Saya pikir, hampir semua hal bisa ditulis. Hanya pertanyaannya, berani dan maukah orang untuk menulisnya.
Kalau kendala ide dijadikan alasan orang untuk tidak bisa menulis saya pikir hal itu terlalu lugu. Di kepala kita ada ratusan bahkan ribuan ide yang sedang berseliweran menunggu ditumpahkan –dalam hal ini ditulis. Jika satu tema saja dilontarkan, kemandirian contohnya, di dalam kepala kita tentu sudah banyak hal yang berhubungan dengan itu.
Jika saya diminta menulis sesuatu, maka saya akan menulis perasaan yang paling kuat yang saya rasakan ketika menulis. Sekali lagi yang paling kuat yang saya rasakan. Bisa saja saya memulainya dengan.
‘hari ini gue lagi kehabisan ide untuk menulis. Mungkin ada beberapa hal yang menyebabkan ide dalam tempurung kepala gue gak mau keluar,….. dan seterusnya, dan seterusnya… ‘ sampai akhirnya saya akan mengaitkan apa yang sudah saya tulis dengan tema yang ada.
Mungkin menurut sebagian orang hal itu lucu dan gak bisa direalisasikan. Contohnya kalo perasaan kita yang paling kuat pada saat itu adalah lapar, maka bagaimana menghubungkan lapar dengan independensi?
Ya, begitulah cara kerja otak, mengait-ngaitkan. Ini masuk teory yang dikenal dengan teori tiga kata. Saya mengenalnya dari seorang sastrawan terkenal, A. S. Laksana. Menurut teori ini, kita bisa memangcing ide keluar denga cara mengambil tiga kata secara acak kemudian membuatnya menjadi sebuah paragraf.
Cobalah!