Pemerintah sering melakukan pemblokiran situs-situs porno, namun baru-baru ini Indonesia menjadi pengunduh nomor satu situs-situs tersebut. Faktanya, mayoritas pengunduh adalah remaja, yakni pelajar SMP dan SMA.
Pertanyaan yang paling kursial dari fakta ini adalah; mengapa Tuhan menganugrahkan nafsu seks yang amat besar kepada para remaja?
Kemampuan seks yang besar mungkin nggak jadi masalah jika dimiliki orang dewasa yang telah menikah. Namun pada kenyataannya justru nafsu seks yang amat besar itu dimiliki kaum remaja, yang tentunya belum cukup umur atau masih labil untuk menikah dan memiliki pasangan. Ketika seseorang masih remaja, secara umum dia belum bisa berpikir dan bersikap secara dewasa. Lalu ketika nafsu seksnya membara, maka aktivitas pacaran, nonton bokep, sampai memposting foto-foto telanjang adalah sarana mereka untuk menyalurkannya.
Apa manfaatnya nafsu seks yang besar itu bagi remaja? Dan mengapa kemampuan seperti itu itu nggak diberikan saja kepada orang yang sudah dewasa, yang sudah dianggap bisa mengendalikannya? Apa sebenarnya tujuan Tuhan?
Jawaban dari pertanyaan itu saya temukan di blog Hoeda Manis. Ia menulis bahwa ada sesuatu yang disebut “transmutasi seks” (sex transmutation) yang mungkin merupakan alasan Tuhan menganugrahkan nafsu seks yang besar kepada remaja. Transmutasi adalah perubahan atau pemindahan suatu unsur atau suatu bentuk energi, menjadi unsur lainnya. Jadi transmutasi seks adalah pengalihan energi seks untuk mewujudkan energi lainnya.
Hoeda mengutip Napoleon Hill dalam bukunya Think and Grow Rich, “Hasrat keinginan seksual adalah yang paling kuat di antara semua keinginan manusia. Jika terdorong oleh keinginan ini, manusia bisa mengembangkan imajinasi yang paling tajam, keberanian, kekuatan kemauan, ketekunan, dan semua kemampuan kreatif yang nggak mereka ketahui pada saat-saat lainnya. Sedemikian kuat dan berpengaruhnya keinginan untuk kontak seksual, sehingga manusia begitu berani mempertaruhkan jiwa dan reputasi untuk memenuhinya. Kalau dikendalikan dan diarahkan kembali sepanjang jalur yang lain, kekuatan yang memberikan motivasi ini menjaga semua atribut ketajaman imajinasi, keberanian, dan sebagainya, yang bisa digunakan sebagai daya kreatif yang kuat dalam kesusastraan, seni, atau dalam profesi lainnya, yang tentu saja termasuk pengumpulan kekayaan.”
Satu lagi yang membuat saya makin kagum adalah Napoleon Hill juga memberi contoh tokoh-tokoh hebat dunia yang berhasil karena kemampuan mereka melakukan transmutasi seks. Mereka adalah Thomas Alva Edison, Thomas Jefferson, George Washington, William Shakespeare, Ralph Waldo Emerson, Abraham Lincoln, Enrico Caruso, Woodrow Wilson, Elbert Hubbard, dan Andrew Jackson.
Nah, terjawab sudah mengapa nafsu yang besar tersebut diberikan kepada anak muda bukan orang yang dewasa atau tua. Karena jika nafsu seks yang besar diberikan pada orang dewasa, itu menjadi tidak hebat lagi, karena mereka bisa menyalurkannya dengan mudah pada pasangan merekaa. Nafsu seks yang amat besar sengaja dianugerahkan kepada para remaja, agar mereka mencari cara menyalurkan nafsu itu kepada hal lain yang tak ada hubungannya dengan seks.
Sampai sini, mungkin terasa semakin jelas tujuan Tuhan menganugrahkan nafsu seks yang besar kepada anak muda. Namun, tentu banyak yang mendebat jawaban ini.
Mereka yang nggak setuju bisa saja mengatakan bahwa akses porno sekarang ini jauh lebih mudah daripada dahulu, sehingga wajar saja orang-orang hebat yang telah disebutkan itu lebih mudah mengubah nafsu seks yang besar itu menjadi energi lain sehingga mereka mencapai kehebatan dan kebesaran seperti yang tercatat dalam sejarah. Pertanyaan yang juga mengikuti adalah bagaimana cara mengubahnya. Kita tahu, bahkan di sekolah diajarkan, bagaimana mengubah energi gerak menjadi listrik, panas menjadi listrik, atau kebalikannya. Namun apakah di sekolah juga diajarkan seni mengubah energi seks yang besar kepada hal lain yang tak ada hubungannya dengan seks?
Jawaban dari pertanyaan ini bisa beragam. Bisa iya, bisa tidak, atau mungkin saja. Namun menurut saya seni transmusi seks itu, sebagaimana jenis seni yang lain, bisa dipelajari tekniknya.
Menurut saya, tekniknya adalah meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang hebat itu semenjak masa muda. Tentu ini tanggung jawab orang tua untuk mengajarkan anak-anak mereka melakukannya. Dan yang tak kalah penting mencegah mereka mengakses pornografi sebelum masanya. Karena menurut Paula Hall dalam survei untuk bukunya Understanding and Treating Sex Addiction, akses mudah pada pornografi, terutama secara online dan pendidikan seks yang buruk, harus disalahkan untuk remaja yang menderita kecanduan seks. Ia menyatakan bahwa hampir setengah dari mereka yang menderita kecanduan umumnya pertama bersinggungan dengan pornografi sebelum mereka berusia 16 tahun.
Jadi selain meniru apa yang dilakuakn oleh orang-orang besar itu sejak muda mereka, menjaga anak-anak muda untuk tak bersinggungan dengan pornografi sebelum usia 16 tahun dan memberikan pendidikan seks yang baik juga merupakan hal yang tak kalah pentingnya.
Begitu mungkin teknik mudahnya. :)