Halaman

Minggu, 12 Juni 2022

Puisi yang Membuat Menangis

Sudah dua kali Hasnia meminta saya membuat puisi. Puisi itu harus dibuat dengan kriteria yang ia buat sendiri dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

"Bikin supaya yang denger pada nangis ya, Bang," Hasnia meminta.

"Buat acara apa?"

"Graduation. Mau dipakai hari Jumat ini,"

"2 hari lagi? Kenapa mendadak?" Saya heran.

"Sebenernya udah dikasih tau dari 4 hari yang lalu,"

"Elu emang sengaja mao ngerjain gua!" Saya menutup kesal, yang ia balas dengan tawa.

Pada permintaan sebelumnya, ia membuat deadline yang lebih kejam. Saya sampai harus bergadang karena katanya puisi itu harus selesai malam ini untuk dipakai besok hari. Saya mau menolak, tapi dia bilang, “Deadlinenya besok. Aku gak tau lagi harus gimana?”

Pada permintaan kali ini dia bilang, “Kepada siapa lagi aku minta tolong bikin puisi selain Abang yang pandai merangkai kata-kata nan puitis indah.”

Antara geli, iba dan ingin menoyor kepalanya, akhirnya saya buatkan puisi-puisi itu. Saya tidak tahu apakah jika dibaca, puisi itu bisa membuat orang yang mendengar menangis. Tapi saya kira ada banyak hal yang bisa membuat orang menangis selain karena mendengar puisi. Diantaranya karena mendengarkan lagu-lagu Adele saat putus cinta, atau mengetahui kabar kematian orang yang kamu sayangi, atau tidak hadir di pernikahan kawan dekatmu karena kamu pikir dia berdosa.