, karena tidak dapat ditumpas seluruhnya oleh kesia-siaan."