Ya Tuhan, aku berdoa di sini bukan karena tidak mau berdoa di tempat lain, tapi karena ada seorang kawan yang bilang kalau Engkau punya account di sini. Katanya juga, Engkau berada di mana saja.
Ya Tuhan, sesungguhnya aku tidak yakin apakah doa ini diterima atau tidak. Karena seorang ustadz pernah bilang waktu umurku sebelas tahun, bahwa berdoa itu harus ikhlas agar dikabulkan. Dan aku merasa tidak ikhlas berdoa di sini.
Ya Tuhan, ketika aku mulai menulis ini aku sudah berfikir tentang pembaca. Akhirnya aku menulis agar ada yang membaca tulisan ini. Oh, maksudku ada yang membaca doa ini. Apakah jika aku menulis doa kepadamu agar orang lain tahu kalau aku sedang berdoa padamu itu berarti tidak ikhlas ya, Tuhan?
Ah, aku tidak bisa ikhlas jika begitu ya, Tuhan. Aku belum bisa menghilangkan keinginan agar tulisanku dibaca. Terbebas dari sifat riya. Walaupun terkadang aku menyemangati diri sendiri bahwa aku tidak membutuhkan pembaca. Tapi seringkali perasaan ingin dibaca itu muncul dengan sendirinya dan terkadang sangat kuat.
Ya Tuhan, jika memang doa ini tidak dikabulkan karena ketidaktulusan, maka aku hanya mampu pasrah. Aku cukup puas bisa sekedar memasukan namaku di inbox email-Mu. Itu sudah cukup. Aku tahu Engkau membaca setiap doa yang dikirimkan. Engkau juga maha tahu setiap doa yang terucap, tak terucap apalagi tertulis.
Ya ampun, jadi melantur seperti ini. Oke, biar aku tuliskan doaku ya, Tuhan.
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Tuhanku
kabulkanlah doaku
walau tercetak miring
Amin.
nb: Doa di atas adalah puisi berjudl 'Doa' karya Chairil Anwar, kecuali stanza akhir yang saya tambahkan