Halaman

Senin, 25 Desember 2017

Yesus Kristus a.k.a. Isa Almasih a.s.

Berikut saya kutipkan penjelasan Habib Quraish Shihab tentang pandangan Muslim terhadap nabi Isa a.s. yang saya ambil dari buku beliau Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan (Mizan, 1994). Silahkan dibaca dan direnungi.



Al-Quran mengisahkan kelahiran Isa Almasih a.s. dan kisahnya ditutup dengan ucapan sang bayi agung yang baru lahir itu: “Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS 19: 33).

Demikianlah Al-Quran mengabadikan ucapan selamat pertama dari dan untuk Nabi Suci itu yang dibaca setiap saat oleh kaum Muslim. Bagi seorang Muslim dicegah membedakan seorang nabi dengan nabi yang lain (QS 2:285).

Kita percaya kepada Isa a.s. sebagaimana kita percaya kepada Muhammad saw. Keduanya adalah hamba dan utusan Allah. Kita mohonkan curahan shalawat dan salam untuk mereka berdua sebagaimana kita mohonkan untuk seluruh nabi dan rasul. Sebab seluruh nabi dan rasul datang membawa ajaran ilahi walaupun dengan perincian dan ciri yang berbeda.

Isa a.s. datang membawa kasih: “Kasihilah seterumu dan doakan orang yang menganiayamu.” Beliau datang mengarahkan sekaligus melihat sisi balk dari seluruh makhluk: “Ketika beliau bersama murid-muridnya menemukan bangkai di perjalanan, murid-muridnya sambil menutup hidung berkat: ‘Alangkah busuk bau bangkai ini’. Beliau bersabda: ‘Alangkah putih giginya.’” Beliau datang menghidupkan jiwa, karenanya beliau mengecam sikap ahli Taurat yang hanya melihat dan mempraktikkan teks-teks ajaran secara kaku, tanpa menghayati makna dan tujuannya.

Sayang, beliau mendapat tantangan. Musuh-musuhnya memancing kesalahan ucapan beliau untuk dijadikan dalih melaporkannya kepada penguasa. Namun, ciri bahasanya yang manis dan penuh perumpamaan itu tidak memberi peluang untuk maksud jahat tersebut: “Bayarkanlah kepada Kaisar barang yang Kaisar punya dan kepada Allah bararng yang Allah punyai.

Banyak persoalan yang berkaitan dengan kehidupan Almasih yang dijelaskan oleh sejarah sehingga harus diterima sebagai kenyataan oleh siapapun, tetapi ada juga yang tidak dibenarkannya atau paling tidak diperselisihkan. Di sini kita berhenti untuk merujuk kepada akidah dan kepercayaan kita masing-masing.

Agama menuntut setiap umatnya memelihara kesucian akidah. la tidak boleh ternodai meskipun sedikit dan dengan dalih apa pun. Agama –sebelum negara menuntutnya- telah menegaskan agar kerukunan umat terpelihara. Salah, bahkan dosa, bila kerukunan dikorbankan atas nama agama, dan salah serta dosa pula bila kesucian akidah ternodai oleh dan atas nama kerukunan.

Bagaimana hubungan dan kedudukan Almasih di sisi Tuhan? Bagaimana kesudahan beliau? Apakah beliau disalib atau yang disalib orang lain yang mirip beliau? Apakah beliau diangkat ke langit dengan ruh dan jasadnya atau ruhnya saja, ataukah “pengangkatannya” dalam arti majazi? Apakah beliau akan datang lagi ke bumi? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang tidak mungkin terjawab oleh ilmu pengetahuan dan sejarah, namun telah dijawab oleh akidah kepercayaan.

Dostoyevski (1821-1881), seorang pengarang Rusia kenamaan, dalam salah satu karyanya berimajinasi tentang kedatangan kembali Isa Almasih. Terlepas dari penilaian terhadap imajinasi itu, namun dapat dipastikan bahwa bila beliau datang, banyak hal yang akan beliau luruskan bukan saja sikap dan ucapan yang mengaku sebagai umatnya, tetapi juga sikap umat Nabi Muhammad saw.

Itulah Isa putra Maryam yang mengucapkan kata-kata yang benar, mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya (QS 19: 34). Salam sejahtera semoga tercurah kepada beliau dan kepada seluruh hamba dan utusan Allah, dan semoga kedamaian menyentuh seluruh umat. []