Minggu, 30 Oktober 2011

Makian Saya untuk Indosat-M3

Beberapa Minggu terakhir ini banyak orang ribut tentang pulsa yang dicuri. Awalnya, saya pikir pencurian pulsa macam itu hanya terjadi pada mereka yang punya pulsa ratusan ribu. Jadi awalnya saya menganggap hal semacam itu nggak akan terjadi ke saya, karena saya paling banyak punya pulsa sekitar 10 atau 20 ribu. Sehingga, saya merasa sangat kesal ketika dengan pulsa yang sedikit itupun, operator itu tiba-tiba mengambilnya. Ini sangat menjengkelkan!

Ini bukan kekesalan karena SMS ‘mama minta pulsa’ yang jika dijawab akan menyedot pulsa yang bersangkutan. Bukan, bukan itu! Karena sejak pertama kali SMS itu muncul, saya nggak pernah merasa tertarik untuk membalas SMS model gituan. Butuh hal yang lebih provokatif lagi untuk bisa membuat saya menjawab SMS dari nomer yang nggak saya kenal. Ini tentang kekesalan karena saya nggak pernah tertipu SMS, juga nggak pernah ikutan program-program yang diberikan oleh operator, nggak juga punya pulsa yang jutaan, tapi kenapa beberapa minggu terakhir ini pulsa saya terpotong dengan sendirinya?

Saya pelanggan M3-Indosat, dan sekarang ini —seperti sebagian pelanggan yang lain, sedang sangat kecewa. Saya nggak mempermasalahkan jumlah pulsa yang mereka ambil, karena jujur saja seperti yang saya katakan di atas, saya bukan termasuk orang yang banyak menggunakan pulsa telepon dalam keseharian. Yang saya masalahkan di sini adalah cara mereka mengambil pulsa saya, uang saya, itu adalah termasuk tindak pidana pencurian yang jika di dunia nyata sudah pasti babak belur dihajar masa.

Saya menulis kekesalan saya di sini supaya lebih efektif dan nggak hanya sekedar caci maki sampah, berharap mudah-mudahan ada pihak Indosat yang membaca. Untuk memulai makian ini, terlebih dahulu saya akan berika beberapa fakta.

• Fakta pertama, pelanggan operator telekomunikasi di Indonesia secara umum mencapai hampir 200 juta. Maka jika rata-rata pelanggan memberikan 10 ribu rupiah seminggu, maka totalnya mencapai hampir 2 triliyun. Artinya, operator mendapatkan rata-rata 8 triliyun perbulannya.

• Fakta kedua, 90 persen lebih pelanggan adalah pelanggan pra bayar. Artinya, pelanggan membayar terlebih dahulu baru kemudian menerima fasilitas. Dengan kata lain juga, pelanggan menitipkan uang mereka yang telah berubah menjadi bentuk pulsa ke para operator.

• Fakta ketiga, Indonesia yang memiliki 240 juta penduduk mempunyai minimal 12 perusahaan telekomunikasi. Padahal, China yang penduduknya 1,3 miliar hanya memiliki tiga operator, sedangkan India dengan 1,1 miliar penduduk mempunyai tujuh operator seluler. Artinya, negara kita punya terlalu banyak operator telekomunikasi yang mengakibatkan persaingan nggak sehat. Bisa dilihat dari iklan yang saling memojokan satu sama lain. Nggak elegan sama sekali!

Masih banyak lagi fakta yang silahkan bisa ditemukan dari mesin pencari. Jujur saja, pencurian pulsa ini sungguh lebih rumit dari pencurian-pencurian model lain yang biasanya dilakukan oleh para kriminal kelas teri. Tukang ngamen contohnya, mungkin sebagian kita menganggap beberapa orang pengamen menjengkelkan dan termasuk para kriminal kelas teri ini. Kita menganggap begitu mungkin karena mereka sering mencaci jika tidak diberi uang. Tapi, semiskin atau sesusah apa pun hidup mereka, mereka nggak cukup gila untuk tiba-tiba merogoh dompet kita kemudian mengambil recehan sambil bilang, “Gue udah nyanyi dan elo semua udah nikmatin lagu gue, jadi gue ambil bayarannya!”

Seandainya ada yang nekad melakukan itu, seperti kebanyakan kriminal kelas teri lainnya, mereka akan mengalami pembengkakan di wajah secara sporadis karena bogem mentah masa. Tapi dengan pencuri pulsa yang bahkan tanpa melantunkan lagu sedikitpun ini, kita nggak bisa walau hanya menjotos hidung mereka sampai patah.

Tentang masalah ini sebenarnya Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring telah melakukan tindakan yang cepat. Yaitu dengan memanggil operator terkait kemudian diberikan peringatan. Bahkan dia mengatakan konsumen bisa mendapatkan kembali pulsa yang 'disedot' oleh operator nakal. Hal itu diatur dalam Peraturan Menkominfo No 1 tahun 2009 tentang Pelayanan Jasa Pesan Premium.

Yang kemudian menjadi masalah saya adalah saya tidak pernah mengikuti layanan Jasa Pesan Premium tapi pulsa saya habis begitu saja tanpa tahu rimbanya. Pertanyaan yang terus menggelantung di kepala saya adalah bisakah pulsa itu dikembalikan? Kalaupun bisa, bagaimana caranya?

Jika pulsamu tersedot, kemudian kamu mendatangi gerai operator telekomunikasi terdekat dan mengatakan, “Mbak, saya mau pulsa saya balik.”

“Berapa yang hilang memang?”

“Lima ribu.”

“Oke. Tunggu sebentar ya.”

Setelah menunggu beberapa lama si mbaknya ngomong, “Mana buktinya?”

Dan percakapan selanjutnya adalah caci maki kembali.

Dan ini makian saya kepada Indosat dan para operator maling lainnya, “Aturan mainnya gampang, Idiot! Kau kecewakan pelangganmu, maka mereka akan meneriakimu.”