Rabu, 27 November 2013

Berkomunikasi di Facebook

Beberapa hari yang lalu saya mengaktifkan kembali akun facebook setelah beberapa bulan deactivated. Paling tidak ada tiga alasan akun itu deaktifasi. 1. Sedang fokus dengan naskah. 2. Jenuh. 3. Butuh bergaul dengan manusia di dunia nyata.

Di luar tiga alasan itu, saya —seperti kebanyakan orang lain— menikmati memakai berbagai social media. Namun belakangan saya sadari ada hal unik dalam pergaulan saya, terutama FB, yang tidak mungkin saya temui di dunia nyata.

Sebagai informasi awal, saya menarima permintaan teman dari siapa saja. Tidak peduli dari akun dengan nama Toko Hape Roxy atau, yang lebih parah, akun dengan nama Nikita Willy dengan PP Nikita Willy (entah saya harus senang atau nelangsa). Kawan saya bilang saya gila, tapi itulah bentuk tanggungjawab saya sebagai publik figur. *betulin sarung*

Keunikan tersebut ada dalam hal penyebutan nama dan kata ganti orang pertama dan kedua ketika berkomentar di sana. Ehmm begini, akan saya jelaskan penyebutan nama saya di dunia nyata terlebih dahulu agar lebih mudah memahaminya.

Dari mulai MI sampai sekarang ini, saya punya banyak macam panggilan. Waktu MI kawan-kawan memanggil dengan pangilan akrab Fahmi atau Ami. Itu juga yang digunakan kawan-kawan dan adik-adik di rumah. Adik-adik memanggil saya abang dan saya berkomunikasi dengan mereka dengan kata ganti lo gue. Begitu juga kawan-kawan di sekolah, kita berkomunikasi dengan kata ganti lo dan gue.

Meningkat ke Tsanawiyah dan Aliyah di pondok pesantren, panggilan saya mulai berubah. Ada yang memanggil Nailal, Fahmi, abang atau Iko Uwais. Kata ganti untuk berkomunikasi pun berubah menjadi ane dan ente. Walaupun gue dan lo masih lebih dominan.

Ketika kuliah di Pekalongan, saya memakai nama pena Al-Fahmi di beberapa tulisan yang saya publikasikan dan banyak kawan memanggil saya Al. Kata ganti yang kami gunakan untuk berkomunikaai pun berubah menjadi aku dan kamu. Pada beberapa kawan kami saling memanggil nama. Sepupu-sepupu di sana memanggil saya Mas Fahmi.

Ketika saya kembali ke Bekasi dan bekerja menjadi admin sekaligus guru cadangan di sebuah SDIT dan SMPIT, saya dipanggil Bapak Nailal. Kata gantinya berubah menjadi saya dan kamu. Ketika menjadi teacher di IEC pun tidak berubah. Hanya diinggriskan. Saya dipanggil Mr Nailal atau Sir tanpa nama. Kawan-kawan kuliah memangil Nailal, Al, Lal atau Nai. Kata ganti berubah menjadi I dan you atau lo dan gue. Ketika bekerja di tempat lain saya dipanggil berbeda lagi. Maka bisa disimpulkan panggilan saya sebagai berikut.

Orang pertama: aku, saya, gue, ane, I atau nama.

Orang ke dua tunggal saya panggil: lo, ente, kamu, you atau nama.

Panggilan saya: Pak, lo, Fahmi, Ami, Bang, Sir, Mister, Mas Nailal, Al, Lal, Nai, Nail, atau Nyet.

Nah, inti dari tulisan ini adalah, saya menemukan fakta bahwa orang-orang di FB terkesan sok akrab dan terkadang betkomentar bukan pada tempatnya, berkomentara atau bertanya di bawah status, foto atau Note yang tidak ada hubungan dengan status, Note atau foto tersebut misalnya.

Sampai saya pernah berada di sebuah situasi dimana saya harus menjawab komen dengan kata ganti saya, gue, aku, I dan ane dalam sebuah posting. Tentu itu agak aneh dan janggal. Bukan saya tidak mau menyamakan tanggapan dengan satu kata ganti saja (saya atau gue misalnya), tapi memang tidak bisa dan tidak mungkin. Kabar baiknya —atau mungkin buruk— saya harus bisa menulis hal yang bisa diterima oleh semua kalangan di sana.

Sulit? Pasti.