Siang itu aku bangun dengan kepala berat. Suara musik dangdut koplo berteriak dari speaker aktif tidak jauh dari tempatku tidur. Suara itu pasti yang membangunkanku. Perlu beberapa detik sampai ingatan akan tempat itu terkumpul. Ya, ini tempat kostku. Pasti Joni, kawan satu kost, yang menyetel lagu sialan itu keras-keras, pikirku kemudian. Mataku mengerjap menajam mencari sosok bergigi tonggos di ruangan gelap itu. Nihil. Di kamar itu hanya ada aku sendiri.
Bau abu rokok, alkohol dan keringat tercampurbaur oleh kipas angin yang berptar penuh bunyi di langit-langit kamar. Aku meraih hand phone, ada tiga miscall dari kekasihku, layar menunjukan pukul 12:12. Setelah segala indraku penuh, aku mulai mendengar suara khotib dari kejauhan lewat pengeras suara. Itu hari Jumat dan lagi-lagi aku telat sholat. Segera aku meloncat dan menyelesaikan urusan kamar mandi. Mudah-mudahan masih dapat rakaat ke dua, harapku setelah mengunci kamar kost dari luar.
Sampai di masjid, imam telah sampai di ujung ruku rakaat ke dua. Aku segera bertakbir dan mengikuti. Shola wa la nawa, nawa wa la shola. Niatnya Sholat Jumat, sholatnya Sholat Dzuhur. Sholatnya Sholat Dzuhur, niatnya Sholat Jumat.