
"Today you are You, that is truer than true. There is no one alive who is Youer than You."
— Dr. Seuss
-:(الراحمون يرحمهم الرحمن تبارك وتعالي/ ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء):-
MEMBACAMU
membacamu
kutemukan puluhan
bulan lonjong
tertawa
dan lumpur
membedaki
kakikaki
kuda luka
satu saja
teriakan matari
dan segala kata
mengejar merdeka!
18 Juli 2007
“’I am going to disappear,’ he [Bilbo] said. ‘I shall draw the spiders off, if I can; and you must keep together and make in the opposite direction. To the left there, that is more or less the way towards the place where we last saw the elf-fires.’” (The Hobbit, p.164)
“Across the bridge the elves thrust their prisoners, but Bilbo hesitated in the rear. He did not at all like the look of the cavern-mouth and he only made up his mind not to desert his friends just in time to scuttle over at the heels of the fast elves, before the great gates of the king closed behind them with a clang.” (The Hobbit, p.172)
“’I gave it them!’ squeaked Bilbo, who was peeping over the wall, by now, in a dreadful fright.
‘You! You!’ cried Thorin, turning upon him and grasping him with both hands. ‘You miserable hobbit! You undersized-burglar!’ he shouted at a loss for words, and he shook poor Bilbo like a rabbit.
‘By the beard of Durin! I wish I had Gandalf here! Curse him for his choice of you! May his beard wither! As for you I will throw you to the rocks!’ he cried and lifted Bilbo in his arms.” (The Hobbit, p. 276)
“’I should think so - in these parts! We are plain quiet folk and have no use for adventures. Nasty disturbing uncomfortable things! Make you late for dinner! I can’t think what anybody sees in them,’ said our Mr. Baggins.”(The Hobbit, p. 4)
“’Pardon me,’ he [Bilbo] said, ‘if I have overheard words that you were saying. I don’t pretend to understand what you are talking about, or your reference to burglars, but I think I am right in believing’ (this is what he called being on his dignity) ‘that you think I am no good. I will show you. I have no signs on my door-it was painted a week ago-, and I am quite sure you have come to the wrong house. As soon as I saw your funny faces on the door-step, I had my doubts. But treat it as the right one. Tell me what you want done, and I will try it, if I have to walk from here to the East of East and fight the wild Were-worms in the Last Desert…’“ (The Hobbit, p. 18-19)
“Bilbo knew it. He had read of a good many things he had never seen or done. He was very much alarmed, as well as disgusted… So he stood and hesitated in the shadows. Of the various burglarious proceedings he had heard of picking the trolls’ pockets seemed the least difficult…” (The Hobbit, p. 35-36)
“If I am lost in the woods and starved, and find what looks like a cow-path, it is of the utmost importance that I should think of a human habitation at the end of it, for if I do so and follow it, I save myself. The true thought is useful here because the house which is its object is useful.” (Pragmatism, p. 203)
“’Not fair! not fair!’ he [Gollum] hissed. ‘It isn’t fair, my precious, is it, to ask us what it’s got in its nassty little pocketses?’
Bilbo seeing what had happened and having nothing better to ask stuck to his question. ‘What have I got in my pocket?’ he said louder.” (The Hobbit, p. 79)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
• Jika kamu belum membayar lunas pesanan, maka paket tidak akan dikirim.
• Jika kamu memilih untuk membayar dengan transfer bank, silahkan menunggu konfirmasi dari kutukutubuku.com sebelum melakukan pembayaran. Mereka akan memastikan pesanan kamu lengkap dan siap kirim terlebih dahulu.
Sakit perut menjelang persalinan, memaksa Maryam bersandar ke pohon kurma. Ingin rasanya beliau mati, bahkan tidak pernah hidup sama sekali. Tetapi Malaikat Jibril datang menghibur: "Ada anak sungai di bawahmu, goyanghan pangkal pohon kurma ke arahmu, makan, minum dan senangkan hatimu. Kalau ada yang datang katakan: 'Aku bernazar tidak bicara.'" "Hai Maryam, engkau melakukan yang amat buruk. Ayahmu bukan penjahat, ibumu pun bukan penzina," demikian kecaman kaumnya, ketika melihat bayi digendongannya. Tetapi Maryam terdiam. Beliau hanya menunjuk bayinya. Dan ketika itu bercakaplah sang bayi menjelaskan jati dirinya sebagai hamba Allah yang diberi Al-Kitab, shalat, berzakat serta mengabdi kepada ibunya. Kemudian sang bayi berdoa: "Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan pada hari ketika aku dibangkitkan hidup kembali."(Terjemahan ringkas ini ditulis oleh Prof. DR. M. Quraish Shihab)
Dalam pengalaman Seto, peristiwa remeh itu adalah rasa cintanya pada gadis penjual tiket di gedung bioskop Cilandak. Sejak itu secara sungguh-sungguh ia melatih diri di depan cermin, beberapa kali sehari, untuk menyampaikan kalimat-kalimat. Namun, Seto merasa makin hari situasinya makin sulit. Setiap kali berada di depan loket (Seto memilih film-film yang tidak diminati penonton sehingga loket itu sepi antrian), ia merasa kalimat-kalimatnya selalu tidak tepat. Akhirnya ia menyimpulkan bahwa gadis itu bukan ditakdirkan untuknya.
Lalu, demi mempertegas takdir itu, ia memutuskan berpindah agama sehingga kini agama mereka berbeda. Dan, ajaib, keputusan ini justru membuatnya lebih santai dan lebih fasih ketika suatu malam ia berdiri di depan loket pada jam pertunjukan terakhir.
“Hai,” katanya.
“Selamat malam,” jawab gadis itu dalam nada resmi dan profesional. Lalu ia menunjukkan denah tempat duduk dan Seto memilih sembarang tempat duduk. Ketika para penonton lain sudah memasuki gedung pertunjukan, Seto kembali ke loket.
“Sebenarnya ada yang mau saya sampaikan,” katanya.
“Silakan,” kata gadis itu.
“Boleh saya berterus terang?”
“Silakan.”
“Anda cantik sekali. Sayang agama kita berbeda. Jika kita seiman, saya pasti sudah melamar anda dari dulu-dulu.”
Urusan beres malam itu. Si gadis tersenyum, tidak menerima, tidak menolak. Hanya tersenyum, resmi dan profesional.
Pada kesempatan-kesempatan berikutnya, Seto melakukan hal serupa dengan gadis lain yang menurut ia sama cantiknya dengan gadis penjual tiket itu. Tiga kali Seto berpindah agama karena perempuan: untuk membuktikan bahwa cintanya ditolak karena mereka berbeda agama, dan bukan oleh sebab-sebab lain. Kurang tampan, misalnya.
Jika kau ingin menirukan caranya, lakukanlah. Teknik Seto akan membuatmu terhindar dari penderitaan akibat penolakan. Maksudku, jika seorang gadis menolakmu padahal agama kalian sama, itu bisa seperti kiamat bagimu. Kenapa seorang gadis menolakmu padahal kalian seagama? Ia akan bilang kau bukan tipenya. Atau, “Kita temenan saja, deh?” Atau, “Aku belum kepikiran untuk serius.” Atau, “Maaf, ya, aku masih ingin sendiri.” Apa pun jawabannya, yakinlah itu sinonim belaka dari fakta bahwa kau tidak menarik baginya.
Maka tirulah Seto agar kepalamu bisa tetap tegak dan gadis itu tak perlu berbelit-belit. Di luar itu, jika ia benar-benar mencintaimu, ia akan mengorbankan dirinya dengan berpindah agama mengikuti agamamu dan kalian akan menjadi pasangan yang berbahagia selama-lamanya, dengan agama baru.