"You never really learn much from hearing yourself speak." — George Clooney
"If a man thinks he is not
conceited, he is very conceited indeed." — C.S. Lewis
Marah adalah hal yang wajar, tapi marah dan
kemudian menyalahkan orang lain adalah hal lainnya. Menyalahkan orang lain
ketika suatu hal terjadi adalah hal yang paling mudah. Sementara, semua orang
punya anjing di dalam diri masing-masing yang disebut “ego”. Ia tidak rela
disalahkan. Jika seorang menyalahkan orang lain, maka orang lain itu akan
menyalahkan hal lain lagi, dan begitu terus tidak ada habisnya. Begitulah,
masing-masing kita punya anjing ego.
Budaya Jepang untuk introspeksi
dan menyalahkan diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain mungkin patut
ditiru. Ketika telunjuk kita menunjuk orang lain, maka tiga jari kita yang lain
sedang menunjuk diri kita sendiri. Kita tentu tahu bagaimana seorang menteri
perhubungan Jepang segera mengundurkan diri dari jabatannya ketika terjadi kecelakaan
kereta api. Bahkan setelah ketahuan berbuat cela, orang-orang itu rela mati
untuk menghindari rasa malu.
Tentu tidak harus mati untuk
menunjuk diri sendiri dan introspeksi. Saya bisa membayangkan jika semua orang
menunjuk diri sendiri dan introspeksi, maka akan terjalin kehidupan yang lebih
harmonis. Kita akan lebih mudah memaafkan dan mengoreksi diri. Orang-orang akan
saling meminta maaf. Puncaknya, segala masalah akan terselesaikan dengan
semakin mudah. Mungkin itu terdengar utopis, tapi coba berikan kepada saya hal
lain yang lebih baik?
Tulisan ini sebenarnya untuk dua
kawan saya yang sedang tidak saling bicara. Sampai hari ini, dua kawan saya
yang sudah saling kenal cukup lama itu masih bertengkar. Bahkan, mereka tidak
saling tegur sapa sampai beberapa bulan, padahal hampir setiap hari mereka
bertemu. Memang apa masalahnya? Oh, percayalah, kamu nggak akan mau
mendengarnya karena terlalu sepele. Lalu kenapa mereka tidak bisa menyelesaikan
dengan berdamai? Hem, ingat anjing ego yang saya bahas tadi? Ya, saya sudah
menyarankan mereka untuk saling bertemu dan berdamai, tapi mereka bilang tidak
perlu. Sepertinya mereka berhasil menembak mati segal hal yang tidak lebih
penting dari ego mereka.
Kemudian saya berpikir tentang
saya sendiri, apakah saya akan seperti itu jika dihadapkan dengan kesempatan
untuk bermusuhan? Mungkin permasalahannya bisa berbeda, tapi bukankah setiap
orang punya egoisitas masing-masing termasuk saya?
Saya memang tidak bisa
memprediksi masa depan, namun saya bisa memastikan kepada diri saya sendiri
untuk terus mengingat dan belajar. Selalu ada pelajaran dari semua hal, dan
saya akan terus mengingatkan diri saya pribadi tentang akhlak standar seorang
muslim sebelum memutuskan untuk bertengkar. Berikut yang saya susun dari beberapa
sumber:
Tabayyun
Tabayyun adalah kehati-hatian
terhadap informasi yang beredar, kemudian mencari kejelasan suatu masalah
hingga tersingkap dengan jelas kondisi yang sebenarnya dengan pemahaman yang mendalam.
“Hai orang-orang yang beriman,
jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
(kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada
suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu” (QS. Al-Hujuraat: 6)
Jika ada seorang kawan
menceritakan kejelekan orang lain, biasanya saya diam tidak berkomentar,
kemudian mengalihkan pembicaraan ke hal lain. Saya pikir itu adalah hal paling
baik dan paling sopan yang bisa saya lakukan. Mungkin saja, dimata saya orang
itu jujur, tapi kita sedang membahas ketelitian ketika mendapat informasi. Jadi
ketika ada orang yang mengatakan kejelekan orang lain, maka hal yang pertama
harus kita lakukan adalah jangan percaya.
Bagimana cara bertabayyun? Cara
paling mudah adalah bertanya kepada yang bersangkutan langsung. Untuk membaca
cara bertabayyun lainnya, silahkan masuk ke sini.
Jangan berprasangka buruk dan
mencari-cari kesalahan orang lain
Apa gunanya mengetahui keburukan
orang lain? Supaya kita nggak terakibat dari keburukannya? Itu hal yang mungkin
berguna, tapi kebanyakan akibat dari melakukan itu adalah membuat kita sombong
karena merasa lebih baik.
Allah SWT juga berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian
dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah sebagian kalian menggunjingkan (ghibah) sebagian yang lain. Adakah
seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertawakalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al-Hujuraat:12)
Untuk membaca lebih lanjut
silahkan ke sini.
Adil
Allah berfirman dalam surat Al
Maa’idah ayat 8, “Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak
berlaku adil. Berbuat adillah karena ia lebih mendekati ketakwaan. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.
Saling berwasiat kepada kebenaran dan
kesabaran
Ajaran itu ada dalam surat Al
Ashr. Imam Syafi’i berkata, “Andai Allah Ta’ala tidak menurunkan pada hamba-Nya
kecuali surat ini, maka itu sudah cukup bagi mereka”.
Mengapa saling berpesan kepada
kebenaran dan kesabaran? Karena hidup yang bahagia adalah hidup bermasyarakat,
dan saling mengingatkan akan nilai-nilai kebenaran berguna agar nilai-nilai
tersebut dapat dijunjung tinggi bersama. Namun Saling menasihati kepada
nilai-nilai kebenaran saja belum cukup. Hidup bukanlah jalan yang datar saja,
kesulitan datang sama banyaknya dengan kemudahan, karenanya penting juga untuk
saling menasihati kepada nilai-nilai kesabaran.
Untuk lebih lengkap silahkan
baca di sini.
Waktu bermusuhan dan memutus
silaturahmi
“Tidak halal bagi seorang muslim
untuk tidak menyapa saudaranya lebih dari 3 hari.” (HR. Bukhari)
"Tidak masuk surga orang
yang memutuskan silaturahmi." (HR. Bukhori dan Muslim)
Untuk bacaan lebih lanjut di sini.
Kepada kawan saya yang bertengkar
itu, mohon maaf yang sebesar-besarnya jika tulisan ini mengusik egomu, maka
silahkan abaikan saja tulisan ini. Kamu mungkin bisa membacanya beberapa tahun
lagi ketika kamu siap.
Ya, ingatlah tulisan ini beberapa
tahun lagi, dan ceritakan kembali alasan kemarahan dan permusuhanmu, maka itu
akan menjadi komedi terbesar dalam hidupmu.
Wallahu ‘alam bissowab