Selasa, 31 Januari 2012

Mimpi

Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu, kata Arai. Jika kau menginginkan sesuatu maka jagat raya akan membantumu untuk mewujudkannya, kata Paulo Coelho.

Gue selalu senang dengan orang-orang yang yakin akan kesuskesan diri mereka.

Banyak orang suka bermimpi. Bermimpi dalam arti punya keinginan yang ingin dicapai. Gue pengen punya mobil, ya suatu hari nanti gue pasti punya mobil. Gue pengen usaha, suatu hari nanti gue pasti jadi pengusaha. Gue pengen banget ke liling dunia... begitu kira-kira keinginan kita. Tapi, terkadang orang bingung bagaimana cara mewujudkannya.

Mimpi itu harus punya passion bukan hanya angan-angan. Orang yang bermimpi ingin ke Eropa harus lebih dulu tahu apa itu Eropa, keindahan-keindahanya, negara-negaranya dan segala hal tentang Eropa. Akan menjadi sesuatu yang lucu ketika seorang berkeinginan ke Eropa tapi yang dia tahu tentang Eropa sedikit.

Gue pernah bilang ke beberapa orang kawan dekat, “Suatu hari kalian akan liat nama gue di rak-rak buku gramedia.”

Tentu gue sadar apa yang gue katakana waktu itu. Semua orang dilarang mendahului takdir, tapi kadang keyakinan akan kemampuan diri sendiri diperlukan untuk menjadikan seseorang lebih percaya diri.

Gue memang suka membual, entah kenapa sepertinya ini ada kaitannya dengan kegemaran menulis. Ya, temen-temen udah pada tau kalo gue seneng membual. Kadang mereka anggap bualan itu serius. Pernah ada temen kerja nanya, “Eh, Lal! Kok duit lo gak abis-abis yak?”

“Ya iya lah, gue kan orang kaya. Gue kerja tuh cuma buat pengisi waktu aja. Daripada di rumah bengong.”

Dan biasanya mereka jawab, “Ya ya ya...”

Atau kalo ada kawan yang nelpon nanya gue lagi ada di mana. Bisanya gue jawab, “Lagi di Singapore nih. Lagi business travel.”

“Oh gitu ya?”

Biasanya orang akan langsung jujur, “Enggak gue becanda! Lagi di empang bokap gue nih.” Tapi gue malah jawab, “Iya lagi di Ochard Road nih lagi jalan-jalan. Tadi gue abis ketemu rekan bisnis. Sekarang lagi mao ke Chinatown mau beli oleh-oleh buat bini gue dan bla bla bla…”

“Lal!” Sampe akhirnya temen gue nyela, “Lo becanda kan?!”

Heh, mungkin itu cuma keisengan gue doang, tapi sebenernya gue juga punya passion terhadap buku. Gue suka membaca, suka membeli buku-buku. Setiap melihat buku mata gue berkilat-kilat senang. Gue percaya itulah passion gue.

Dari kegemaran membaca buku, gue mulai menulis. Gue mulai menulis apa dan dimana saja; puisi, cerpen, diary, blog, ulasan film, review buku dan lain-lain. Sampai akhirnya gue punya keyakinan bisa menulis buku. Dengan keyakinan itu, gue mulai mengerahkan kemampuan untuk menulis. Gue kirim tulisan itu ke penerbit, dan akhirnya jadilah buku.

Orang yang punya mimpi mau jadi penyanyi harus punya passion untuk mewujudkan impiannya itu. Dan mewujudkannya tentu butuh waktu, terkadang lama. Cita-cita itu bertahap. Mimpi itu nggak ujug-ujug. Ia nggak seperti durian runtuh.

Orang yang mau backpacking ke Eropa tapi nggak pernah jalan-jalan keliling Indonesia, terlalu jauh berangan-angan gue kira. Untuk mewujudkan hal-hal yang besar kenapa nggak mulai dari sesuatu yang kecil? Untuk punya mobil contohnya, kenapa nggak mulai dari punya motor?

Oya, terkadang passion nggak menghasilkan uang. Passion itu bisa dibilang seperti hobby. Pekerjaan menghasilkan uang, hobby/passion menghasilkan kesenangan juga kepuasan. Ya, your job is not your career, kata Steve Jobs. Gue udah berganti pekerjaan beberapa kali, tapi dimana pun dan jadi apapun, gue tetap menulis. Maka beruntunglah yang pekerjaannya adalah hobinya, adalah passion-nya.

Passion memberikan tingkat dedikasi yang tinggi terhadap sesuatu. Disitulah mimpi menemui pencapaiannya. Mimpi dengan passion untuk mencapainya. Ya, mimpi dapat terwujud dengan passion bukan hanya angan-angan.

"Seberapa indah mimpi, jika tetap mimpi?"
— Seno Gumira Ajidarma