Sabtu, 26 Oktober 2013

Mengapa Menikah?

Akhir bulan ini tiga orang teman saya menikah. Ketika mereka mengabarkan berita itu, saya dengan enteng bertanya, kenapa menikah?

Jawaban mereka berbeda-beda, ada yang menjawab untuk meneruskan keturunan, ada yang berterus terang karena usia yang semakin menua dan ada yang memilih tidak menjawab. Saya pun tidak banyak mendebat alasan atau bukan alasan mereka, karena merekalah yang akan menjalankan pernikahan, jadi seharusnya merekalah yang memahami untuk apa mereka menikah, tanpa doktrin dari siapapun.

Niat adalah hal yang paling penting dalam Islam. Karena itu penyebab ibadah seseorang diterima atau ditolak. Segala perbuatan pasti punya niat. Ia ada di hati dan tidak bisa dimanipulasi. Karena tidak ada satu orang pun yang tahu apa yang ada dalam hati selain dirinya sendiri, dan tentu saja Tuhan. Apa yang diniatkan begitulah jadinya. Menikah karena menginginkan keturunan, maka begitulah jadinya. Ia akan mendapatkannya. Menikah karena usia yang semakin menua, maka begitulah jadinya. Ia juga akan mendapatkannya.

Karena niat begitu penting maka saya mengenal beberapa orang yang tidak mau menikah karena mereka tidak menemukan tujuan yang pas dari pernikahan untuk mereka. Mereka tidak mau didikte oleh masyarakat dan adat istiadat. Mereka berpikir kalaulah mereka mau menikah nanti itu karena mereka mau menikah bukan karena paksaan atau tuntutan dari siapapun. Mereka tidak mengaggap meneruskan keturunan dan umur adalah tujuan yang pas. Ditambah lagi karena mereka mungkin menemukan alasan-alasan yang tidak sejalan dengan prinsip mereka seperti menikah karena melihat orang lain menikah, takut kesepian, merasa bersalah dan kasihan (telah sekian lama pacaran), desakan orang tua dan karena materi. Atau, gabungan dari semua alasan-alasan tersebut.

Menurut saya, tidak ada dari alasan-alasan tersebut yang benar atau salah. Masing-masing akan menemukan tujuannya. Sebagaimana segala hal juga mempunyai tujuan masing-masing. Namun tujuan yang mana yang paling ideal itulah pertanyaan selanjutnya. Dan sudah semestinya kita meniatkan pernikahan pada hal yang lebih tinggi dari hal-hal tersebut.

Segala puji bagi Allah Sang pemilik Hati, Penguasa Hati dan Maha membolak-balikkannya.

Selamat menikah kawan-kawan. Selamat menempuh hidup yang tidak benar-benar baru.