Halaman

Selasa, 01 Oktober 2024

Menikmati Hidangan dari Rasulullah


Pada pukul 01.30 dini hari, tiba-tiba saya terbangun dari tidur dengan mata seterang lampu 100 watt. Rasa kantuk hilang seketika. Saya mengucapkan selawat kepada Rasulullah Saw. sebanyak tiga kali, mengambil wudu, lalu salat. Kemudian, saya membangunkan istri untuk menceritakan mimpi yang baru saja saya alami.

Satu setengah jam sebelumnya, ketika masih membaca beberapa referensi untuk bahan menulis buku ini, saya tersentak melihat jam dinding telah menunjukkan pukul 00.00. Padahal esok paginya saya harus bangun dini hari untuk kerja. Saya langsung matikan lampu kamar dan berusaha untuk memejamkan mata. Dalam tidur yang sebentar itulah saya mimpi berjumpa dengan K.H. Fakhruddin Ahmad Baihaqi.

Dalam mimpi itu, saya tengah berkunjung ke sebuah rumah. Di dalamnya, tampak K.H. Fakhruddin tengah duduk bersila bersama beberapa orang. Saya mengucapkan salam lalu mendekat. Setelah saya cukup dekat, ia berdiri dan mengajak saya ke ruangan lain. Di ruangan itu tampak sebuah nampan berisi nasi kebuli di atas meja. K.H. Fakhruddin mempersilakan saya untuk makan. Nahas, belum sempat saya menyuap nasi kebuli yang tampaknya amat lezat itu, saya terbangun.

K.H. Fakhruddin yang saya mimpikan itu adalah kiai muda yang turut mengasuh saya ketika mondok di Pesantren Annida Al-Islamy di Bekasi. la sempat mengajari saya ilmu nahu dan mustalah al-hadis. Saya sungguh tidak memahami arti dan maksud mimpi tersebut. Mungkin lantaran saya pernah diajari olehnya akan hadis-hadis Rasulullah Saw. Mungkin karena adanya ikatan batin antara guru dan murid. Mungkin pula mimpi hanyalah bunga tidur. Segala kemungkinan lain juga punya peluang yang sama, akan tetapi saya percaya mimpi tersebut membawa pertanda baik.

Beberapa waktu berselang, saya berkunjung ke pesantren K.H. Fakhruddin. Kunjungan ini sengaja saya lakukan untuk bertanya perihal mimpi yang pernah saya alami. Setelah mendengarkan cerita mengenai mimpi itu, ia mengatakan bahwa pada malam saat saya bermimpi itu adalah malam terakhir sebelum ia berangkat umrah dan berziarah ke makam Rasulullah Saw. la juga mengomentari bahwa hidangan yang saya lihat dalam mimpi itu bisa jadi pertanda baik, sebab dalam bahasa Arab hidangan adalah "al-Maidah", dan nama ini menjadi salah satu nama surah dalam Al-Qur'an.

Saya mengamini apa yang disampaikan K.H. Fakhruddin. Sejak pertama kali masuk pesantren pada usia 12 tahun hingga hari ini rasa kagum saya kepadanya memang tidak pernah luntur. Saya mengagumi keikhlasan, ilmu, dan dedikasi yang ditunjukkannya dalam mendidik murid-muridnya. Kami para santri dilatih untuk selalu menghormati dan menjadikan guru sebagai mentor dan inspirasi. Dengan begitu, ilmu yang disampaikan para guru mudah-mudahan dapat cepat meresap dan seterusnya bermanfaat. Begitulah, dalam bahasa yang agak puitis, hubungan kami sebagai murid dengan K.H. Fakhruddin terwakili dalam senandung syair, "Man ana man ana laulaakum, kaifa maa hubbukum kaifa maa ahwaakum (Siapa gerangan diriku, siapakah diriku kalau tanpa bimbingan kalian [guru]. Bagaimana aku tidak mencintai kalian, dan bagaimana aku tak menginginkan tuk bersama kalian?)"

Dengan penuh kerendahan hati, saya mempersembahkan buku yang ada di tangan pembaca ini untuk guru kami, K.H. Fakhruddin, mattanallahu fi tuuli hayatihi (semoga Allah senantiasa memberikan kesenangan kepada kita dengan kehadiran beliau sepanjang hayat kita). Tidak lupa, saya juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bang Andriansyah Syihabuddin selaku editor Emir yang selalu memberikan ide dan saran untuk perbaikan naskah buku ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Direktorat KSKK Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI atas panduan yang menjadi dasar penyusunan buku ini. Juga, semua guru, kawan, dan semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tak langsung memberikan inspirasi dan kontribusi berarti dalam penyusunan materi buku ini beserta projek-projek penguatan karakter di dalamnya. Semoga buku ini menjadi sumber energi kreatif dan panduan yang bermanfaat dalam memperkokoh karakter generasi bangsa ke depan.

Akhir kata, penyusun yang daif dan faqir ini memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam buku ini. Semua semata-mata berasal dari diri penyusun pribadi. Hanya kepada Allah yang Mahasuci kita mengembalikan segala urusan. Karena itu pula, semua saran dan kritik akan penyusun tampung untuk perbaikan buku ini pada masa yang akan datang.

Selamat menikmati hidangan ilmu pengetahuan dan hikmah dari hadis Rasulullah sallalahu ‘alaihi wa sallam. Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa sahbihi ajmain.




Minggu, 28 Juli 2024

Perjalanan untuk Menerima Rasa Sakit

Malam itu, kamu mengusulkan untuk pergi ke Bandung. Itu perjalanan yang tiba-tiba dan tanpa persiapan, berencana malam dan keesokan paginya pergi. Kemungkinannya dua; akan sangat menyenangkan atau menyusahkan.

Malam itu kamu memulai dengan memboking penginapan. Kamu mencari penginapan yang terjangkau dan mendapatkan di dekat alun-alun kota Bandung. Hal selanjutnya adalah transportasi, untuk menghemat budget, kita tidak memesan kereta langsung Bekasi-Bandung, tapi jurusan Bekasi-Ciamis yang berhenti di stasiun Cimahi.

Aira sedang berdiri di kursi sambil melihat pemandangan luar dari jendela kereta yang melaju, saat aku menghubungi nomor yang aku dapat dari internet, untuk menyewa motor yang akan kita gunakan selama di Bandung. Kamu tahu, yang membuat perjalanan menjadi menggairahkan adalah ruang-ruang spontanitas. Dimana kita tidak tahu yang akan terjadi, dan sejatinya memang kita tidak akan pernah tahu.

Sesampainya di stasiun Cimahi, kita bergegas dengan motor sewaan menuju hotel untuk menyimpan tas dan bersiap untuk makan siang. Rijsttafel, Meja Nasi, selalu menjadi pilihan utama. Rumah makan dengan aneka hidangan khas Belanda-Indonesia yang tidak pernah gagal membuat kita kagum. Aku memesan Nasi Bakar Kecombrang dengan sambal kecombrang yang unik khas Indonesia. Kamu memilih Nasi Tutug Oncom yang lebih tradisional lagi. Untuk Aira kamu memesan nasi putih dengan Tahu Goreng Kremes dan Tempe Mendoan, dan kita sama-sama kagum bagaimana mereka mendapatkan kualitas bumbu serta bahan yang premium ini. Kamu juga memilih makanan penutup yang sulit diucapkan; Bitterbalen dan Poffertjes. Kita juga mencoba segelas Mojito dan Es Cincau Hijau. Hidangan-hidangan itu tidak pernah mengecewakan, dan aku tidak pernah meragukan kemampuanmu menilai makanan.

Pada hari terakhir kita di kota itu, setelah mengunjungi beberapa tempat dan hutan, kita menyudahi dengan membeli Mie Ayam pinggir jalan. Karena kehabisan waktu untuk mengejar keberangkatan kereta, kita membungkus Mie Ayam itu dan berencana memakannya di dalam gerbong. Sambil mencari cara bagaimana memakan Mie Ayam tanpa sendok dan mangkuk.

Kita sadari kemudian bahwa hidup ini seperti perjalanan, ada hal yang terjadi di luar rencana, dan kendala dalam perjalanan selalu bisa membuat kita menemukan diri kita yang sejati.

Dari alam, berkali-kali kita mendapat kesejatian. Pohon-pohon di hutan tumbuh tidak beraturan, jalan pegunungan yang melelahkan serta matras di atas kerikil-kerikil hutan membuat tidur tidak tenang, dan ombak di tengah laut tidak pernah gagal membuat nyali kita ciut. Begitulah sejatinya alam dengan segala macam hal di dalamnya, begitualh sejatinya hidup. Hutan, gunung dan laut indah dengan segala yang ada padanya, sebagaimana hidup ini indah begini adanya.

Kamu tentu tidak akan melupakan kenangan ketika limbung saat menapaki kaki Gede Pangrango. Tubuhmu gemetar, perutmu teraduk-aduk, pandangan berkunang-kunang kemudian gelap, keringat bercucuran dan dingin menjalar di sekujur badan.

Atau ketika memandangi Gunung Agung dari kapal boat yang melaju menabrak-nabrak ombak dari Nusa Penida menuju Sanur, biru angkasa dan biru laut bersatu dengan latar balakang awan-awan putih dan puncak gunung yang menusuk angkasa.

Atau menyusuri jalan menggunakan motor sewaan ke tempat-tempat asing yang belum pernah kita kunjungi. Tersesat, terlambat, terhambat. Menikmati matahari dan hujan, debu dan kotoran. Kita kembali menjadi anak-anak yang bermain-main dengan kemungkinan, bertemu dengan hal-hal baru. Menerima segala apa yang ditawarkan perjalanan.

Di puncak gunung, kita belajar tentang keteguhan dan keberanian. Ombak laut yang bergulung tidak beraturan mengingatkan kita tentang masalah hidup yang sering tidak terduga. Dan dalam hutan yang rimbun, kita menemukan ketenangan dan hubungan dengan Sang Pencipta. Alam dan perjalanan mengajarkan kita banyak hal, terutama mengajarkan untuk menghargai setiap kondisi apapun.

Seandainya ada kehidupan lain yang bisa kita pilih, apakah kamu akan memilih kehidupan lain atau kehidupan yang sekarang sedang kita jalani bersama? Apakah kehidupan orang lain lebih baik dari kehidupan kita sekarang? Ataukah kehidupan ini, menjadi apapun itu, seperti alam, indah begini adanya?

Seperti mendaki gunung, masalah dan kesakitan adalah tantangan yang memperkaya kita. Dalam usaha memahami kesakitan, kamu mendengar Come Back to Me - Nam Joon, yang dalam perjalanan kita ini semakin menemukan relevansinya.

You don't have to be
You don't have to be the anything you see
Tryin' not to be
Tryin' not to be that something in this sea
Come back to me like you used to
Now I could see what a life is about
I told you I'm fine tonight, staying good
Springs always been here, I will sleep in her eyes

Jika ingin diterjemahkan bebas, lirik itu akan terdengar:

Kamu tidak harus menjadi seperti keinginan banyak orang. Jadi jangan mencoba menjadi orang lain agar sesuai dengan lingkungan sosial masyarakat. Kembalilah padaku seperti dulu, karena saat ini aku sudah mengerti tentang makna hidup. Meskipun ada kesulitan, malam ini aku akan baik-baik saja. Apapun kondisinya, musim semi seperti selalu menemaniku, karena aku sudah menemukan kedamaian dan kenyamanan.

Secara keseluruhan, lirik itu berbicara tentang pencarian jati diri, makna hidup, dan mendapat ketenangan setelah keresahan.

Apa keresahan yang ada padamu saat ini?

Mungkin rumah yang berantakan, piring-piring kotor, cucian kotor yang menumpuk, AC yang tidak dingin, kipas angin yang berdebu, atap yang bocor, semut, kecoa dan tikus, kehabisan uang, kendaraan rusak, keinginan yang tidak tercapai, anak-anak yang sulit diatur, lelah, sakit, bingung, sedih dan segala hal yang tidak sesuai ekspektasi, termasuk aku dan manusia-manusia di sekitarmu.

Hidup ini adalah perjalanan, bukan liburan. Dalam perjalanan, kita dihadapkan pada persoalan yang meresahkan, namun juga menemukan pelajaran. Proses dalam perjalanan menjadi lebih penting daripada tujuan, walaupun di saat yang sama, kita tidak perlu terlalu khawatir tentang akomodasi perjalanan, karena bisa sampai ke tempat tujuan dengan perasaan bahagia adalah juga utama.

Sebelum naik ke gerbong kereta, kita membeli Pop Mie di Alfamart di Stasiun Cimahi. Bukan untuk dimakan, tapi digunakan wadahnya untuk tempat Mie Ayam. Masalah selesai. Tentu kita punya banyak waktu untuk berdebat, emosional dan mencari siapa yang salah, meributkan hal-hal kecil, namun itu tidak kita lakukan. Kita mengikhlaskan beban.

Apakah ada kebahagiaan dalam perjalanan ini?

Ini tentang cara pandang, sayang. Karena mudah saja seseorang bahagia pada hal-hal yang tercukupi dan sesuai keinginan, namun apakah kita bisa tetap bahagia ketika menemui masalah dan kesulitan?

Pada kesulitan dan tekanan hidup itulah kita dapat menemukan kebahagiaan yang sejati. Kita bisa lihat contoh yang nyata pada senyum dan mata yang tenang dari seorang anak di Gaza, yang senyumnya makin terkembang hanya karena ditawari makanan kesukaannya. Padahal seluruh keluarganya mati terbunuh. Apalah arti masalah hidup kita di mata anak itu?

Apapun atau siapapun dapat menyebabkan rasa sakit, namun pada saat yang sama, perasaan sakit itu sakral. Karena itu menjadi pengalaman berharga yang memperkaya jiwa. Dalam dualitas tersebut —sakit dan makna yang menyertainya, kita tumbuh. Meskipun rasa sakit itu tidak kita inginkan, tapi perubahan yang ditimbulkan luar biasa, suci, Ilahi, divine.

You are my pain, divine, divine
Get, get, get to the
Divine, divine, so fine
I see you come back to me

Pada akhirnya, perjalanan ini ada demi mengajarkan kita untuk bekerja sama dan mengikhlaskan rasa sakit.



Sabtu, 20 Juli 2024

Bagaimana Mendapat Ide dan Inspirasi Saat Buntu?

Berikut di bawah ini adala beberapa pertanyaan dari peserta Webinar Langkah Mudah Menulis Fiksi yang diselenggarakan oleh STIBA-IEC JAKARTA pada 08 Juli 2024:

---------------------------

Bagaimana cara mendapatkan ide lagi jika lagi buntu ide?

Gloria Erfrans - STIBA IEC JAKARTA

----------------------------

bagaimana solusinya jika kita kehabisan ide untuk menulis?

Anza Mafiratika - STIBA IEC Jakarta

---------------------------  

Bagaimana cara memulai menulis dalam menentukan ide?

Adjeng Nurul Rahma - STIBA-IEC JAKARTA

----------------------------

bagaimana cara mudah mendapatkan inspirasi untuk menulis fiksi?

Chika Nur Nazra - STIBA IEC Jakarta

----------------------------  

Bagaimana cara membangun minat dalam menulis agar selalu terjaga mood dalam menulis?

Asri Jannah Wati - UNINDRA

----------------------------  

cara nya mengembangkan kreatifitas dalam menulis?

AFIFAH APRIYANTI HASANAH - SMK NURUL ISLAM


Halo, Kawan-kawan. Salam kenal! Karena pertanyaan-pertanyaan di atas relatif sama, maka saya akan menjawab secara gabungan.

Asumsi saya dari pertanyaan-pertanyaan itu adalah penulis belum memiliki ide sama sekali saat ingin menulis, bukan karena mengalami writer’s block di tengah-tengah menulis cerita.

Saya pribadi menulis karena dua hal: pertama, ketika diminta menulis dengan tema yang sudah ditentukan; dan kedua, ketika mendapat ide dari pengalaman dan keresahan.

Pada kondisi pertama, biasanya saya melakukan penelitian dan membaca banyak referensi yang berkaitan dengan tema atau genre yang akan saya tulis. Saya juga melakukan brainstorming dengan menuliskan semua ide yang muncul di kepala, tanpa menyaring atau menghakimi.

Sementara pada kondisi kedua, saya sering mendapatkan ide yang masih sangat mentah dan belum solid. Misalnya, saya hanya punya pesan yang ingin saya sampaikan (moral of the story), atau tokoh dengan karakter yang kuat, sebuah adegan, atau dialog. Ide semacam ini bisa muncul ketika menonton, membaca, berinteraksi dengan teman, mendengarkan lirik lagu, dan sebagainya. Setelah ide muncul, saya biasanya langsung menulis, meskipun belum tahu apakah itu akan menjadi puisi, cerpen, novel, atau hanya tetap tersimpan.

Menurut saya, hal-hal tersebut juga bisa dilakukan ketika kita sama sekali tidak punya ide. Kegiatan-kegiatan ini dapat memicu kreativitas dan memunculkan ide untuk cerita. Kata kuncinya adalah paksakan. Ide dan kreativitas akan datang jika kita memaksa diri dan disiplin untuk mencarinya. Misalnya, dengan menulis bebas, menuliskan apa saja yang muncul di pikiran selama beberapa menit tanpa berhenti. Ini bisa membantu memunculkan ide yang tidak terduga. Selain itu, bertanya pada diri sendiri seperti, “Apa yang ingin saya sampaikan?”, “Apa yang saya pedulikan?”, atau “Apa yang membuat saya penasaran?” juga bisa membantu.

Intinya, tetap memaksa untuk menulis! Menulis bahwa kita sedang tidak punya ide lebih baik daripada tidak menulis sama sekali. Dengan memaksa jari kita untuk menulis, otak kita akan mencari cara agar mendapatkan ide. Terkadang ide itu tidak datang seketika saat kita menulis, tapi datang saat kita sedang beristirahat, menjauh dari aktivitas menulis. Tapi itu terjadi karena kita memancing ide dengan cara memaksakan untuk menulis.

Jadi, paksakanlah untuk menulis! Luangkan waktu untuk menulis apa pun sebebas-bebasnya. Setelah pemaksaan itu, lakukan kegiatan lain seperti bepergian, mencoba hobi baru, atau bertemu orang baru. Pada akhirnya, otak akan kembali memunculkan ide untuk menulis.

Sekali lagi paksakan untuk menulis!

Semoga ini menjawab pertanyaan.

Baca tulisan lain dengan tema menulis di sini Di Bawah Bendera Sarung: Menulis

Menulis Dengan Bantuan AI (Artificial Intelligent)

Berikut di bawah ini adala beberapa pertanyaan dari peserta Webinar Langkah Mudah Menulis Fiksi yang diselenggarakan oleh STIBA-IEC JAKARTA pada 08 Juli 2024:

--------------------------

Berikut beberapa pertanyaan yang bisa diajukan dalam kegiatan webinar menulis, disesuaikan dengan topik dan target audiens: *Untuk webinar umum tentang menulis:* * *Apa saja kiat-kiat untuk memulai menulis dan mengatasi rasa takut untuk menulis?* * *Bagaimana cara menemukan ide menulis yang menarik dan orisinal?* * *Teknik apa yang bisa digunakan untuk membuat tulisan lebih menarik dan mudah dipahami?* * *Bagaimana cara menyusun struktur tulisan yang baik dan efektif?* * *Strategi apa yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas tulisan?* * *Bagaimana cara mengatasi kesulitan dalam menulis, seperti kesulitan menemukan kata yang tepat atau kesulitan merangkai kalimat?* * *Bagaimana cara mempromosikan tulisan dan mendapatkan pembaca?* * *Bagaimana cara menulis untuk berbagai platform, seperti blog, media sosial, dan website?* * *Apa saja sumber referensi yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis?* * *Bagaimana cara menulis dengan gaya yang khas dan mudah dikenali?* *Untuk webinar khusus tentang jenis tulisan tertentu:* * *Bagaimana cara menulis artikel opini yang persuasif?* * *Teknik apa yang bisa digunakan untuk menulis cerpen yang menarik dan penuh konflik?* * *Bagaimana cara menulis puisi yang bermakna dan menyentuh hati?* * *Strategi apa yang bisa digunakan untuk menulis novel yang memikat dan penuh alur?* * *Bagaimana cara menulis skenario film yang menarik dan dramatis?* * *Bagaimana cara menulis esai yang argumentatif dan kritis?* * *Bagaimana cara menulis laporan ilmiah yang akurat dan mudah dipahami?* * *Teknik apa yang bisa digunakan untuk menulis pidato yang inspiratif dan memotivasi?* *Untuk webinar yang fokus pada aspek tertentu dari menulis:* * *Bagaimana cara menggunakan bahasa yang efektif dan tepat sasaran dalam menulis?* * *Bagaimana cara menulis dengan gaya yang formal dan profesional?* * **BagaiApakah ada kesalahan umum yang sering dilakukan oleh penulis pemula?

Wildatul Aluf Barokah - STIBA IEC JAKARTA

Halo Wilda, salam kenal!

Meski kamu menggunakan AI secara sembarangan, saya tetap senang karena pertanyaanmu memberi saya bahan tulisan.

Sejatinya AI, mesin atau aplikasi apapun dirancang untuk memudahkan manusia. Alat-alat seperti sempoa, kalkulator, komputer sampai AI adalah mesin yang bisa digunakan untuk menunjang segala kegiatan atau profesi kita sehari-hari, termasuk juga dalam hal menulis.

Sebagai penulis saya tidak khawatir dengan keberadaan AI, bahkan bisa memanfaatkannya dengan baik. Apakah AI bisa diberi perintah untuk membuat premis cerita? Tentu bisa. Membuat kerangka karangan, bahkan sampai membuat seluruh novel juga bisa. Namun, jika kamu menggunakannya secara ceroboh seperti cara kamu memberi pertanyaan di atas, maka AI sama sekali tidak berguna. Sama tidak bergunanya seperti komputer yang diberikan kepada Lemur Madagaskar.

Saya pribadi menggunakan AI untuk brainstorming, mengembangkan ide dan plot, mengedit tulisan, melakukan penelitian, atau sekedar bertanya tentang banyak hal. AI buat saya tidak ubahnya kawan yang tidak pernah rewel dan selalu menjawab apapun pertanyaan dan permintaan saya. Oleh karena itu, saya tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaanmu di atas, karena tentu AI akan mudah sekali memberi jawaban yang kamu cari.

Salam.

Baca atulisan lain dengan tema menulis di sini Di Bawah Bendera Sarung: Menulis

Buku Anak, Copywriting, Cover Buku Sampai Fanfiksi

Berikut di bawah ini adala beberapa pertanyaan dari peserta Webinar Langkah Mudah Menulis Fiksi yang diselenggarakan oleh STIBA-IEC JAKARTA pada 08 Juli 2024:

--------------------------

Fiksi yang cocok utk anak usia dini?

Siti Chusnul Chotimah, S.Pd - TKIT Al Muqorrobin
 
Hallo, Unun. Sudah lama ya, kita gak ketemu. Semoga sehat-sehat ya.

Saya pribadi biasanya melihat ulasan dan rekomendasi dari orang lain sebelum memilih bahan bacaan untuk anak. Dan ini yang paling penting, saya sudah membaca buku tersebut sebelum memberikannya atau membacakannya kepada anak saya. Tingkat kesulitan bacaan juga penting diperhatikan, karena setiap anak berbeda dalam kecerdasan literasi, yang tidak selalu berkaitan dengan usia. Oleh karena itu, orang tua harus jeli melihat kemampuan anak dalam membaca dan memahami cerita.

Selain itu, saya juga mempertimbangkan ilustrasi. Buku dengan ilustrasi menarik bisa membantu menjaga perhatian anak, terutama untuk anak yang lebih kecil.

Berikut rekomendasi buku-buku yang disukai anak-anak saya:
  • Winnie the Pooh
  • Serial Camille oleh Aline de Petingne dan Nancy Delvaux
  • Serial Tini oleh Marcel Marlier
  • My First Qur'an Story oleh Tasaro GK
  • Serial Bumi oleh Tere Liye
Anak-anak saya juga suka membaca dari Room to Read (literacycloud.org) yang menyediakan cerita dalam berbagai bahasa dan tingkatan.

--------------------------

Would you share about copy writing?
Arlina Yuaninta - CIMB Niaga

Hai, Lin. Serius nanya ini nih? Hahaha
 
Saya pribadi belum pernah menjadi Copywriter jadi saya tidak tahu bagaimana mekanisme dan cara kerjanya, tapi saya akan coba menjawab sesuai pengetahuan saya.

Copywriting adalah istilah untuk sebuah pekerjaan menulis yang bertujuan untuk mempromosikan dan menjual produk atau layanan. Dalam dunia pemasaran, kata “Copy” merujuk pada teks yang digunakan untuk mempromosikan/menjual produk atau layanan. Sementara orang yang melakukannya disebut Copywriter, atau jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi Penulis Naskah Iklan.

Dalam dunia perbankan mungkin juga ada pekerjaan menjadi Copywriter ini, tapi sekali lagi saya tidak tahu bagaimana mekanisme pekerjaan ini dan ada di departemen apa. Kemungkinan salah satu tugasnya adalah membuat tulisan dalam berbagai bentuk media seperti iklan, brosur, situs web, email, dan media sosial. Tentu Copywriter tidak hanya sekadar menulis teks yang kaku, tetapi juga harus memahami audiens, memenuhi aspek-aspek persuasi, dan mengetahui tentang produk atau layanan yang ditawarkan.

Semoga itu dapat menjawab pertanyaan.

-----------------------------

Bagaimana tips membuat sampul buku untuk pemula?

Azora Ainuni - STIBA-IEC

Halo Azora, salam kenal!

Wah, jika pertanyaanmu tentang cover buku, saya berasumsi kamu sudah punya naskah yang siap diterbitkan. Keren!

Saya pernah menerbitkan buku baik secara mandiri melalui Penerbit Indie atau juga secara profesional melalui Penerbit Mayor. Jika naskahmu diterima oleh Penerbit Mayor, tidak perlu khawatir soal cover buku karena tim penerbit yang akan mengurusnya. Namun, jika kamu menerbitkan melalui Penerbit Indie, ada beberapa pilihan: bisa dibuatkan oleh pihak penerbit atau membuatnya sendiri.

Saya pribadi memilih membuat cover buku sendiri saat menerbitkan melalui Penerbit Indie, agar lebih bebas berekspresi. Aplikasi yang biasa saya gunakan untuk membuat cover buku adalah Canva. Aplikasi ini cocok untuk pemula yang ingin berkreasi membuat cover buku sendiri karena mudah digunakan dan menawarkan banyak pilihan serta contoh.

Semoga itu dapat menjawab pertanyaan.

----------------------------------

Mungkin pertanyaan ini bukan mengenai menulis fiksi, namun masih berkaitan dengan fiksi. Di dalam fiksi ada fanfiksi, di mana karya fiksi tersebut ditulis oleh penggemar dengan menggunakan karakter yang sudah terkenal sebagai karakter di karya fanfiksi tersebut. Sekarang ini banyak sekali fanfiksi, walau sebenarnya dari sepuluh tahun lalupun sudah ada. Namun, sekarang ini tidak sedikit author-author fanfiksi yang mempublish fanfiksinya sebagai buku, bahkan tidak sedikit juga yang mengadaptasi fanfiksi tersebut menjadi sebuah film atau series. Pertanyaan saya adalah, apakah legal untuk mempublish sebuah karya fanfiksi bahkan mengkomersilkan karya tersebut? Bagaimana soal copyright dari karakter terkenal yang dipakai?
Dinda Cherril Julian Rahim - STIBA-IEC Jakarta

Halo Dinda, salam kenal!

Ya, mempublikasikan karya fanfiksi apalagi sampai mengkomersilkannya punya akibat hukum yang signifikan, karena ini terkait dengan hak cipta. Artinya, menggunakan tokoh dalam karya fiksi (karakter dalam buku, film, atau komik) dalam karya fanfiksi tanpa izin pemilik hak cipta dapat dianggap sebagai pelanggaran hak cipta yang bisa dikenakan denda, atau bahkan tuntutan pidana.

Benar apa yang kamu ceritakan bahwa sejak beberapa tahun belakangan ini, ada beberapa karya fanfiksi yang dipublikasikan baik melalui media tulisan atau video. Ada yang legal tapi tidak sedikit juga yang ilegal. Jika kamu ingin melakukan hal serupa, saya sarankan untuk melihat lisensi fanwork yang ada pada karya tersebut. Beberapa pemilik hak cipta, seperti penulis atau penerbit, mungkin mengizinkan pembuatan dan distribusi karya fanfiksi selama tidak dikomersilkan. Mereka mungkin memberikan panduan atau batasan spesifik terkait penggunaan karya mereka dalam fanfiksi. Kamu bisa mencari izin eksplisit dari pemilik hak cipta atau memilih untuk mendistribusikan karya mereka secara gratis di platform yang mengizinkan karya fanfiksi, seperti Archive of Our Own (AO3) atau Wattpad.

Semoga itu dapat menjawab pertanyaan.

Baca tulisan lain dengan tema menulis di sini Di Bawah Bendera Sarung: Menulis

Tentang Teknik Menulis

Berikut di bawah ini adala beberapa pertanyaan dari peserta Webinar Langkah Mudah Menulis Fiksi yang diselenggarakan oleh STIBA-IEC JAKARTA pada 08 Juli 2024:

------------------------------------

apakah para penulis menggunakan teknik agar para pembaca mempunyai ketertarikan tersendiri dari buku tersebut?

Ahmad Ruslan - STIBA-IEC JAKARTA

Hallo Ruslan, salam kenal!

Ya, tentu saja para penulis sering menggunakan berbagai teknik untuk menarik dan mempertahankan minat pembaca. Seperti dalam olah raga, teknik perlu diasah agar semakin mahir. Dan sebagaimana olah raga, teknik bisa dipelajari dan ditingkatkan. Ini adalah bagian penting dari keterampilan menulis.

Beberapa penulis seperti Pidi Baiq bahkan membuat teknik dan style tersendiri dalam tulisannya. Dilan contohnya, secara premis novel itu sederhana, namun dalam teknik penulisan, Pidi menitikberatkan pada pengembangan karakter yang kuat dan unik dengan dialog yang lucu dan romantis. Karakter Dilan, anak remaja usia belasan yang sudah punya idealisme dan mental tidak seperti kebanyakan anak muda di usianya tentu membuat pembaca tertarik. Teknik penulisan yang unik tersebut juga dilakukan Pidi ketika menulis seri Drunken Monster. Kalimatnya ringan dan diselingi dengan bahasa lisan, membuat karyanya menarik perhatian pembaca.

Dewi Lestari, dengan plot dan dialog yang memikat dalam Perahu Kertas, Madre, dan Filosofi Kopi, menciptakan kejutan, konflik, dan ketegangan yang membuat ceritanya hidup dan menarik. Sementara deskripsi dalam novel-novel Haruki Murakami juga membuat pembaca membayangkan setting dan kejadian dalam cerita, sehingga mereka merasa seolah-olah berada di dalam cerita tersebut.

Ayu Utami juga punya teknik membuka cerita dengan kalimat atau paragraf pembuka yang kuat dan menarik. Saya kutipkan kalimat pembuka dari Bilangan Fu, “Taruhan. Kau pasti enggan percaya jika kubilang padaku ada sebuah toples selai berisi sepotong ruas kelingking.”

Semua teknik yang digunakan oleh penulis-penulis yang saya sebutkan di atas bertujuan untuk membuat cerita lebih hidup dan menarik bagi pembaca. Ada beberapa teknik lain seperti Show, Don't Tell, atau kebalikannya Tell, Don’t Show, teknik membangun Suspense, Flashback, In Medias Res (Memulai cerita di tengah aksi), Cliffhanger (Mengakhiri bab atau cerita dengan situasi yang menggantung) dan lain sebagainya. Menggabungkan teknik-teknik ini dapat menambah kedalaman dan kompleksitas pada ceritamu, membuatnya lebih menarik bagi pembaca.

Seperti seorang pemain sepak bola yang mempelajari berbagai teknik, penulis juga perlu mengasah keterampilan dalam menulis. Seperti pemain yang tahu kapan harus mengoper, dribbling, berlari, atau melakukan tackle, penulis juga harus memahami kapan menggunakan teknik ‘tell don’t show’ atau ‘show don’t tell’, serta bagaimana menempatkan dialog, kapan ia deskriptif, kapan ia harus mendramatisir cerita. Semua ini dapat diperoleh melalui latihan, intuisi, dan membaca karya-karya lain.

Teknik bisa dipelajari, tetapi tanpa praktek akan percuma. Pengetahuan tentang teknik menulis tanpa praktik itu sama saja dengan belajar teknik berenang dari buku atau video tanpa pernah berlatih di kolam renang. Kunci utamanya adalah praktek. Jika penulis terbiasa menggunakan berbagai teknik, dengan waktu, ia akan mengembangkan gaya penulisan yang unik dan bahkan menciptakan tekniknya sendiri.

Semoga itu menjawab pertanyaan.

Baca tulisan lain dengan tema menulis di sini Di Bawah Bendera Sarung: Menulis

Tentang Pemilihan Kata

Berikut di bawah ini adalah beberapa pertanyaan dari peserta Webinar Langkah Mudah Menulis Fiksi yang diselenggarakan oleh STIBA-IEC JAKARTA pada 08 Juli 2024:

----------------------------

Bagaimana cara mudah dalam pemilihan kata dalam cerita fiksi atau non fiksi, supaya pembaca lebih mudah paham tetapi tetap memilik bobot pada kalimat?

Wendy Aulia Vita Sary - STIE Indonesia Jakarta


Halo Wendy, salam kenal!

Saya sering menggunakan kamus sinonim untuk mencari kata atau diksi yang sesuai. Situs web yang sering saya gunakan adalah persamaankata.com. Penggunaan sinonim sangat berguna agar kata yang digunakan lebih bervariasi, sehingga pembaca tidak bosan. Namun, perlu diperhatikan bahwa sinonim harus sesuai dengan konteks, mudah dipahami, dan tidak mengubah makna keseluruhan kalimat.

Saya selalu menulis dengan kalimat yang sederhana dan jelas. Jika ada dua kata yang sama maknanya, saya pasti memilih kata yang lebih sederhana. Mengapa? Karena saya memikirkan pembaca. Pembaca, pada usia berapapun, tentu menginginkan deskripsi yang jelas dan sederhana agar mereka dapat membayangkan adegan atau karakter dengan lebih baik. Saya juga selalu menghindari penggunaan kata-kata yang tidak perlu atau berlebihan. Hal ini membantu menjaga kalimat tetap padat. Kata kuncinya: jika bisa dibuat lebih sederhana dan jelas, mengapa dibuat rumit dan bertele-tele?

Dalam konteks dan nuansa tertentu, saya juga menggunakan gaya bahasa atau majas. Tujuannya tetap agar pembaca mudah mengerti namun dapat menambah kedalaman makna pada kalimat. Contoh, daripada menulis “gadis itu sangat sedih dengan kematian ibunya,” bisa diganti dengan simile atau metafora seperti “Ibu seperti sinar matahari dalam dunia gadis itu. Kematian ibu pada sore yang mendung, menjadikan duka bagai sumur gelap yang tidak sanggup ia pijak dasarnya.”

Hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan majas adalah memperhatikan ritme agar tidak membuat kalimat terasa canggung atau tersendat. Salah satu cara mengukur hal tersebut adalah dengan membacanya kembali dengan suara keras, atau meminta pendapat dari teman untuk mendapatkan masukan dan penilaian.

Semoga itu menjawab pertanyaan.

Baca tulisan lain dengan tema menulis di sini Di Bawah Bendera Sarung: Menulis

Tentang Konflik Cerita

Berikut di bawah ini adalah beberapa pertanyaan dari peserta Webinar Langkah Mudah Menulis Fiksi yang diselenggarakan oleh STIBA-IEC JAKARTA pada 08 Juli 2024:

----------------------------------------  

Bagaimana cara menentukan konflik utama yang akan menjadi pusat cerita?

Molldy Monia Milene - STIBA IEC

Hallo Molldy, salam kenal!

Untuk merekayasa konflik yang kompleks dan menarik, ada beberapa teknik yang bisa digunakan. Secara umum, konflik dapat dibagi menjadi dua: konflik internal dan konflik eksternal.

Konflik internal melibatkan pikiran dan perasaan karakter, termasuk konflik psikologis, moral, dan eksistensial. Sementara itu, konflik eksternal bisa berasal dari berbagai sumber seperti konflik dengan karakter lain, masyarakat, alam, teknologi, atau waktu.

Saya sering mencontohkan film Into the Wild untuk menggambarkan seluruh konflik itu. Dalam film tersebut, Christopher McCandless, seorang mahasiswa berprestasi lulusan Universitas Emory, menolak kehidupan konvensional dengan menghancurkan kartu kredit dan identitasnya. Ia melakukan perjalanan lintas negara, menumpang kendaraan orang lain, dan memperkenalkan dirinya sebagai Alexander Supertramp. Chris juga menyumbangkan hampir seluruh tabungannya kepada Oxfam, sementara ia tidak memberitahu keluarganya dan menolak berhubungan dengan mereka setelah pergi.

Chris kemudian mengarungi Sungai Colorado, mengabaikan peringatan penjaga taman, dan sampai di Meksiko. Ia juga menggunakan kereta barang menuju Los Angeles, tetapi merasa “rusak” oleh peradaban modern dan memutuskan untuk pergi lagi. Akhirnya, Chris terpaksa menumpang mobil setelah dipukuli oleh petugas stasiun kereta api.

Di Slab City, Chris bertemu Tracy Tatro, seorang gadis remaja yang tertarik padanya, meskipun Chris menolak karena Tracy masih di bawah umur. Kemudian, Chris berjalan sendirian ke daerah terpencil di Alaska. Di “The Magic Bus,” kehidupan Chris semakin sulit, dan ia mengambil keputusan yang buruk. Dalam keadaan putus asa, Chris bahkan harus mengumpulkan dan memakan akar tanaman. Akhirnya, Chris jatuh sakit dan perlahan-lahan sekarat karena kelaparan, hingga mayatnya ditemukan oleh para pemburu rusa.

Dalam film yang diambil dari kisah nyata itu, hampir seluruh konflik ada, dari mulai konflik dalam pikiran dan perasaan karakter tentang kehidupan matrealistis dan ketidakadilan, konflik eksistensial tentang pencarian jati diri dan tujuan hidup, konflik moral karena ia menyukai gadis yang masih di bawah umur, konflik dengan orangtua yang terlalu memaksa, dengan masyarakat yang ia anggap tidak ideal dan bobrok, dengan alam yang akhirnya menyebabkan kematiannya di dalam bis rongsok di lokasi yang jauh dari peradaban.

Secara keseluruhan konflik dalam cerita itu memang kompleks, namun konflik-konflik tersebut adalah tantangan dari tujuan utama karakter, yaitu pencarian jati diri sebagai manusia dan pencarian kebahagiaan. Di akhir cerita, Chris menemukan tujuan hidup dan kesadaran bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan saat berbagi dengan orang lain.

Begitulah membuat konflik yang bagus, konflik yang tidak hanya berfokus pada satu hal tapi menghadirkan berbagai tantangan yang menguji karakter baik dari dalam maupun luar. Cara membuat karakter menghadapi semua itu adalah dengan menjadikannya manusia, sebenar-benarnya manusia. Berikan karakter semua potensi yang ada pada manusia, dengan segala kerapuhan dan kelemahan, dengan begitu karakter akan menghadapi konflik yang realistis dan cukup membuatnya nelangsa.

Semoga itu dapat menjawab pertanyaan.  

Baca tulisan lain dengan tema menulis di sini Di Bawah Bendera Sarung: Menulis

Selasa, 16 Juli 2024

Tentang Kerangka Cerita

Berikut di bawah ini adalah beberapa pertanyaan dari peserta Webinar Langkah Mudah Menulis Fiksi yang diselenggarakan oleh STIBA-IEC JAKARTA pada 08 Juli 2024:

--------------------------

Apa tips dan trick agar karya kita bisa menarik tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk pembaca? Untuk penulis pemula apakah membuat kerangka tulisan itu penting atau menulis saja sesuai imaginasi yg ada, untuk menulis karya yang bisa diminati pembaca?

Handini Aprillia Ros - STIBA IEC Jakarta


Hallo Handini, salam kenal!

Untuk menarik pembaca, bayangkan kamu sedang menceritakan atau membacakan ceritamu di depan teman. Dengan begitu, kamu akan lebih peka terhadap hal-hal yang menghibur atau membosankan. Selanjutnya, bacalah kembali tulisan atau cerita yang menarik perhatianmu dan teliti mengapa cerita tersebut bisa membuatmu tertarik, kemudian tiru dan adaptasi sesuai dengan ceritamu.

Apakah kerangka cerita penting?

Tentu saja, kerangka cerita sangat penting karena penulis harus memiliki rencana yang dituangkan dalam kerangka. Namun, berdasarkan pengalaman saya, kerangka cerita bisa berkembang ke arah yang tidak terduga, dengan karakter seolah menemukan jalan mereka sendiri. George R.R. Martin, penulis novel fenomenal A Song of Ice and Fire, menjelaskan hal ini dengan baik: “Menurut saya, ada dua tipe penulis, arsitek dan tukang kebun. Arsitek merencanakan segalanya jauh-jauh hari, seperti seorang arsitek yang membangun rumah. Mereka tahu berapa banyak ruangan yang akan ada di dalam rumah, jenis atap apa yang akan dibangun, di mana kabel-kabel akan dipasang, dan jenis pipa yang digunakan. Mereka telah merancang dan mencetak semuanya bahkan sebelum mereka memasang batu pertama. Para tukang kebun menggali lubang, memasukkan benih, dan menyiraminya. Mereka tahu benih apa itu, apakah benih fantasi atau misteri. Namun saat tanaman tumbuh, mereka tidak tahu berapa banyak cabang yang akan dimilikinya. Mereka mengetahuinya seiring pertumbuhannya. Dan saya lebih merupakan seorang tukang kebun daripada seorang arsitek."

Pada dasarnya, kerangka tetap diperlukan untuk memberikan struktur cerita, namun dalam penerapannya bisa fleksibel. Masing-masing penulis punya kebiasaan masing-masing. Tanya pada dirimu sendiri; apakah kerangka cerita menggangu kelancaran menulis atau sebaliknya jika tidak ada kerangka kamu bingung karena tidak ada pedoman?
 
Masing-masing penulis punya kecenderungan, jika kamu tipe spontan, menulislah dulu tanpa berpikir tentang kerangka cerita atau struktur. Kemungkinan hasilnya akan berantakan. Tapi jangan khawatir, karena itu bisa dirapikan dengan struktur. Masukan ceritamu dalam kerangka cerita kemudian tambal lubang-lubang yang kurang.

Kamu juga bisa membaca tentang menulis dan mengedit lewat tulisan ini.

----------------------------

Proses kreatif seperti apa untuk membuat cerita panjang?
Rezki Andayan - STIBA-IEC
 
Halo Rezki, salam kenal!

Asumsi saya dari pertanyaan kamu adalah bahwa kamu sudah punya cerita pendek dan ingin mengembangkannya menjadi lebih panjang, mungkin dari cerpen atau novelette menjadi novel.

Ada beberapa hal yang bisa saya sarankan dan bisa dimulai dengan mengembangkan kerangka cerita. Kerangka cerita dapat membantumu melihat berbagai kemungkinan pengembangan cerita. Ajukan pertanyaan seperti, “Bagaimana jika karakter melakukan ini?” atau “Bagaimana kalau terjadi begitu?”

Dengan kerangka, kamu juga bisa menambahkan konflik. Perkenalkan lebih banyak konflik untuk karakter utama. Jika cerita hanya memiliki satu halangan, tambahkan lebih banyak. Perluas titik-titik penting seperti pencapaian dan kejatuhan karakter. Tambahkan latar belakang para karakter. Pikirkan tentang motivasi, tujuan, dan bagaimana mereka akan berkembang sepanjang cerita.

Kamu juga bisa menambahkan elemen faktual seperti sejarah, sosial atau fakta ilmu pengetahuan. Dan yang terakhir namun tidak kalah penting, lihat dan baca kembali buku atau film yang kamu sukai. Pelajari alur dan konflik yang ada di sana, lalu tiru dan adaptasi sesuai dengan ceritamu.

Untuk lebih detail tentang cara membuat kerangka cerita yang menarik, kamu bisa menyimak contoh dan panduan di sini.

Baca tulisan lain dengan tema menulis di sini Di Bawah Bendera Sarung: Menulis

Hal-Hal yang Perlu Disiapkan Sebelum dan Ketika Menulis Fiksi

Berikut di bawah ini adalah beberapa pertanyaan dari peserta Webinar Langkah Mudah Menulis Fiksi yang diselenggarakan oleh STIBA-IEC JAKARTA pada 08 Juli 2024:

-------------------
Bagaimana dan harus mulai dari mana jika kita ingin memulai menulis? Karena saya merasa sedikit kesulitan saat ingin mencoba menulis padahal sudah memiliki alur cerita sendiri dikepala

Riyu Khaulah Effendi - STIBA IEC JAKARTA
--------------------
Bagaimana cara menulis cerita atau naskah film yang bagus?

Gabriel Arya Praba - STIBA IEC Jakarta
---------------------
Bagaimana memulai menulis dgn baik?

Diniawati Aliah - STTD Bekasi
----------------------
Bagaimana langkah menulis fiksi yg benar?

Esther Puspita Happy - STIBA IEC JAKARTA
----------------------
Bagaimana menulis buku fiksi yang baik dan benar?

Mohammad Ilham Rezeki - PT. Lestari
---------------------
Yang menjadi dasar pembuatan cerita fiksi itu apa?

Simbarwati - STIBA-IEC JAKARTA
---------------------
Apa yang penulis harus siapkan sebelum menulis buku fiksi?

Khorihah - STIBA-IEC Jakarta
---------------------
Cara menulis praktis?

Sekar Ayu - STIBA IEC
-----------------------

Halo, Kawan-kawan. Salam kenal! Karena pertanyaan-pertanyaan di atas relatif sama, maka saya akan menjawab secara gabungan.

Pada dasarnya, tidak ada rumus yang baik dan benar tentang bagaimana memulai menulis. Banyak penulis memberikan panduan praktis yang dapat dikuti untuk mulai menulis. Saya pribadi merumuskan 5 langkah sederhana untuk bisa dijadikan panduan untuk memulai menulis fiksi. Lima langkah tersebut adalah:
  1. Buat premis cerita
  2. Tentukan pembaca
  3. Buat kerangka cerita
  4. Lakukan editing saat buku sudah selesai
  5. Tetapkan target

Penjelasan lengkap tentang lima langkah tersebut ada dalam video ini. Selain itu, ada dua poin tambahan yang saya tulis di sini:
Saja juga menulis tentang mengapa kita perlu menulis fiksi.
 
Saya bisa menjamin, dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, kawan-kawan bisa menulis dengan lebih terarah dan efektif.

Disiplin; Kunci Utama Keberhasilan Menulis Buku

Segala sesuatu kecuali Tuhan memiliki batas, termasuk menulis. Menentukan awal dan akhir dalam menulis adalah hal yang wajar dan diperlukan. Tanpa batas, segala kegiatan akan kacau, karena tidak mungkin kita makan selama tiga jam atau mandi selama dua hari.

Beberapa kawan pernah meminta saya menulis cerita hidup mereka atau dari premis yang mereka miliki. Saya katakan, yang paling berat dari menulis adalah disiplin untuk duduk, meluangkan waktu, dan setia pada target. Sementara inspirasi, ide cerita, premis, serta pengetahuan tidak serta merta menjadikan seseorang menyelesaikan tulisan, apalagi menulis dengan baik.

Ada yang bilang menulis itu mudah, dan saya setuju. Tantangan sesungguhnya ada pada mengedit dan menjaga disiplin. Menulis mungkin mudah, tetapi menyelesaikan tulisan hingga menjadi sebuah buku memerlukan kedisiplinan. Banyak penulis pemula berhenti di tengah jalan karena kurangnya strategi dan tekad yang kuat.

Menulis membutuhkan strategi dan rencana. Buat kerangka karangan dengan rinci, tetapkan target harian, mingguan dan bulanan, dan mulai menulis berdasarkan rencana tersebut. Komitmen pada niat dan pilih waktu yang sesuai. Katakan pada diri sendiri, “Saya akan menulis 1000 kata per hari sebelum tidur.” Berikan konsekuensi pada diri sendiri jika tidak mencapai target, serta hadiah jika berhasil mencapainya.

Percayalah! Dengan disiplin, inspirasi akan datang dengan sendirinya. Jangan buang waktu menunggu inspirasi, mulailah menulis setiap hari, dan inspirasi akan menemukanmu. Seperti yang diungkapkan oleh para penulis hebat, kamu tidak duduk menunggu dewi inspirasi menyelesaikan tulisanmu, tetapi kamu tetap menulis setiap hari sehingga ketika inspirasi datang, kamu siap menangkapnya. Menulis dan disiplin setiap hari membuatmu seperti magnet yang menarik semua ide dan inspirasi.

Jika pikiranmu buntu, tingkatkan pengetahuan tentang teknik menulis. Motivasi diri dan cari inspirasi dengan membaca, menonton, bertanya, dan meneliti. Dewi Lestari pernah bilang, “Ketabahan kita mendobrak writer’s block bisa jadi penentu apakah kita akan berhasil menjadi penulis atau sekadar orang yang berangan-angan menjadi penulis. You decide!”

Catatan: tulisan ini dibuat untuk melengkapi materi yang sebelumnya disampaikan di

Jumat, 12 Juli 2024

Menulis dan Mengedit: Dilarang Makan sambil Buang Kotoran

Jangan menulis sekaligus mengedit. Menulis dan mengedit adalah dua kegiatan yang tidak boleh disatukan. Saya mengibaratkan menulis seperti makan, sementara mengedit seperti buang kotoran. Sebagai orang waras, kita tentu tidak pernah melakukan keduanya secara bersamaan.

Ketika menulis, saran saya adalah menulislah dengan buruk dan cepat. Saya sdang tidak sinis ketika menyatakan itu. Saya sendiri sering kali menulis draft pertama dengan banyak kekurangan. Logika yang melompat-lompat, dialog yang tidak punya konteks dan miskin deskripsi, tanda baca yang diabaikan, dan paragraf yang tidak koheren bahkan saya menulis adegan apapun yang sedang saya pikirkan walaupun mungkin itu adalah adegan di tengah atau akhir cerita. Orang yang tidak pernah menulis buruk bisa jadi ia bukanlah penulis. Dan orang yang tidak pernah melakukan kesalahan biasanya tidak menghasilkan apa-apa.

Menulislah cepat, secepat kita berbicara. Untuk apa berlama-lama menulis draft pertama? Jangan buang waktu menulis terlalu lama karena mungkin kamu harus menulis ulang atau bahkan membuang sebagian besar dari tulisan tersebut. Buatlah kesempatan menulis menjadi kesempatan untuk menuangkan segala ide yang ada di kepala, tanpa disibukkan dengan hal teknis. Keluarkan segala kreativitas dan jangan dulu berpikir tentang aturan.

Menulis membutuhkan aliran ide yang bebas dan kreatif, sedangkan mengedit memerlukan pemikiran kritis dan analitis. Menggabungkan kedua aktivitas ini secara bersamaan bisa menghambat proses kreatif menulis karena perhatian terpecah antara menghasilkan konten dan memperbaikinya. Dengan memisahkan tahap menulis dan mengedit, penulis dapat lebih fokus dan efektif dalam kedua tugas tersebut.

Setelah menulis dengan buruk dan cepat, lakukanlah editing dengan baik. Editing sebaiknya dilakukan setelah bukumu selesai ditulis. Karena menurut saya cerita yang baik adalah cerita yang selesai. Seelsaikan tulisan sesuai target, baru kemudian lakukan editing.

Setelah selesai menulis, kita sering kali terlalu dekat dengan karya kita untuk memiliki objektivitas. Langkah yang perlu dilakukan adalah mengendapkan tulisan tersebut, memberi waktu untuk diri kita menjadi lebih objektif dan tidak emosional, kemudian membaca kembali buku dari awal hingga akhir. Dengan cara ini, kita bisa mendapatkan perspektif baru, melihat lubang-lubang yang perlu diisi, bab yang perlu ditulis ulang, dan bagian yang harus dibuang sepenuhnya.

Ketika mengedit, di sinilah penulis mulai menerapkan pemikiran yang kritis. Ia harus memastikan bahwa alur cerita, karakter, dan detail lainnya konsisten dan koheren sepanjang tulisan. Memeriksa tata bahasa, ejaan, dan tanda baca, serta memastikan gaya penulisan sesuai dengan tujuan dan pembaca yang disasar. Menghapus kata-kata atau kalimat yang tidak perlu dan memastikan ide-ide disampaikan dengan jelas. Mengevaluasi struktur keseluruhan tulisan untuk memastikan logika dan kelancaran alur.

Menulislah dengan buruk dan cepat, kemudian lakukan editing dengan baik dan penuh kesungguhan, agar tulisanmu mencapai potensi terbaiknya.

Catatan: tulisan ini dibuat untuk melengkapi materi yang sebelumnya disampaikan di

Kamis, 11 Juli 2024

Mengapa Kita Perlu Menulis Fiksi?

Saya punya sebuah hipotesis yang menarik: seluruh sendi kehidupan manusia digerakkan oleh cerita.

Mari kita uji hipotesis ini.

Sejak kecil, kita sudah menyukai cerita. Kita pasti pernah melihat anak-anak yang anteng mendengarkan dongeng, membaca komik, atau menonton kartun di YouTube. Dari sini, terlihat bahwa cerita memiliki daya tarik yang kuat sejak usia dini.

Ketika kita tumbuh menjadi remaja dan dewasa, minat kita terhadap cerita tidak berkurang. Kita masih suka bercerita atau mendengarkan cerita, baik kepada teman, orang tua, pasangan, maupun anak. Sebagian besar percakapan kita terdiri dari cerita: cerita tentang kegiatan sehari-hari, pengalaman menyenangkan, menyedihkan, dikhianati, atau dilukai. Jadi, cerita tetap menjadi elemen penting dalam interaksi sosial kita.

Selain itu, sebagian besar hidup kita didominasi oleh cerita. Kita bisa menghabiskan berjam-jam memandangi ponsel untuk menonton film, serial, drama Korea, Netflix, atau YouTube. Ini menunjukkan betapa besar peran cerita dalam mengisi waktu dan memberikan hiburan untuk manusia.

Apa lagi yang menjadi penggerak utama kehidupan? Keyakinan atau Agama?

Mari kita buka kitab suci. Sebagian besar isinya adalah cerita. Baik Al-Quran, Alkitab, Weda, Mahabharata, maupun Tripitaka, semuanya mengandung kisah atau cerita yang mendominasi isi kandungannya. Dalam hal ini, cerita menjadi medium penting untuk menyampaikan nilai-nilai dan ajaran.

Fiksi sebagaimana kita tahu adalah cerita rekaan yang berasal dari imajinasi, bukan berdasarkan fakta ilmiah atau fakta sejarah yang ketat. Tapi mengapa cerita bisa sangat kuat pengaruhnya dalam kehidupan manusia?

Dalam konteks sastra, cerita fiksi adalah prosa naratif yang imajinatif namun masuk akal dan mengandung kebenaran. Jadi fiksi (fiction) dalam pembahasan ini, bukanlah lawan dari fakta (fact) atau kebenaran (truth). Karena dalam fiksi, kebenaran itu bersifat logis, berdasarkan sebab akibat, atau mengandung hikmah.

Saya teringat pada Tyrion Lannister dalam serial Game of Thrones. Dalam episode terakhir, setelah perang besar yang menelan banyak korban, dia bertanya secara retoris kepada semua perwakilan klan yang tersisa, “Apa yang dapat menyatukan manusia? Pasukan? Emas? Bendera?”

Tyrion menjawab pertanyaannya sendiri, “Stories. There's nothing in the world more powerful than a good story. Nothing can stop it.”

“Cerita. Di dunia ini tidak ada yang lebih kuat dari cerita yang bagus. Tidak ada yang bisa menghentikannya.”

Melihat betapa kuatnya pengaruh cerita, tidak heran jika pemerintah sejak zaman kerajaan, kolonialisme, hingga zaman sekarang menggunakan cerita untuk mempengaruhi masyarakat. Dahulu, dongeng seperti Roro Kidul, Roro Jonggrang, dan Malin Kundang diciptakan secara sadar agar masyarakat bertindak sesuai harapan. Bahkan cerita-cerita tersebut melintasi zaman dan abad yang panjang sehingga sampai hari ini, ia masih berpengaruh untuk menggerakan manusia.

Bahkan cerita dapat menumbuhkan kecerdasan dan kreativitas, terutama untuk anak-anak. Cerita dapat meningkatkan kemampuan berimajinasi dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh informasi faktual saja. Sementara tanda kecerdasan sejati bukanlah pengetahuan, tapi imajinasi. Einstein pernah bilang, "Jika anda mau anak-anak anda cerdas, bacakan kepada mereka dongeng. Jika anda mau anak-anak anda lebih cerdas, bacakan mereka lebih banyak dongeng."

Kembali ke pertanyaan dalam judul tulisan ini: mengapa kita perlu menulis fiksi?

Karena seluruh sendi kehidupan manusia digerakkan oleh cerita.





Baca tulisan lain dengan tema menulis di sini Di Bawah Bendera Sarung: Menulis

Kamis, 02 Mei 2024

Recharge

Kami datang ke rumah Kiyai membawa macam-macam keluhan permasalahan hidup. Anak sakit, bisnis bangkrut, atasan zalim, kendaraan rusak, kebutuhan melambung, uang menipis, hati tidak tenang.

Guru yang mengerti keluhan kami memberikan doa yang konon pernah dibaca oleh nabi Adam:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ سِرِي وَعَلَانِيَّتِي فَاقْبَلْ مَعْذِرَتِي

Ya Allah, sungguh Engkau tahu apa yang tersembunyi dan tampak dariku, karena itu terimalah penyesalanku.

وَتَعْلَمُ حَاجَتِي فَأَعْطِنِي سُؤَلِي

Engkau tahu kebutuhanku, maka kabulkanlah permintaanku.

وَتَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي

Engkau tahu apa yang ada dalam diriku, maka ampunilah dosaku.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا يُبَاشِرُ قَلْبِي

Ya Allah sungguh aku memohon kepada-Mu iman yang menyentuh kalbuku

ويَقِيْنَا صَادِقًا حَتَّى أَعْلَمَ أَنَّهُ لَا يُصِيبُنِي إِلَّا مَا كَتَبْتَ لِي

dan keyakinan yang benar sehingga aku tahu bahwa tidak akan menimpaku kecuali telah Engkau tetapkan atasku.

وَ رَضِنِي بِمَا قَسَمْتَ لِي

Ya Allah berikanlah rasa rela terhadap apa yang Engkau berikan untuk diriku.


Kami tertegun dengan doa yang dijazahkan dari guru kami itu, yang beliau dapatkan ketika membaca Kitab Ihya di hadapan Maha Guru kami. Sebuah doa tentang pentingnya keridhaan terhadap apa yang telah diberikan Tuhan, kerelaan kepada apa yang telah ditetapkan Allah, dan menyerahkan segala urusan hanya kepada-Nya karena usaha manusia bagaimanapun kerasnya tidak akan luput dari pengetahuan Allah. Ia Maha Mengetahui apa yang kita butuhkan. Maka pasrahlah.

Kami datang ke rumah guru kami membawa macam-macam keluhan permasalahan hidup, dan pulang membawa energi kehidupan yang kembali terisi.




Sumber doa: Muḥammad al-Ghazālī, Iḥyāʾ ʿulūm al-Dīn, Jilid 2. Jeddah: Dar al-Minhaj, 2011, h. 417.


Sabtu, 27 April 2024

kau adalah kopi, aku hitampahitmu

dalam namamu ada kopi
dalam matamu ada senja
dalam sarungmu ada celana
dalam wajahmu ada Jogja

kopi terbaik itu kini jadi ampas
menyisakan pahit yang
tak hilang ditelan malam

meninggalkan negara yang lugu
meninggalkan bahasa indonesia
yang riang dan lucu

cangkir-cangkir liat terbakar,
"Sampai tanah jadi abu,
aku masih mau racun rindu,"

"Tidak usah cengeng!
Hari ini abadi,
dan kedai kopi 
buka sampai pagi!"



2024

Minggu, 21 April 2024

Sinar yang Jatuh di atas Sebuah Rumah

Sudah dua kali Mualim Sarim datang ke rumah itu. Kali ini ia berharap bisa bertemu seseorang yang mungkin bisa menjadi petunjuk dari mimpinya. Namun sayang, kali itu lagi-lagi ia tidak bertemu orang yang ia inginkan.

Haji Sadeli, kakek yang tinggal di rumah itu tahu bahwa Mualim sedang mencari cucunya yang saat ini sedang menuntut ilmu di pesantren.

Ketika liburan sekolah tiba, sang cucu pulang ke rumah. Sang kakek menyarankan cucunya untuk mengunjungi Mualim, "Kakek merasa tidak enak, sudah dua kali orang tua itu ke rumah untuk mencarimu,"

Sang cucu pergi ke rumah Mualim, dan menunggu giliran karena tamu yang datang seperti tidak ada hentinya. Setelah tiba giliran, Mualim bertanya, "Ente siapa?"

"Saya Fakhrudin, Guru."

Wajar Mualim bertanya, karena mereka memang belum pernah bertemu sebelumnya. Melihat Mualim tidak bereaksi dan seperti bingung, Fakhrudin melanjutkan, "Saya Fakhrudin dari Kampung Srengseng, cucunya Haji Sadeli,"

"Ooh, Masya Allah, ente Fakhrudin! Sini sini!" Air muka Mualim berubah senang, ia mengajak anak muda itu naik untuk duduk di bale tempat ia duduk. Tidak lama kemudian Mualim memberikan sebuah kitab Mantiq (Ilmu Logika) karya Syeikh Muhammad Muhajirin, "Coba ente baca dan terjemahin!"

Fakhrudin menuruti permintaan Mualim, ia membaca kitab arab gundul itu dengan mantap dan lancar, sambil tidak henti Mualim mengucap syukur kepada Allah, Alhamdulilah, Alhamdulilah.

Fakhrudin pulang ke rumah dengan perasaan heran, mengapa sang pemuka agama, tokoh masyarakat terkemuka yang sering dikunjungi banyak orang itu malah ingin bertemu dengannya. Ia bertanya kepada Kakek yang kemudian bercerita, "Mualim pernah mengalami pengelihatan bahwa ada cahaya terang yang bersumber dari tempat Kiyai Muhajirin yang turun ke rumah kita. Ia bertanya dan kakek menjelaskan kalau memang kamu sedang menuntut ilmu di pesantren Kiyai Jirin."

Subhanallah, ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah diberikan kepada orang yang Ia kehendaki. Belasan tahun kemudian, anak muda itu mendirikan pesantren yang saat ini berkembang makin pesat. Ia adalah salah satu guru terbaik yang pernah saya kenal. Saya bersyukur mengenalnya sampai sekarang. Semoga Allah memanjangkan umur beliau dan kami para muridnya mendapat kemanfaatan yang banyak. Mattaanallahu fi tuli hayatihi.

Senin, 11 Maret 2024

Di Mana Ramadhan Tinggal?

Di mana Ramadhan tinggal
ketika hari-hari sudah tanggal?
Apakah ia punya rumah
yang bisa kita kunjungi?
Dan apakah ia punya keluarga?

Apakah ia tidur memakai piyama
dengan lampu dimatikan?
Apakah ia punya handphone
yang selalu ia gunakan untuk ibadah?

Apakah ia punya kekasih yang ia rindukan
sama seperti kamu yang saat ini sedang
merindukanku?

Apakah ia bisa marah?
Apakah ia bisa sedih?
Apakah ia bisa bahagia?

Dan apakah ia pernah nakal?
Apakah ia pernah tidak salat?
Apakah ia pernah berbohong?
Apakah ia pernah melakukan ibadah
bukan karena ikhlas kepada Tuhan?

Apakah ia pernah iri dengki?
Apakah ia pernah takabur?
Apakah ia pernah merasa saleh?
Apakah ia pernah membicarakan
keburukan orang lain?

Hari ini aku mengikutinya pulang
untuk mencari tahu di mana rumahnya.
Aku ragu mengetuk pintu,
takut ia tidak mengenali
karena aku tidak sama seperti
terakhir kali bertemu dengannya.

2024

Sabtu, 09 Maret 2024

Sekolah yang Ujian Setiap Hari

Ayo-ayo ke sekolah setiap hari,
Duduk di kursi mendengarkan guru,
Aku dan kamu berbaris di Senin pagi,
Upacara bendera di bawah langit biru.

Ibu guru dengan bakat berteriak,
"Sudahkah kamu
menyiapkan ujian hari ini?"
Anak-anak menjawab kocak, 
"Hari minggu bisakah kita libur bernapas?"

Kita akan libur besok saat
melihat dunia adalah selembar peta, 
dan puisi menjadi hari kemarin 
yang tidak bisa kau jangkau jauhnya.

Ujian hari ini sederhana,
ibu guru meninggalkan
buah apel di atas meja.

Seorang anak terjatuh
tersandung kursi menangis
dan berdarah.

Di akhir hari sekolah,
kamu senang akhirnya bisa pulang.
Menyusuri jalan sambil melompat-lompat 
dengan tas di pundak.

Tidak lupa bermain sebentar
di taman belakang sekolah memetik
jambu air yang lebih banyak rontok buahnya.

Guru-guru juga pulang
bahkan saat hari masih hujan.
Mereka juga manusia yang
punya rumah dan pakaian kotor.

Anak-anak yang belum
pulang sekolah menangis.
Setelah itu hening,
pada sore yang gerimis
di bulan Juni yang juga hening.


2024

Selasa, 13 Februari 2024

Anak-anak Matahari

Parasmu kemerahan memantulkan langit sore saat kaki-kaki kecil mentari redup di ujung ufuk. Lensa menangkap angkasa tempat dua pasang mata tidak pernah bersetuju akan makna yang sama.

Sepasang mata melihat jalanan serta trotoar kota yang jauh dari tempat kelahiran dimana ibu adalah abu kenangan. Sementara yang lain melihat malam perlahan-lahan menghapus separuh penyesalan masa lalu dalam album ingatan.

Di hadapan wajah langit kita hanya anak-anak matahari; debu yang diajari mengeja luka dan puisi.

Kota dan angkasa tidak peduli dengan perasaan siapa-siapa. Ia hanya menampilkan realitas yang keras kepala, juga cinta yang dapat kau nikmati tapi mustahil kau miliki.

Jingga serupa warna angan dan sepi merona di sepasang matamu; semesta yang tidak bisa ku jangkau luasnya.

Aku tidak bisa lagi membedakan mana angan dan sakit, duka dan rindu, atau mereka memang lahir dari rahim yang sama?

Akhirnya matahari beranjak pulang meninggalkan bayang memanjang dan harapan adalah satu-satunya penghibur di ujung hari esok.

Sehabis itu gelap.
Sehabis itu dingin.



Minggu, 28 Januari 2024

Tanah Suci, Wanita Suci dan Usia yang Tepat untuk Menjadi Nabi

Nath akan berusia 40 tahun itu, dan satu-satunya yang ia khawatirkan adalah ia tertarik meniru orang-orang untuk ikut kontestasi menjadi nabi.

Ia tinggal di Depok, Lia Eden berasal dari sana, begitu juga Ahmad Musadeq. Saya tertawa ketika ia mengatakan fakta itu. Andai saja ia punya orang dalam MK, tentu ia tidak perlu menunggu usia 40.

Kami sudah lama tidak bertemu, namun ia masih hangat menyambut ketika saya datang seakan-akan kita adalah kawan yang sering bertemu. Percakapan dengannya mudah. Ia masih seperti dulu ketika saya pertama kali mengenalnya; supel, berbadan tinggi tegap, dan berkulit gelap. Memang terdengar seperti deskripsi tiang listrik.

Hari itu ia meminta saya mengisi workshop tentang kepenulisan di sekolah tempatnya bekerja. Ia tidak mengatakan bahwa ia adalah kepala sekolah di SMP itu, sampai saya selesai memberi materi.

"Pantesan tadi gua bawain materi joke tentang lu gak ada yang ketawa." Kata saya setelah turun panggung, "Bukanya gak lucu berarti, emang mereka sungkan aja."

Saat ini hampir setiap bulan ia ke luar negeri, membawa jamaah Umroh. Ya, selain kepala sekolah, ia juga adalah salah satu "Mutowwif" pada travel agency yang sering wara-wiri ke Tanah Suci.

Muslim Indonesia adalah salah satu yang paling banyak pergi ke Arab Saudi, baik ketika Haji apalagi Umroh. Sehingga tidak heran di sana banyak pedagang arab menawarkan dagangan mereka menggunakan Bahasa Indonesia, bahkan menerima "Uang Jokowi". Maksudnya mata uang Rupiah, bukan Bansos. 

Nath pernah misuh ketika pertama kali menawar dagangan menggunakan Bahasa Arab fasih tapi dijawab oleh si pedagang Arab dengan Bahasa Tanahabang, "Tau gitu ngapain gua latihan Muhadatsah! Mending part time jadi penjaga toko Blok M!"

Beberapa bulan yang lalu, Wi —salah satu kawan yang kebetulan juga kepala sekolah, juga melaksanakan Umroh. Ia Wanita Suci. Bukan seperti Sayyidah Maryam yang melahirkan Nabi Isa dengan tanpa ayah. Bukan. Tapi karena ia tidak bisa lagi menstruasi, atau hamil, atau sarapan nasi uduk di bulan Ramadhan, karena ia sudah tidak punya rahim.

Sebelum operasi pengangkatan rahim, ia pergi Umroh. Mungkin untuk meminta petunjuk, atau ketenangan, atau semacam pertaubatan kalau-kalau ia mati di meja operasi sementara ia masih suka memaki ketua yayasan.

Saya selalu senang mendengar pengalaman kawan-kawan ketika mereka berkunjung ke Masjid al-Haram.

"Aku baru sadar," Wi menjelaskan, "ternyata di sana karakter, kebiasaan, kesukaan kita benar-benar diperlihatkan."

Kemudian ia bercerita tentang pengalamannya dengan berapi-api, seperti biasanya. Tentang bagaimana orang-orang yang tinggi besar tidak mau mengalah sehingga ia tidak bisa mendekati Ka'bah, bagaimana kesabarannya diuji dengan seorang wanita gemuk yang tiba-tiba duduk menghalangi tempatnya sujud. Karena tidak bisa diajak bicara dengan baik, Wi membentak, "MA'AM, PLEASE MOVE! MOVE!! OR I'LL CUT YOU IN A HALF!!!"

Bercanda. Kalimat terakhir hanya dramatisasi, walaupun kalau saat itu Wi membawa Katana, mungkin bisa kejadian.

"Aku kan di sini suka foto-foto, ya." Wi meneruskan cerita, "di sana gak tau kenapa, sering banget aku diminta untuk fotoin orang yang gak aku kenal. Padahal waktu minta foto, ada orang yang jaraknya lebih deket dengan dia loh. Ngapain dia harus bela-belain berjalan memutar hanya untuk minta aku fotoin? Bener-bener gak bisa dinalar."

Di hari berikutnya, ia datang agak terlambat untuk salat subuh di Masjid Nabawi. Ia terjebak di tengah kerumunan orang yang sudah bersiap untuk salat. Semuanya sudah berdiri di shaf masing-masing kecuali dia. Ia tidak menemukan shaf kosong, sementara terlalu jauh jika ia mundur ke shaf paling belakang. Ia bersandar di pojok salah satu tiang masjid dan tidak berani meminta melonggarkan barisan kepada orang-orang di dekatnya agar dia bisa masuk. Tentu ada alasan kenapa dia enggan, karena beberapa hari sebelumnya, ia pernah sengaja tidak melonggarkan shaf untuk orang yang tidak mendapat shaf. Sekarang kejadiannya berbalik. Qisas instan.

Saya tersenyum mendengar cerita Wi. Sejak pertama kali saya mengenalnya, ia tetaplah Alfa Female yang tidak mau kalah dan perfeksionis, jadi ketika ia bilang di Kota Suci karakter seseorang akan sangat ditampakkan, saya sudah bisa membayangkan ia bertengkar dengan orang-orang Afrika yang besar dan bau terasi. Untungnya itu tidak terjadi, yang terjadi adalah ia bertengkar dengan tukang perhiasan di pasar Suwaiqah karena menawar emas terlalu rendah.

Nath belum pernah bercerita tentang pengalaman spiritual apapun ke saya sepanjang perjalanan berkali-kali ke Tanah Haram. Mungkin saja ia pernah bertemu malaikat di dekat Gua Hira, atau bertemu Nabi Khidir di parit bekas Perang Khandaq atau dicium bapak-bapak berjenggot karena dikira Hajar Aswad.

Wi punya pengalaman yang lebih ajaib. Jam tangan kesukaannya diminta oleh seseorang yang tidak ia kenal. Awalnya ia sempat ragu, namun akhirnya ia ikhlas memberikan. Mungkin Allah punya rencana, batinnya. Ketika ia menceritakan kejadian itu, seorang ibu tua yang satu grup dengannya berkata enteng, "Akan ada gantinya nanti, Wi. Jangankan jam, mobil juga bisa kamu beli."

Tidak beberapa lama setelah Wi pulang Umroh, ia membeli mobil.

Super sekali, Pak Mario.

Nath, Wi dan banyak kawan-kawan saya yang lain punya beragam alasan dan keinginan untuk pergi ke Tanah Suci; ada yang karena kewajiban, pekerjaan, penasaran, kebutuhan, meminta ampunan, memohon rizki, keselamatan, kesembuhan, ketenangan hati, petunjuk dan lain-lain. Harapan-harapan itu ada yang Allah kabulkan langsung, ada yang ditunda, ada yang diganti dengan yang lebih baik.

Alhamdulilah, 8 jam Histerektomi Wi oleh dua dokter spesialis berjalan lancar, walaupun di tengah operasi sempat terjadi kondisi menegangkan. Sementara Nath sampai saat ini masih mencari dukungan ormas besar untuk memenuhi 20 persen ambang batas Nabiyatul Threshold.

Semoga Allah yang Maha Mengatur mengundang dan memanggil kita untuk berkunjung ke Baitullah. Bukan hanya untuk yang belum pernah, namun juga untuk yang sudah pernah, karena selalu ada kerinduan untuk kembali berziarah ke makam Rasulullah yang mulia.


Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wasahbihi ajmain.